Mencari hiburan di kota tak sesulit mencari hiburan di kampung. Kalau di kota mau cari hiburan tinggal pergi ke mall atau datangi bioskop, bisa juga lihat konser musik atau hiburan lainnya. Dan kalaupun malas keluar bisa gogling gogling internet menjelajahi dunia maya dengan leluasa. Kalau di kampung boro-boro bisa gogling internet sinyal telpon aja kabur alias hidup ogah matipun segan itu gambaran sinyal telpon di kampung.
Bersyukurlah orang yang di kota bisa mudah mencari hiburan apalagi kuliner. Tapi jangan salah hidup dikampung juga nikmat karena jauh dari hingar-bingar dan polusi udara, karena di kampung pemandangan indah pematang sawah dan air sungai yang mengalir tak ada bandinganya dengan keindahan alam di perkotaan. Apalagi hiburan yang ditampilkan oleh seniman tradisional yang pastinya sulit ditemukan di perkotaan.
Menurut cerita kakak sepupuh tetangganya sedang melaksanakan hajat dulu ia pernah berucap "Pokoke kalau duwe anak lanang mau nanggep ebleg" (arti bahasa Indonesianya "pokoknya kalau punya anak laki-laki mau tanggap ebleg"). Welehhh baru ini saya tahu ada orang yang berhajat seperti itu he3. Konon kata kakak sepupuh disini banyak yang punya janji/ nazar seperti itu dan rata-rata terkabul. Wah ini pasti tersugesti deh makanya terkabul ^_^
Desa Sidomukti yang masih berada di wilayah kebumen ternyata masyarakatnya masih suka nanggep ebleg untuk merayakan sesuatu baik itu syukuran, hajat ataupun memenuhi janji seseorang. Ebleg adalah seni tradisional mirip kuda lumping, namun untuk di daerah kebumen namanya adalah Ebleg sementara di daerah purworejo nama lainnya adalah jatilan dan kuda lumping untuk Jawa Barat. Berhubung anak-anak belum pernah lihat ebleg jadilah saya membawanya kesana untuk melihatnya. Banyak orang berkerumun ditambah lagi para pedagan dadakan.
Seni tradisional ini ternyata buat orang kampung merupakan hiburan yang sayang untuk dilewatkan. Terbukti banyaknya orang yang melihat acara tersebut. Seni tradisional yang memadukan seni tari dan juga mistis ternyata mampu menghipnotis masyarakat desa untuk berkumpul melihatnya. Kata si empunya hajat nanggap ebleg bisa mengeluarkan uang hingga 3 juta rupiah. Acara dimulai dari jam 10 pagi hingga jam 5 sore, mulai dari sesajen untuk orang yang kesurupan (mendem) sampai pernak pernik kebutuhan ebleg sudah termasuk didalamnya.
Saya perhatikan para penonton begitu terkesimak saat menyaksikan pemain eblek ada yang histeris kesurupan mau lari kearah penonton. Belum lagi teriakan penonton khususnya ibu-ibu begitu menyaksikan orang yang kena mendem kelejet kelejet di tanah dan melawan saat mau disembuhkan oleh pawang mendemnya. Weeee saya bukan takut lihat pemain eblegnya yang kesurupan tapi malah takut denger teriakan histeris penonton yang ketakutan hehe2.
Para pemain ebleg yang kesurupan bebarapa ada yang membawa kipas besar, centong nasi dan ada juga yang membawa tampah. Lihat para pemain ebleg menari mengikuti irama gending jawa dan berhenti spontan ketika alunan gending berhenti lanjut lagi ketika alunan berkumandang. Lihatnya ada perasaan senang karena kesenian tradisional ini masih diminati oleh masyarakat kampung dan miris juga kalau lihat orang yang dengan rela kena mendem hanya untuk membuah penonton terkesimak.
Karena masa kecil dan remaja saya dihabiskan di sumatra jadilah saya tak pernah menyaksikan atraksi kuda lumping ini. Baru ketika saya kuliah di Jogja untuk pertama kalinya saya menyaksikan kuda lumping. Asli saya ketakutan setengah mati apalagi saat melihat penonton berbaju merah dikejar sama penari kuda lumping yang kesurupan. Weeee gara-gara itu jadilah saya pasti menghindar jika ada kerubunan orang yang lagi lihat kuda lumping. Namun itu dulu sebelum saya mengetahui sedikit rahasia ebleg.
Keponakan saya ternyata suka belajar tenaga dalam sejak SMA dan ia mengikuti sebuah group ebleg dikampungnya. Karena kepiawayannya berani guling-guling dibara api jadilah ia didaulatkan sebagai salah satu anggota yang dipercaya membawakan ataraksi tersebut. Keponakan pun bercerita sekelumit tentang rahasia ebleg ini.
Katanya orang-orang yang beratraksi mengiris lidahnya pakai golong atau mengiris pergelangan tanganya atau berguling-guling dibara api, atau makan beling merupakan perpaduan antara tenaga dalam dan trik seperti sulap. Lebih jauh ia mengatakan bahwa memang ada orang yang kesurupan atau biasa disebut mendem namun tak jarang juga ada yang bohong-bohongan kesurupanya biar para penonton histeris menontonya.
Weeee masa sih? Kalau orang yang benar kesurupan maka matanya benar-benar mendelik dan sepertinya pikirannya kosong, kalau yang bohongan biasanya masih suka plarak plirik lihat para penonton. Weee ketahuan deh tuh rahasianya ha3. Tak jarang ada juga kok penonton yang bohongan kesurupanya hehe biar bisa tenar, weee masa iya sih ^_^. Tapi biasanya kalau orang yang sudah pernah kena mendem alias kesurupan maka kalau nonton ebleg lagi kemungkinan besar ia bakalan kesurupan lagi.
Sebenarnya seni tradisional seperti eblek ini dulunya lahir dan diciptakan untuk memberi semangat juang para prajurit melawan penjajah jaman dulu. Namun setelah perang usai seni tradisional ini tetap digemari bahkan sebagai salah satu hiburan rakyat yang sayang jika dilewatkan. Kesenian tradisional ebleg merupakan budaya yang patut dilestarikan keberadaanya jangan sampai hilang dan di akui oleh negara tetangga dan untuk melestarikanya kalau bukan kita orang Indonesia maka siapa lagi.
Masih takut lihat kesenian tradisional ebleg? mungkin enggak kan ya?
Salam Sya, 2016.02.14
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H