Baru disiapkan guci tembikar putih yang di dalamnya dimasukkan satu buah uang koin, kemudian ari-ari dimasukkan ke dalam guci putih. Guci putih tersebut ditutup mengunakan kain sutra berwarna biru (namsaeg) dan diikat mengunakan tali kain merah.
Setelahs emua proses tersebut selesai, maka selanjutnya tali pusar dan ari-ari dimasukkan ke dalam taelsildogam. Biasanya jika di desa ada taelsidogam, maka penduduk desa senang dan bangga karena di desanya ada tanah yang bagus untuk keturunan raja.
Nah itu kalau zaman dulu di Korea. Bagaimana kalau sekarang sih?
Biasanya saat melahirkan bayi di rumah sakit, pihak rumah sakit akan bertanya ari-arinya mau dibawa pulang atau tidak? Kalau enggak ya pihak rumah sakit yang akan menanganinya. Jika mau dibawa pulang biasanya dikubur.
Itu kalau ari-arinya lho ya? Gimana dengan tali pusarnya yang belum lepas? Nah orang Korea punya cara yang unik menyimpanya.
Biasanya orang Korea akan memesan dojang atas nama si anak dan memasukkan tali pusar yang sudah putus ke dalam dojang. Dojang tersebut akan diberikan kepada si anak ketika ia membutuhkannya. Dojang sendiri merupakan cap yang sah seperti tanda tangan.
Jadi tuh tali pusar bayinya tersimpan di dalam dojang sebagai penanda bawa dojang tersebut benar-benar miliknya, orang lain yang ngaku-ngaku sebagai miliknya, bisa dibuktikan melalui DNA tali pusar di dalam dojang.
Kenapa orang Korea memiliki dojang? Karena tidak terbiasa tanda tangan manual. Semua orang mengunakan cap untuk tanda tangan yang syah. Apalagi jika urusan surat surat penting pasti yang digunakan sebagai tanda tangan adalah dojang.
Sebenarnya harga mahal tergantung dari bahan bakunya, ada yang pakai emas ada juga yang pakai giok, kalau yang murah yah pakai kayu atau pakai bahan baku plastik.