Gimana ceritanya tali pusar kok buat tanda tangan? Bingung kan ya? Yap saya yang tahu aja heran, sebegitu berartinya tali pusar bayi hingga dibuat untuk tanda tangan.
Kalau orang Jawa sih, saat tali pusar puput atau putus biasanya ada selametan. Yaitu bikin bancaan nasi +kluban+goreng tempe dan telur rebus. Bancaan tersebut dibagi bagi kepara tetangga sambil berkata "ini bancaan puputan si...... "
Dan biasanya orangtua zaman dulu menyimpan tali pusar anaknya. Orangtuaku sendiri menyimpan tali pusar ketujuh anaknya. Dulu zaman sekolah saya pernah diperlihatkan tali pusar tersebut oleh almarhum ibunda tercinta.
Tali pusar tersebut dibungkus satu persatu dan diberi nama masing masing. Saat itu saya tidak bertanya tujuannya apa. Tapi menurut orangtua zaman dulu katanya sih tali pusar tersebut digunakan untuk obat bagi si empunya. Jadi, jika ada yang sakit, maka tali pusar tersebut direndam dengan air panas beberapa saat, baru diminumkan. Dengan begitu biasanya segera sembuh dari sakitnya.
Saya sendiri tidak pernah lihat almarhum ibu merendamkan tali pusar kami sih ketika kami sakit.
Setelah 54 tahun ibunda tercinta menyimpan tali pusar ke tujuh anaknya. Kemarin tali pusat tersebut kami putuskan untuk dikubur, mengingat kami tidak ada yang berniat menyimpanya.
Kembali ke masalah tali pusar yang dijadiin tanda tangan oleh orang Korea. Jadi sebenarnya, zaman dulu, orang Korea yang datang dari kalangan biasa akan membakar atau mengubur tali pusar di gunung dengan menggunakan onggi (tembikar).
Beda hal, jikalau kalau tali pusar berasal dari keturunan raja. Biasanya setelah bayi lahir, maka tali pusar beserta ari-ari akan disimpan selama 4 hari di dalam istana. Selama menunggu waktu tersebut, maka dicarilah lokasi atau tanah untuk mengubur tali pusar dan ari-ari tersebut.
Orang yang mencari tanah untuk mengubur ari-ari tersebut adalah Pungsujiri. Pungsujiri sendiri bisa disebut ahli Fengsui kalau di Korea.
Alasan mengunakan jasa pungsujiri adalah agar anak raja tersebut memiliki hoki yang bagus dan memiliki usia yang panjang. Setelah mendapatkan lokasinya, maka dibuatlah taesildogam, yaitu kuburan kecil untuk menempatkan tali pusar dan ari-ari tersebut.
Setelah lewat 4 hari, maka tali pusar dana ri-ari yang diletakkan di dalam istana akan dicuci sebanyak 100 kali lebih oleh gungnyeo (abdi dalam istana).
Baru disiapkan guci tembikar putih yang di dalamnya dimasukkan satu buah uang koin, kemudian ari-ari dimasukkan ke dalam guci putih. Guci putih tersebut ditutup mengunakan kain sutra berwarna biru (namsaeg) dan diikat mengunakan tali kain merah.
Setelahs emua proses tersebut selesai, maka selanjutnya tali pusar dan ari-ari dimasukkan ke dalam taelsildogam. Biasanya jika di desa ada taelsidogam, maka penduduk desa senang dan bangga karena di desanya ada tanah yang bagus untuk keturunan raja.
Nah itu kalau zaman dulu di Korea. Bagaimana kalau sekarang sih?
Biasanya saat melahirkan bayi di rumah sakit, pihak rumah sakit akan bertanya ari-arinya mau dibawa pulang atau tidak? Kalau enggak ya pihak rumah sakit yang akan menanganinya. Jika mau dibawa pulang biasanya dikubur.
Itu kalau ari-arinya lho ya? Gimana dengan tali pusarnya yang belum lepas? Nah orang Korea punya cara yang unik menyimpanya.
Biasanya orang Korea akan memesan dojang atas nama si anak dan memasukkan tali pusar yang sudah putus ke dalam dojang. Dojang tersebut akan diberikan kepada si anak ketika ia membutuhkannya. Dojang sendiri merupakan cap yang sah seperti tanda tangan.
Jadi tuh tali pusar bayinya tersimpan di dalam dojang sebagai penanda bawa dojang tersebut benar-benar miliknya, orang lain yang ngaku-ngaku sebagai miliknya, bisa dibuktikan melalui DNA tali pusar di dalam dojang.
Kenapa orang Korea memiliki dojang? Karena tidak terbiasa tanda tangan manual. Semua orang mengunakan cap untuk tanda tangan yang syah. Apalagi jika urusan surat surat penting pasti yang digunakan sebagai tanda tangan adalah dojang.
Sebenarnya harga mahal tergantung dari bahan bakunya, ada yang pakai emas ada juga yang pakai giok, kalau yang murah yah pakai kayu atau pakai bahan baku plastik.
Makanya walaupun punya dojang orang Korea juga punya Inggam Dojang. Dan inggam dojang tidak boleh hilang dan tidak bisa diperbaharui. Kalau hilang ya repot banget urusannya. Harus lapor sana lapor sini dan urusannya panjang banget. Makanya rata rata orang Korea menjaga banget inggam dojang miliknya.
Salam hangat Sya, 2019.11.15
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H