Melihat ragam seserahan pernikahan di Indonesia memang sudah terbilang biasa. Namun, pernahkah kamu melihat iring-iringan seserahan pernikahan ala masyarakat Korea?
Kalau belum tahu, stay tuned yaa....saya mau membagikan kisahnya di sini.....
Pada umumnya, jika acara pernikahan di Indonesia, mempelai pria bersama keluarga akan membawa seserahan mulai berupa makanan hingga barang untuk mempelai wanita. Nah, jikalau di Korea, seserahan untuk mempelai wanita hanya dibawa oleh satu orang saja, yang biasa disebut "Hamjabi".
"Hamjabi" itu juga bukan orang sembarangan lho. Sebab, syarat orang tersebut dapat menjadi "Hamjabi" ialah ia harus merupakan teman dari mempelai laki-laki. Selain itu, "Hamjabi" yang dipilih juga harus yang sudah menikah serta memiliki anak laki-laki, dan yang paling penting, ia harus memiliki hoki yang bagus."
Seorang "Hamjabi", saat akan membawa seserahan juga diwajibkan untuk menggunakan peti kecil yang dibungkus kain merah atau yang biasa dikenal dengan "Gyeolhongsig Ham".
![Ilustrasi Hamjabi (Sumber gambar: naver.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/10/24/20191023-205648-5db1b562097f362c8a087972.png?t=o&v=770)
Sebab, jikalau "Hamjabi" sampai bicara, maka hoki yang dimilikinya bisa hilang dan mempelaipun kena imbasnya. Waduhhhh mitos banget ya?
Selayang pandang tentang peti seserahan untuk mempelai
Sama seperti di Indonesia, jikalau menikah, mempelai wanita juga akan mendapatkan hantara yang berupa peti kecil. Biasanya seserahan tersebut berupa keperluan mempelai wanita, seperti pakaian hingga satu set perhiasan. Dan jarang sekali seserahan berupa sepatu, karena sepatu memiliki makna "pergi", jadi tak mungkin dimasukan.
Selanjutnya, yang tak kalah menarik ialah surat dari orangtua laki-laki dan perempuan, yang disebut "Honhsoji". Biasanya isi surat berupa ungkapan terima kasih karena sudah memilih anaknya untuk dijadikan pasangan dan nasehat untuk kedua mempelai agar selalu saling menjaga serta doa dan harapan agar selalu bahagia, cepat diberi momongan, dan selalu sehat.
![surat untuk mempelai (Sumber gambar: naver.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/10/24/20191023-214757-5db1b5fa0d823034047c1722.png?t=o&v=770)
Ada juga 2 patung angsa jantan dan betina yang disebut "Gileogi", hal ini dimaksudkan agar kedua mempelai bisa seperti dua angsa tersebut.
![peti gyeolhangsigham dan patung angsa gileogi (Sumber gambar: naver.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/10/24/20191023-214708-5db1b768097f3628ac0a9d22.png?t=o&v=770)
Kantong warna biru berisi beras ketan, kantong warna kuning berisi kacang kedelai, kantong warna merah berisi kacang merah, kantong warna hijau berisi "Gangnangkong" dan kantong warna pink berisi serutan batang pohon cemara.
![kantung Bogjumeoni (Sumber gambar: naver.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/10/24/20191023-214634-5db1b68d0d8230484809a353.png?t=o&v=770)
Okedeh lanjut masalah peti yang dibawa ya.....
Seperti dikatakan sebelumnya di awal, jika pembawa peti dibawakan oleh seorang "Hamjabi", maka "Hamjabi" juga harus ditemani oleh dua pengiring yang nantinya bertugas membawa lentera yang disebut "Cheongsacholog", sambil berteriak "Ham Saseo"
Nah uniknya lagi nih ya, "Hamjabi" tidak akan mau melangkah mendekati rumah mempelai wanita jika tidak diberi sesuatu. Makanya dari pihak wanita pun ada yang menyambut "Hamjabi".
Biasanya "Hamjabi" ini akan meminta macam-macam, seperti minta disuapin makanan, minta disuapin minuman, bahkan bisa minta jongkok karena enggak mau jalan.
![dapet angpao baru hamjabi mau melangkah, (Sumber gambar: naver.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/10/24/20191023-210143-5db1b7120d8230016d45ee72.png?t=o&v=770)
![hamjabi malah nongkrong, (Sumber gambar: naver.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/10/24/20191023-210414-5db1bb3c097f36311b5c26e2.jpg?t=o&v=770)
Saat acara membawa "Gyeolhongsig Ham" tersebut mempelai pria sudah menunggu di rumah mempelai wanita. Dan "Hamjabi" juga selama perjalanan menuju rumah mempelai wanit, tidak boleh menurunkan petinya kecuali sudah sampai didalam rumah.
Setelah seru-seruan di luar rumah, "Hamjabi" yang telah sampai di depan pintu, maka orangtua laki-laki dari mempelai wanita akan memecahkan labu kering yang disebut "Bagaji".
![Bagaji (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/10/24/20191024-213940-5db1b8d3097f3675fe29daa2.png?t=o&v=770)
Setelah proses memecahkan bagaji, maka "Hamjabi" sudah bisa masuk ke dalam rumah dan meletakkan peti "Gyeolhongsig Ham" di atas kain merah yang disebut Bonghaetteogsilu.
Setelah diterima petinya, maka proses iring-iringan seserahan telah selesai. Biasanya mereka yang berkumpul akan merayakan makan makan dan minum-minum di luar. Acara kirim seserahan tersebut biasanya dilakukan pada hari yang berdekatan dengan tanggal pernikahan.
Seiring perkembangan zaman, tradisi unik seperti ini tetap dipertahankan baik di kota besar ataupun di pedesaan, karena sejatinya tradisi unik tersebut bertujuan untuk bersenang-senang menyambut hari pernikahan.
Gimana seru kan tradisinya?
Salam Sya, 2019.10.24