Mohon tunggu...
Syasya_mama
Syasya_mama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Ibu 2 Putri, Indonesia - Korea 가는 말이 고와야 오는 말이 곱다 (Jika kata yang keluar baik, kata yang akan datang pun akan baik )

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tali Pusar Bayi di Korea untuk Tanda Tangan, Bagaimana Bisa?

15 November 2019   22:57 Diperbarui: 16 November 2019   15:51 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bentuk dojang yang ada tali pusar bayi (sumber gbr.naver.com)

Gimana ceritanya tali pusar kok buat tanda tangan? Bingung kan ya? Yap saya yang tahu aja heran, sebegitu berartinya tali pusar bayi hingga dibuat untuk tanda tangan.

Kalau orang Jawa sih, saat tali pusar puput atau putus biasanya ada selametan. Yaitu bikin bancaan nasi +kluban+goreng tempe dan telur rebus. Bancaan tersebut dibagi bagi kepara tetangga sambil berkata "ini bancaan puputan si...... " 

Dan biasanya orangtua zaman dulu menyimpan tali pusar anaknya. Orangtuaku sendiri menyimpan tali pusar ketujuh anaknya. Dulu zaman sekolah saya pernah diperlihatkan tali pusar tersebut oleh almarhum ibunda tercinta.

Tali pusar tersebut dibungkus satu persatu dan diberi nama masing masing. Saat itu saya tidak bertanya tujuannya apa. Tapi menurut orangtua zaman dulu katanya sih tali pusar tersebut digunakan untuk obat bagi si empunya. Jadi, jika ada yang sakit, maka tali pusar tersebut direndam dengan air panas beberapa saat, baru diminumkan. Dengan begitu biasanya segera sembuh dari sakitnya. 

Saya sendiri tidak pernah lihat almarhum ibu merendamkan tali pusar kami sih ketika kami sakit. 

Setelah 54 tahun ibunda tercinta menyimpan tali pusar ke tujuh anaknya. Kemarin tali pusat tersebut kami putuskan untuk dikubur, mengingat kami tidak ada yang berniat menyimpanya.

Kembali ke masalah tali pusar yang dijadiin tanda tangan oleh orang Korea. Jadi sebenarnya, zaman dulu, orang Korea yang datang dari kalangan biasa akan membakar atau mengubur tali pusar di gunung dengan menggunakan onggi (tembikar). 

Beda hal, jikalau kalau tali pusar berasal dari keturunan raja. Biasanya setelah bayi lahir, maka tali pusar beserta ari-ari akan disimpan selama 4 hari di dalam istana. Selama menunggu waktu tersebut, maka dicarilah lokasi atau tanah untuk mengubur tali pusar dan ari-ari tersebut.

Orang yang mencari tanah untuk mengubur ari-ari tersebut adalah Pungsujiri. Pungsujiri sendiri bisa disebut ahli Fengsui kalau di Korea.

Alasan mengunakan jasa pungsujiri adalah agar anak raja tersebut memiliki hoki yang bagus dan memiliki usia yang panjang. Setelah mendapatkan lokasinya, maka dibuatlah taesildogam, yaitu kuburan kecil untuk menempatkan tali pusar dan ari-ari tersebut.

Setelah lewat 4 hari, maka tali pusar dana ri-ari yang diletakkan di dalam istana akan dicuci sebanyak 100 kali lebih oleh gungnyeo (abdi dalam istana).

Baru disiapkan guci tembikar putih yang di dalamnya dimasukkan satu buah uang koin, kemudian ari-ari dimasukkan ke dalam guci putih. Guci putih tersebut ditutup mengunakan kain sutra berwarna biru (namsaeg) dan diikat mengunakan tali kain merah.

Setelahs emua proses tersebut selesai, maka selanjutnya tali pusar dan ari-ari dimasukkan ke dalam taelsildogam. Biasanya jika di desa ada taelsidogam, maka penduduk desa senang dan bangga karena di desanya ada tanah yang bagus untuk keturunan raja. 

taelsildogam milik raja di Korea (sumber gbr.naver.com)
taelsildogam milik raja di Korea (sumber gbr.naver.com)
Tapi walaupun senang, penduduk desa juga ketar ketir jika taelsidogam milik raja ada yang mencuri, sebab mereka pun akan kena imbasnya.

Nah itu kalau zaman dulu di Korea. Bagaimana kalau sekarang sih? 

Biasanya saat melahirkan bayi di rumah sakit, pihak rumah sakit akan bertanya ari-arinya mau dibawa pulang atau tidak? Kalau enggak ya pihak rumah sakit yang akan menanganinya. Jika mau dibawa pulang biasanya dikubur.

Itu kalau ari-arinya lho ya? Gimana dengan tali pusarnya yang belum lepas?  Nah orang Korea punya cara yang unik menyimpanya.

Biasanya orang Korea akan memesan dojang atas nama si anak dan memasukkan tali pusar yang sudah putus ke dalam dojang. Dojang tersebut akan diberikan kepada si anak ketika ia membutuhkannya. Dojang sendiri merupakan cap yang sah seperti tanda tangan. 

Jadi tuh tali pusar bayinya tersimpan di dalam dojang sebagai penanda bawa dojang tersebut benar-benar miliknya, orang lain yang ngaku-ngaku sebagai miliknya, bisa dibuktikan melalui DNA tali pusar di dalam dojang.

Kenapa orang Korea memiliki dojang? Karena tidak terbiasa tanda tangan manual. Semua orang mengunakan cap untuk tanda tangan yang syah. Apalagi jika urusan surat surat penting pasti yang digunakan sebagai tanda tangan adalah dojang.

beberapa contoh cap alias tanda tangan orang Korea (sumber gbr.naver.com)
beberapa contoh cap alias tanda tangan orang Korea (sumber gbr.naver.com)
Hampir semua orang Korea memiliki dojang. Dojang sebenarnya bisa dibuat di mana saja, walaupun begitu masing masing orang capnya tidak ada yang sama. Harga pembuatan dojang juga tidak mahal ada yang seharga 30 ribu won, bahkan ada juga yang harganya miliaran.

Sebenarnya harga mahal tergantung dari bahan bakunya, ada yang pakai emas ada juga yang pakai giok, kalau yang murah yah pakai kayu atau pakai bahan baku plastik.

bentuk dojang yang ada tali pusar bayi (sumber gbr.naver.com)
bentuk dojang yang ada tali pusar bayi (sumber gbr.naver.com)
Gimana kalau dojang hilang? Apakah bisa dibuat lagi yang sama? Dojang bisa dibuat lagi tapi ya gak bisa sama. Terus gimana dong kalau tidak sama? 

Makanya walaupun punya dojang orang Korea juga punya Inggam Dojang. Dan inggam dojang tidak boleh hilang dan tidak bisa diperbaharui. Kalau hilang ya repot banget urusannya. Harus lapor sana lapor sini dan urusannya panjang banget. Makanya rata rata orang Korea menjaga banget inggam dojang miliknya.

nah itu kalau orang Korea tanda tangan (dok.pribadi)
nah itu kalau orang Korea tanda tangan (dok.pribadi)
Tertarik seperti orang Korea simpan tali pusar didalam cap atau dojang?

Salam hangat Sya, 2019.11.15

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun