Mohon tunggu...
lailiyati .
lailiyati . Mohon Tunggu... Guru - GURU

GURU

Selanjutnya

Tutup

Diary

Semangat Muharram 1445 H

22 Juli 2023   12:47 Diperbarui: 23 Juli 2023   18:21 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Berangkat terburu-buru seakan menjadi hobi di pagi hari ya... 

Syukur, Alhamdulillah karena artinya sehat dan bisa melaksanakan tugas bekerja, namun buru-buru bukankah itu menunjukkan kurang disiplin dalam waktu dan menjadi salah satu dari prilaku buruk ?

Saat di perjalanan, ketika hampir sampai di tujuan, tepatnya pada area sekolah, situasi jalan padat merayap karena bersamaan jam siswa masuk sekolah. 

Terdapat mobil box di depan saya dari baunya yang kurang sedap dan penampakannya yang kepayahan, kepayahan karena saat beberapa kali goyang kiri-kanan tertumpahlah semacam benda cair beraroma, bahkan sebagiannya mengenai pakaian seorang satpam sekolah. Ya, fixed mobil box tersebut memuat sampah atau semacamnya dalam jumlah maksimal.

Tentu saya yang sudah bersih dan cantiik ini tak mau kebagian cairan beraroma tersebut. Agak ketar-ketir dalam hati akhirnya saya berhenti sejenak berharap bisa lebih jauh dari mobil box itu. Tapi yang terjadi karena suasana yang padat merayap, saya malah mendapat uring-uringan ringan dari pengendara di belakang saya, karena yang saya lakukan beresiko terjadi tabrakan beruntun. Untunglah kecelakaan tersebut tidak terjadi. 

Baik, saya berpikir tampaknya saya harus pasrah menerima apa adanya posisi saya yang saat ini, toh perjalanan segera selesai dan ada yang lebih buruk lagi keadaannya dari saya, yakni pengendara-pengendara yang lebih dekat dengan mobil box tersebut daripada saya, saya masih untung ada di baris nomer 3 dari mobil.

Dalam kepasrahan saya, Saya berpikir, beginilah jika dalam perjalanan hidup ini kita mendapati prilaku buruk seseorang. Janganlah khawatir, tenangkan diri kita. Yang pertama karena sejatinya ini hanya sementara, pertemuan akan segera berakhir meski tetaplah wajib berbuat sebisa-bisanya agar tidak terkena dampak sampah/prilaku buruk tersebut, tanpa membahayakan pihak lain tentunya.

Kedua, kita harus ketahui bahwa yang mendapat situasi lebih tidak nyaman dari situasi yang kita dapatkan adalah mereka yang mejadi orang terdekatnya, mereka itu adalah orang tuanya, saudara-saudaranya, suaminya, atau istrinya dan mungkin juga guru-gurunya.

Namun, sebenar-benarnya yang paling tidak nyaman adalah dirinya sendiri sebagai pengangkut sampah hati dan pikirannya, sebagai pelaku prilaku buruk tersebut. Semakin banyak sampah hati, pikiran, jiwa maupun raga, semakin payah saja. Dan patutlah disebut 'payah dia'.

Dan, tahukah anda ? Sesungguhnya yang menjadi ibarat dari mobil box pengangkut sampah/cairan beraroma tersebut adalah masing-masing diri kita. Ya, masing-masing diri kita adalah pengangkut sampah, sampah hati, pikiran, juga makanan yang unfaedah.

Karena,

Semenjak manusia dilahirkan dia bukan hanya berbekal hal-hal baik seperti kasih sayang orang tua juga perlindungan keluarga, potensi baik seperti bakat dan kecerdasan yang apabila terus diasah pasti membawa manfaat bukan hanya untuk diri dan keluarga. Namun dalam perjalanan kehidupannya seseorang juga mengalami hal-hal yang tidak diinginkan ; kekecewaan, kemarahan, karena pengasuhan yang salah, hidup di lingkungan sosial yang serba kekurangan dan banyak terjadi pelanggaran hukum, kebiasaan lingkungan memakan makanan yang kurang sehat. Itu diantara faktor timbunan sampah jiwa maupun raga. 

Namun, prespektif ini mengesankan individu yang pasif, bergantung pada lingkungan. Padahal yang sebenarnya tidaklah demikian, yang ada adalah terdapat interaksi faktor personal dengan faktor lingkungan. Faktor personal berkaitan dengan yang telah diberikan Allah sebagai bekal hidup dan berkehidupan bagi idividu yang terlahir di dunia, mata untuk melihat, hati untuk merasa, telinga untuk mendengar dan otak untuk berpikir serta kesempatan atau masa/waktu atau hidup itu sendiri. Hingga menjadi sebuah pilihan bagi kita mau menjadi bersih dari sampah jiwa atau semakin payah dengan timbunan sampah yang semakin bertambah ?

Allah telah berfirman pada Surah Al-Asr

Ayat 1

وَالْعَصْرِۙ

Wal-‘asr.

Artinya: “Demi masa."

Ayat 2

اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ

Innal-insāna lafī khusr.

Artinya: “Sungguh, manusia berada dalam kerugian."

Ayat 3

اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر

Illalladzii na aa manuu wa amilus shalihaati watawa saubil haqqi wa tawaa saubis sabr.

Artinya: "Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran."

Sungguh rugi yang telah memilih tidak mengerjakan kebajikan, minimal membersihkan diri sendiri dari sampah jiwa padahal Allah telah memberi kesempatan.

Oleh karenanya, perjumpaan kita di tahun baru Islam bulan Muharram 1445 H. Itu adalah tanda Allah masih membuka lebar kesempatan bagi kita, maka patutlah semua kita segera bersih-bersih box/hati/pikiran kita sehingga bersih mobil/diri kita dari sampah/prilaku buruk yang menjadi beban diri yang dibawa kemana pergi serta berdampak pada lingkungan dimana berada!* Tidak menjadi manusia yang payah.* Apalagi orang rugi.* Naudzubillah....

Sabtu, 22 Juli 2023.
4 Muharram 1445 H.

SELAMAT TAHUN BARU HIJRIYAH

1 MUHARRAM 1445 H

SEMOGA MENJADI PRIBADI YANG LEBIH BAIK DARI TAHUN SEBELUMNYA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun