Mohon tunggu...
Syasya_mama
Syasya_mama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Ibu 2 Putri, Indonesia - Korea 가는 말이 고와야 오는 말이 곱다 (Jika kata yang keluar baik, kata yang akan datang pun akan baik )

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyibak Sekelumit Rahasia Ebleg Kesenian Tradisional Kebumen

14 Februari 2016   17:55 Diperbarui: 14 Februari 2016   20:00 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mencari hiburan di kota tak sesulit mencari hiburan di kampung. Kalau di kota mau cari hiburan tinggal pergi ke mall atau datangi bioskop, bisa juga lihat konser musik atau hiburan lainnya. Dan kalaupun malas keluar bisa gogling gogling internet menjelajahi dunia maya dengan leluasa. Kalau di kampung boro-boro bisa gogling internet sinyal telpon aja kabur alias hidup ogah matipun segan itu gambaran sinyal telpon di kampung. 

Bersyukurlah orang yang di kota bisa mudah mencari hiburan apalagi kuliner. Tapi jangan salah hidup dikampung juga nikmat karena jauh dari hingar-bingar dan polusi udara, karena di kampung pemandangan indah pematang sawah dan air sungai yang mengalir tak ada bandinganya dengan keindahan alam di perkotaan. Apalagi hiburan yang ditampilkan oleh seniman tradisional yang pastinya sulit ditemukan di perkotaan.

Kebetulan saat pulkam saya pergi ke kebumen tempat dimana keluarga besar dari ayah dan ibu saya berasal. Bermain disawah sampai terjadi trageni nyungsep di lumpur dan terpaksa mandi di air irigasi sawah sampai hampir digigit ular sawah. Hemmm benar-benar seru menikmati suasana desa yang jauh dari hiruk pikuk di kota. Saat berada disana ternyata sebelah rumah kakak sepupuh saya yang sedang saya kunjungi lagi merayakan sesuatu. Penasaran dengan suara gending jawa yang hingar bingar sayapun memberanikan diri bertanya. Sedang ada acara apa  sih itu? Lagi ada orang mantenan po?

Menurut cerita kakak sepupuh tetangganya sedang melaksanakan hajat dulu ia pernah berucap "Pokoke kalau duwe anak lanang mau nanggep ebleg"  (arti bahasa Indonesianya "pokoknya kalau punya anak laki-laki mau tanggap ebleg"). Welehhh baru ini saya tahu ada orang yang berhajat seperti itu he3. Konon kata kakak sepupuh disini banyak yang punya janji/ nazar seperti itu dan rata-rata terkabul. Wah ini pasti tersugesti deh makanya terkabul ^_^ 

Desa Sidomukti yang masih berada di wilayah kebumen ternyata masyarakatnya masih suka nanggep ebleg untuk merayakan sesuatu baik itu syukuran, hajat ataupun memenuhi janji seseorang. Ebleg adalah seni tradisional mirip kuda lumping, namun untuk di daerah kebumen namanya adalah Ebleg sementara di daerah purworejo nama lainnya adalah jatilan dan kuda lumping untuk  Jawa  Barat. Berhubung anak-anak belum pernah lihat ebleg jadilah saya membawanya kesana untuk melihatnya. Banyak orang berkerumun ditambah lagi para pedagan dadakan. 

Seni tradisional ini ternyata buat orang kampung merupakan hiburan yang sayang untuk dilewatkan. Terbukti banyaknya orang yang melihat acara tersebut. Seni tradisional yang memadukan seni tari dan juga mistis ternyata mampu menghipnotis masyarakat desa untuk berkumpul melihatnya. Kata si empunya hajat nanggap ebleg bisa mengeluarkan uang hingga 3 juta rupiah. Acara dimulai dari jam 10 pagi hingga jam 5 sore, mulai dari sesajen untuk orang yang kesurupan (mendem) sampai pernak pernik kebutuhan ebleg sudah termasuk didalamnya.

Sesajen yang dipakai berupa pisang, aneka jajanan pasar, berbagai macam kembang, kemenyan, ayam utuhan dan ayam hidup, air degan dan deganya serta batu bara, minyak jaitun dan lainnya. Sementara untuk atraksinya bisa juga makan ayam hidup-hidup, guling-guling di bara api atau di duri-duri, makan beling sampai kupas dugan pakai gigi dan lainnya. Ke dua putri saya saat menyaksikan ebleg semangat pingin lihat paling depan dan bertanya " lihat orang joget gak karuang dan ada juga yang jadi monyet naik pohon kelapa, ada juga orang yang guling-guling ditanah. Ini ya mam yang disebut ebleg?".  Saya cuma jawab "Heem, ini kesenian tradisional Indonesia, dek"

Saya perhatikan para penonton begitu terkesimak saat menyaksikan pemain eblek ada yang histeris kesurupan mau lari kearah penonton. Belum lagi teriakan penonton khususnya ibu-ibu begitu menyaksikan orang yang kena mendem kelejet kelejet di tanah dan melawan saat mau disembuhkan oleh pawang mendemnya. Weeee saya bukan takut lihat pemain eblegnya yang kesurupan tapi malah takut denger teriakan histeris penonton yang ketakutan hehe2.

 

Para pemain ebleg yang kesurupan bebarapa ada yang membawa kipas besar, centong nasi dan ada juga yang membawa tampah. Lihat para pemain ebleg menari mengikuti irama gending jawa dan berhenti spontan ketika alunan gending berhenti lanjut lagi ketika alunan berkumandang. Lihatnya ada perasaan senang karena kesenian tradisional ini masih diminati oleh masyarakat kampung dan miris juga kalau lihat orang yang dengan rela kena mendem hanya untuk membuah penonton terkesimak. 

Karena masa kecil dan remaja saya dihabiskan di sumatra jadilah saya tak pernah menyaksikan atraksi kuda lumping ini. Baru ketika saya kuliah di Jogja untuk pertama kalinya saya menyaksikan kuda lumping. Asli saya ketakutan setengah mati apalagi saat melihat penonton berbaju merah dikejar sama penari kuda lumping yang kesurupan. Weeee gara-gara itu jadilah saya pasti menghindar jika ada kerubunan orang yang lagi lihat kuda lumping. Namun itu dulu sebelum saya mengetahui sedikit rahasia ebleg.

Keponakan saya ternyata suka belajar tenaga dalam sejak SMA dan ia mengikuti sebuah group ebleg dikampungnya. Karena kepiawayannya berani guling-guling dibara api jadilah ia didaulatkan sebagai salah satu anggota yang dipercaya membawakan ataraksi tersebut. Keponakan pun bercerita sekelumit tentang rahasia ebleg ini.

Katanya orang-orang yang beratraksi mengiris lidahnya pakai golong atau mengiris pergelangan tanganya atau berguling-guling dibara api, atau makan beling merupakan perpaduan antara tenaga dalam dan trik seperti sulap. Lebih jauh ia mengatakan bahwa memang ada orang yang kesurupan atau biasa disebut mendem namun tak jarang juga ada yang bohong-bohongan kesurupanya biar para penonton histeris menontonya.

Weeee masa sih? Kalau orang yang benar kesurupan maka matanya benar-benar mendelik dan sepertinya pikirannya kosong, kalau yang bohongan biasanya masih suka plarak plirik lihat para penonton. Weee ketahuan deh tuh rahasianya ha3. Tak jarang ada juga kok penonton yang bohongan kesurupanya hehe biar bisa tenar, weee masa iya sih ^_^. Tapi biasanya kalau orang yang sudah pernah kena mendem alias kesurupan maka kalau nonton ebleg lagi kemungkinan besar ia bakalan kesurupan lagi. 

Sayapun bertanya "Tapi kok kalau diperhatikan bener seperti orang kesurupan dan ditambah lagi pawangnya komat kamit kesusahan menyembuhkan orang kesurupan?" keponakan menjawab. "kan sebelum acara dimulai sudah bagi-bagi tugas, kalau nanti kamu pura-pura kesurupan ya biar penonton takjub, dan pawang yang akan menyembuhkannya juga dibuat kewalahan, walaupun memang ada juga yang kesurupan tapi paling cuma satu atau dua orang saja." Wahahah ketauan deh "Kadang aku juga kok bule yang menyembuhkan orang yang kesurupan." ucap ponakan "Emang bisa?" tanya saya. "Bisa lah kan yang kesurupan bohongan." jawab  ponakan.

"Wahhaha kalau itumah bule juga bisa. Gimana kalau ada penonton yang ikut kesurupan?" tanya saya lagi. "Bisa jadi, biasanya kalau orang lagi nonton lama-lama kepalanya pusing kemungkinan besar bisa kena mendem atau kesurupan. Kalau bener kesurupan sih cuma pawangnya yang bisa meyembuhkan" ucap keponakan. "Boleh tahu gak trik apa sih yang dipakai sampai pemain ebeg makan beling dan mulutnya menyemburkan api gpp?" tanya saya. "Rahasia perusahaan bule, tapi yang pasti atraksi seperti itu mengunakan kepiawayan tenaga dalam dan juga trik seperti sulap. Dan ada sesuatu yang dikumur kumur dulu sebelum makan beling agar kalau makan beling gak melukai mulutnya." 

Sebenarnya seni tradisional seperti eblek ini dulunya lahir dan diciptakan untuk memberi semangat juang para prajurit melawan penjajah jaman dulu. Namun setelah perang usai seni tradisional ini tetap digemari bahkan sebagai salah satu hiburan rakyat yang sayang jika dilewatkan. Kesenian tradisional ebleg merupakan budaya yang patut dilestarikan keberadaanya jangan sampai hilang dan di akui oleh negara tetangga dan untuk melestarikanya kalau bukan kita orang Indonesia maka siapa lagi.

Masih takut lihat kesenian tradisional ebleg? mungkin enggak kan ya?

Salam Sya, 2016.02.14

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun