Mohon tunggu...
Lajma Khanie
Lajma Khanie Mohon Tunggu... Lainnya - Happy Writing

Freedom jurnalism

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Doa Ibu Malam Ini (Serial Syar'i Couple - Qiya dan Someone)

1 Mei 2018   09:54 Diperbarui: 1 Mei 2018   10:06 1290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                                                                                              Qiya's Side

Qiya's Side

Salasa, pertengahan Bulan Sya'ban 1439 Hijriyah
Menjelang Ramadhan..

Teruntuk sebuah nama,
Aku tidak pernah tahu, seperti apa cara kita bertemu.
Teruntuk sebuah nama,
biarkan aku memanggilmu dalam doa
di pekatnya malam
saat malaikat turun dan membawa kepingan doaku
melintasi Arash Nya

 

Beberapa menit yang lalu, ibuku menelpon. Jujur, aku sangat kangen dengan Ibuku. Kangen dengan logat suaranya juga cerita tentang rumah. Ibu, bahkan tanpa aku memberi tahu bahwa ada rindu, nalurimu membuat kau menghubungiku. Aku sangat kangen. Dan..rindu itu membuat Ibu menelpon. Itulah hebatnya naluri seorang Ibu.

 

Malam ini, ada pembahasan yang lumayan serius. Mungkin juga, karena Ibu ingin aku 'mengalah' dan tidak bertahan di Jakarta dengan kesendirian.

 

Untuk malam ini, Ibu ku memberikan doa dan pesan yang sulit untuk aku amini. Seolah, aku harus menyerah dengan apa yang sudah aku bangun di sini, di Jakarta. Seolah, itu adalah panggilan pulang dan jujur, aku sedih. Aku tidak ingin kehilangan temen-temanku di sini. Aku tidak ingin kehilangan keceriaan yang aku rasakan di sini, juga tidak ingin kehilangan moment ukhuwah Islamiyah.

  

Tapi, perkataan Ibu malam ini, lebih bersifat instruksi daripada sekedar petuah. Ya, aku tidak tahu, apakah aku ikhlas jika aku harus pulang kampung. Aku menuruti kata-kata Ibuku. Aku pulang? Em...rasanya, lebaran kali ini menjadi lebaran yang berat. Aku tidak tahu, apakah Ibuku akan menyiapkan 'calon' untukku? Atau mungkin keluarga besar akan menjodohkanku dengan 'orang asing' yang mereka rekomendasikan untukku? Ya Allah..Aku sudah panik membayangkan lebaran tahun ini. 

Aku tidak ingin meninggalkan Jakarta dengan tanda tanya. Aku tidak ingin, ketika aku pulang, Aku justru dikenalkan dengan sosok yang aku tak kenal. Ya Allah, lindungi hamba. Kenapa tiba-tiba aku ragu untuk pulang? Hanya karena kekhawatiran jika aku tidak kembali ke Jakarta. Aku...tidak mau menyerah. 

Aku yakin, ada takdir baik di Jakarta dan kenapa hatiku tertaut di kota ini. Aku tidak tahu, adakan seseorang yang menungguku dan dipertemukan untukku di sini? Tapi aku percaya, Allah punya rencana besar, mengapa aku masih di sini. Meski aku masih sendiri. Tapi..Allah menjagaku..melindungi dengan segenap kasih sayangNya.

  

Malam ini, kata-kata Ibu membuatku khawatir. Seolah Ibu ingin berkata, pulanglah, apa yang kau tunggu di Jakarta? Seolah aku harus pulang dan meninggalkan impian di sini. Ya Allah, andai Ibuku tahu bahwa ku bahagia dengan jalan dakwah yang aku pilih, sahabat-sahabat yang membersamai, juga kesempatan di sini, maka mungkin Ibu akan beruntung bahwa salah satu anaknya bisa menjadi bagian dari dakwah ibukota.

  

Ibu...ini aku. Yang mungkin belum dipertemukan dengan sebuah nama yang akan menjagaku. Yang akan mewakili sebagai imamku. Tapi...aku tidak akan mengatakan aku tidak bertemu dengan nama itu. Allah sedang mempersiapkan sebuah nama dengan melihat ketaatan yang aku lakukan. Dengan kesabaran dalam sebuah penantian.

  

Ibu, aku ingin menikah dengan ilmu. Bukan karena waktu atau semua teman satu per satu menikah. Aku ingin menyempurakan separuh agamaku dan mengabdi dengan orang yang tepat. Aku hanya ingin membagi waktuku pada sosok yang juga ingin membagi hidupnya untukku. Aku hanya ini dia adalah sosok yang tepat untuk menjadi imamku di dunia dan akhirat, seseoarang yang dengan suka rela menerima segala kelebihan dan kurangku. Seseorang yang menyukaiku saat aku membaca buku, saat aku tersenyum, saat aku menyiapkan keperluannya di masa depan, juga saat dia letih dan aku menjadi bagian dari ayat-ayat yang menguatkannya.

  

Dia, yang aku harapkan..mungkin ada di sini, di Jakarta..atau di negara lain. Aku tidak tahu Ibu, tapi bersabarlah..karena aku inginkan adalah imam yang memilihku untuk menjadi makmumnya. Karena yang aku inginkan adalah seseorang yang mengajariku arti dari setiap ketaatan meski sederhana, namun juga memberiku semangat untuk membangun peradaban.

  

Ibu, aku ingin menjadi wanita yang menyenangkan dirinya kelak, juga keluarganya. Aku ingin mempersembahkan baktiku pada seseorang yang tepat, yang mencintaiku karena agamaku, yang memaklumi kekuranganku. Jika sudah saatnya aku dipertemukan dengan seseorang itu, maka hati ini tidak akan menolaknya.. percayalah ibu...hatiku tidak akan ragu karena aku percaya, dialah jawaban dari doa-doa di malam tahajudku,

  

Ibu, izinkan aku berharap sekali lagi dan lagi..Tak peduli apakah aku terlihat kalah ataupun terlalu polos, tapi, yang aku percaya bahwa Allah akan mengabulkan di waktu yang tepat.

   

Ibu, aku pinta doa-doa dalam sujudmu. Kali ini, aku harus lebih lemah lembut lagi, menjelaskan tentang cinta...meski Ibu lebih tahu makna cinta yang sebenarnya, namun, karena kita hidup di dunia yang berbeda, juga buku yang kita baca mungkin tak sama, tapi..aku meminta doa dan kesabaran untuk penantian yang insyaa Allah akan segera berakhir ini.

  

Ibu...seperti yang Ibu bilang...jodoh itu akan bertemu. Seperti Ayah dan Ibu, yang Allah pertemukan..maka aku pun percaya..suatu hari..di kesempatan yang mulia dan Allah ridhoi..kalimat itu akan datang.. janji suci yang akan diucapkan oleh seseorang yang Allah takdirkan untuk menjadi..imamku.

 

Jakarta,
22.56 WIB
Malam Nifsu Sya'ban

QS. An Nur ayat 26 :)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun