Sunan Kudus juga memanfaatkan kesenian dan budaya setempat sebagai media dakwah. Ia menggunakan tari-tarian dan lagu-lagu tradisional sebagai sarana dakwah untuk menyebarkan ajaran Islam. Sunan Kudus juga membangun pesantren dan masjid sebagai pusat kegiatan dakwah dan pendidikan Islam.Â
Masjid Kudus yang dibangun oleh Sunan Kudus hingga saat ini masih menjadi salah satu masjid tertua dan terbesar di Indonesia. Masjid Menara Kudus adalah salah satu contoh nyata dari akulturasi Islam dengan budaya lokal di Indonesia. Masjid ini memiliki ciri khas yang sangat unik yaitu menara dengan arsitektur yang menyerupai pagoda atau candi, serta memiliki ornamen-ornamen yang bercorak Hindu dan Buddha. Hal ini menunjukkan bahwa Islam tidak menghapuskan atau menghilangkan budaya-budaya lokal, namun justru memadukannya dengan ajaran Islam.
Menara Masjid Kudus sendiri diduga dibangun pada awal abad ke-16 oleh Sunan Kudus dan dibantu oleh beberapa ulama lainnya yang ada di daerah Kudus dan sekitarnya . Menara ini memiliki enam tingkat dengan atap berbentuk genta dan kubah. Bagian-bagian dari menara ini menggabungkan unsur-unsur dari agama Hindu, Buddha, dan Islam. Arsitekturnya juga menggabungkan unsur-unsur dari kebudayaan Tiongkok dan Jepang. Selain menara, Masjid Menara Kudus juga memiliki ornamen-ornamen lain yang menggambarkan akulturasi antara Islam dengan kebudayaan lokal.Â
Salah satunya adalah relief-relief yang menggambarkan tokoh-tokoh dari agama Hindu dan Buddha seperti Ganesha dan Dewi Kwan Im. Namun, relief-relief tersebut tidak menunjukkan penggambaran dewa atau pemujaan terhadap mereka, melainkan hanya sekadar menjadi hiasan atau bagian dari seni arsitektur.Â
Dengan adanya Masjid Menara Kudus, kita dapat melihat bagaimana Islam dapat mengakomodasi kebudayaan lokal dan mengintegrasikannya dalam ajaran Islam. Ini juga menunjukkan bahwa Islam di Indonesia telah berkembang dengan baik dan terus mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan zaman dan tempat. Oleh karena itu, Masjid Menara Kudus dapat dijadikan sebagai bukti nyata bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman budaya dan agama, serta menghargai dan mengakomodasi keberagaman tersebut.
Selain menjadi penyebar agama Islam, Walisongo juga menjadi dewan penasihat politik di kerajaan Demak. Mereka bukan hanya mengajarkan ajaran Islam dan membantu menyebarkan agama Islam di Indonesia, tetapi juga berperan dalam membangun tatanan sosial dan politik di wilayah-wilayah yang mereka kunjungi. Salah satu contoh peran politik dari Walisongo adalah ketika mereka membantu mengembangkan sistem pemerintahan di wilayah-wilayah yang mereka kunjungi. Mereka juga membantu mengembangkan sistem hukum Islam yang diterapkan dalam masyarakat.
Selain itu, mereka juga mengajarkan ajaran-ajaran Islam yang mencakup aspek sosial dan politik yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat. Selain itu, beberapa Walisongo juga memiliki peran penting dalam mengambil keputusan politik, seperti Sunan Gunung Jati yang membantu menyatukan beberapa kerajaan di wilayah Jawa Barat. Sunan Bonang juga terlibat dalam upaya diplomasi antara Demak dan Cirebon.
Walisongo memiliki kedudukan yang penting di Kerajaan Demak, salah satu kerajaan Islam pertama di Indonesia yang berdiri pada abad ke-15. Mereka adalah para penyebar agama Islam yang membantu memperkuat dan mengembangkan kekuasaan Kerajaan Demak. Para Walisongo dikenal sebagai para pembesar agama yang dihormati dan diakui oleh raja-raja Demak. Mereka juga berfungsi sebagai penasehat raja dalam berbagai hal, seperti mengatasi masalah politik, ekonomi, dan sosial di dalam kerajaan.Â
Selain itu, Walisongo juga memiliki peran penting dalam mendukung kebijakan politik kerajaan, terutama dalam hal penyebaran agama Islam ke wilayah-wilayah yang belum terjangkau oleh ajaran Islam. Mereka juga terlibat dalam aktivitas sosial seperti membantu memperbaiki kesejahteraan masyarakat dan memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan. Para Walisongo juga terlibat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam di Demak.Â
Beberapa di antaranya adalah ulama-ulama yang terkenal dan ahli dalam bidang Al-Qur'an, hadis, fiqih, dan tasawuf. Mereka juga mendirikan pesantren-pesantren di Demak dan sekitarnya yang menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan Islam.
Refrensi :