Semenjak manusia dilahirkan dia bukan hanya berbekal hal-hal baik seperti kasih sayang orang tua juga perlindungan keluarga, potensi baik seperti bakat dan kecerdasan yang apabila terus diasah pasti membawa manfaat bukan hanya untuk diri dan keluarga. Namun dalam perjalanan kehidupannya seseorang juga mengalami hal-hal yang tidak diinginkan ; kekecewaan, kemarahan, karena pengasuhan yang salah, hidup di lingkungan sosial yang serba kekurangan dan banyak terjadi pelanggaran hukum, kebiasaan lingkungan memakan makanan yang kurang sehat. Itu diantara faktor timbunan sampah jiwa maupun raga.
Namun, prespektif ini mengesankan individu yang pasif, bergantung pada lingkungan. Padahal yang sebenarnya tidaklah demikian, yang ada adalah terdapat interaksi faktor personal dengan faktor lingkungan. Faktor personal berkaitan dengan yang telah diberikan Allah sebagai bekal hidup dan berkehidupan bagi idividu yang terlahir di dunia, mata untuk melihat, hati untuk merasa, telinga untuk mendengar dan otak untuk berpikir serta kesempatan atau masa/waktu atau hidup itu sendiri. Hingga menjadi sebuah pilihan bagi kita mau menjadi bersih dari sampah jiwa atau semakin payah dengan timbunan sampah yang semakin bertambah ?
Allah telah berfirman pada Surah Al-Asr
Ayat 1
وَالْعَصْرِۙ
Wal-‘asr.
Artinya: “Demi masa."
Ayat 2
اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ
Innal-insāna lafī khusr.
Artinya: “Sungguh, manusia berada dalam kerugian."