Mohon tunggu...
lailiyati .
lailiyati . Mohon Tunggu... Guru - GURU

GURU

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bullying

13 Maret 2022   08:03 Diperbarui: 13 Maret 2022   08:20 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bulliying ada berseliweran di sekitar kita. Penyakit kronis yang membutuhkan penangan segera. Bukan penyakit baru, sungguh bukan penyakit baru. 

Lalu apa solusi yang tepat?? Saya bukanlah ahli psikologi ataupun ahli hukum yang bisa cukup cermat bicara berkenaan tentang hal itu. Meski sebagai seorang yang berprofesi seperti saya yang tiada hari tanpa menyaksikan hal yang demikian, tentu telah dan akan menyelesaikan hal itu sesuai dengan cara saya. 

Bahkan hal aneh yang pernah saya dapati, saya jadi korban bulliying, karena saya mencoba menyelesaikan bulliying yang terjadi diantara siswa saya. Gak usah bunuh diri, senyumin aja. OK. Jadi saya lebih suka hanya jadi penyimak yang santun bagi pemapar yang ahli dibidangnya. Pada sedikit coretan ini saya hanya ingin mencermati sedikit tentang korban bulliying juga pelaku bulliying sedari apa yang saya ketahui.

Korban bulliying

Anjing menggonggong, kafilah ya...berlalu ajahh.

Bagi korban bulliying. Jadikan bulliying adalah inspirasi. Adalah pembuka mata anda bahwa anda berharga. Lihatlah korban bulliying yang telah saya sampaikan diatas, seorang yang jelita berkarier cemerlang. Anda bisa saja berkata, itu adalah hoax. 

Bahwa artis itu bunuh diri bukan karena bulli namun karena ketidak harmonisan dalam dia bersosialisasi dalam keluarga mungkin. Baiklah katakan itu sebagai hoax. Namun nasehat yang pernah sampai ditelinga saya adalah, belumlah hasil suatu pekerjaan itu baik jika tidak ada yang dengki atasmu.

Ingin sekali saya menyampaikan kepada anda yang telah saya sematkan jadikan bulli sebagai katalisator, pemercepat reaksi bagi doa-doa mu, mercusuar yang dengan cepat melangitkan doa-doa mu.

Seperti yang saya sampaikan diawal, bahwa bulli ibarat penyakit ain yang bisa mematikan tanpa harus pergi ke dukun. Setahu saya penyakit ain itu tertolak atau bisa mengenai pembawa penyakit ain sendiri jika diri kita orang yang bertakwa. 

Maka jadikan diri kita orang yang bertakwa, hingga pembulli bisa jadi malu sendiri, meski entah kapan itu, hanya Allah yang tahu. Jadi bertakwalah, hebatkanlah dirimu. Jadikan bulli sebagai kekuatan cadangan. Metamorfosakan bulli menjadi ide cemerlang. Sehingga andalah juaranyaaaaa..

Seperti Juniper kata bang sandi ataupun Masalah adalah anugerah, maka nikmatilah selagi ada, yang adalah kata saya. Apakah mungkin ide itu ada karena pernah jadi korban bulli ??

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun