"Saya harapkan hal ini juga merupakan jaminan kepastian pasokan gas di wilayah operasi PLN di Indonesia Timur dan sebagai bagian dari sistem bisnis gas yang lebih terintegrasi untuk kepentingan PLN. Untuk tahap pertama proyek ini akan diadakan di Tanjung Batu- Samarinda, Batakan-Balikpapan, Pasanggaran-Bali, dan Pomala-Kendari," ujar Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan di sela-sela penandatanganan nota perjanjian kerjasama dengan PLN di Jakarta, Kamis (24/3).
Menurut Karen, mini LNG merupakan solusi transportasi gas yang cocok dengan wilayah kepulauan yang tersebar di Indonesia Timur ketimbang pipanisasi. Berdasarkan kajian awal, sistem transportasi gas tahap pertama akan menggunakan kapal LNG mini berkapasitas 20 ribu metrik ton untuk memasok gas alam ke Bali dan Kendari. Sementara untuk Kalimantan Timur, akan digunakan kapal kontainer dengan kapasitas 10.500 metrik ton. Dengan kemampuan transportasi tersebut, Karen mengharapkan total kebutuhan gas pada tahap pertama nantinya dapat mencapai sekitar 90 mmscfd atau setara dengan LNG sebanyak 0,7 juta ton per tahun .
"Begitu pula dengan receiving terminal (terminal penerima gas), akan dipertimbangkan penggunaan terminal mini berupa kapal terapung ataupun small onshore plant (pembangkit pesisir pantai)," imbuh dia.
Dirut PLN Dahlan Iskan mengatakan proyek ini berpotensi menghemat biaya bahan bakar sebesar Rp874 miliar per tahun. Secara bertahap, proyek mini LNG ini diharapkan mampu mengurangi ketergantungan PLN terhadap pembangkit listrik tenaga bahan bakar minyak (BBM) jenis solar sehingga dapat mengurangi biaya produksi listrik.
"Bila biaya pokok produksi listrik berhasil ditekan, maka akan memberikan dampak bagi pengurangan subsidi listrik yang harus disediakan Pemerintah," ujar Dahlan.
Proyek mini LNG antara kedua BUMN energi tersebut merupakan realisasi dari perjanjian pengembangan bersama yang ditandatangani Pertamina dan PLN pada 29 November 2010.
Berdasarkan data Pertamina, tahap pertama proyek mini LNG ini ditargetkan beroperasi pada 2012 di Bontang, Kalimantan Timur dengan kapasitas volume 25 mmscfd, Batakan Balikpapan, Kaltim (15 mmscfd), Pasanggaran, Bali (25–30 mmscfd), Pomala, Kendari (25 mmscfd).
Sementara pada tahap kedua pada 2013, pengembangan sistem transportasi gas difokuskan pada Mataram, Nusa Tenggara Barat (15 mmscfd) dan Banjarmasin, Kalimantan Selatan (6 mmscfd). Pada tahap ketiga tahun 2015, wilayah-wilayah pengembangan sistem gas adalah Gorontalo (6 mmscfd) dan Halmahera, Kepulauan Maluku (60 mmscfd).
LNA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H