Mohon tunggu...
Lailatul Syadiyah
Lailatul Syadiyah Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer. Tertarik pada dunia religi, marketing manajemen, bussines, productivity, motivation, story telling, dan all about learning English.

Start from happiness

Selanjutnya

Tutup

Segar

Lebih Baik Jongkok daripada Duduk (Posisi Toilet Sehat ala Weemar Aditya)

24 April 2021   16:00 Diperbarui: 24 April 2021   16:02 2281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah kemaren kita membahas kenapa kita harus memilih Islam, serta kenapa kita beruntung menjadi seorang Islam? Sekarang coba kita flashback lagi, jika dunia ini tidak bertemu Islam, kira-kira apa yang terjadi?

Ustadz Weemar Aditya memililiki alasan kenapa memilih tema ini. Setelah berpikir cukup mendalam bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sudah tertera dalam Alquran di masa lampau walaupun kita belum mengerti sama sekali makna dan tujuan ayat itu diturunkan ke dunia.

Kalaupun Islam tidak ada, konflik di Palestina akan tetap ada, rebutan minyak di Suriah juga akan tetap ada. Kenapa demikian? Kenapa sangat yakin? Jika Islam tidak ada perang yang terjadi di dunia ini juga masih tetap ada.

Justru munculnya Islam di dunia ini menjadikan banyak kebaikan-kebaikan di dalamnya. Coba kita renungkan jika tidak ada Islam, itu artinya tidak ada Alquran dan Sunnah Nabi.

Jika tidak ada Alquran dan Sunnah coba kita analisis hal-hal simple berikut ini:

Dengan tangan apa kita akan makan? Misal kita jawab Kanan. Kenapa memilih tangan kanan untuk makan? Apakah alasannya karena factor genetis/ psikologis. Bukan, tetapi karena kebiasaan.

Kidal itu bukan faktor genetis, tetapi factor kebiasaan.

Apa resiko orang makan pakai tangan kiri? Dianggap tidak sopan? Sedangkan ukuran sopan itu adalah relative tergantung hal itu dilakukan di lingkungan mana atau di negara mana.

Bagaimana posisi buang air yang benar? Jongkok posisi yang paling tepat, karena  jongkok posisi duduknya lebih argonomik. Hal itu dipaparkan berdasarkan hasil riset Stanford University sekitar tiga puluh tahun yang lalu.

Pada zaman Rasulullah dahulu sekitar 1400 tahun yang lalu, beliau telah mengajarkan cara terbaik untuk membuang hajat yaitu dengan posisi jongkok. Hal itu terjadi hingga berabad-abad lamanya sampai muncul western civilitation yang menemukan closet duduk. Apakah penemuan baru dari barat ini lebih baik daripada perintah Rasulullah saat itu.

Ada sebuah teori yang ditemukan oleh Stanfrd University tentang posisi duduk kita di atas toilet. Secara anatomis atau argonomik, posisi yang paling nyaman dalam membuang hajat adalah dengan jongkok. Kemudian muncul toilet duduk, ternyata justru posisi tersebut menimbulkan banyak penyakit seperti kanker, usus besar,  ambien hingga sembelit, dan lainnya.

Ustadz Weemar Aditya melanjutkan, posisi jongkok ini bukan hanya untuk mereka yang memiliki penyakit-penyakit itu, tetapi juga untuk semua orang. Karena posisinya di usus besar terdapat bagian ujung yang bernama rectum (tempat keluarnya fases), kemudian ada otot yang mengikat bagian itu. Kalau posisi kita berdiri rectum tersebut posisinya mengikat, ketika kita duduk posisinya semakin terikat, namun ketika posisi kita jongkok rectum itu akan terbuka luas. Jadi jika kencing sambal berdiri atau duduk, ibarat selang hanya diputar setengahnya saja, otomatis kencing tersebut belum sepenuhnya bersih.

Akhirnya ditemukan kembali penemuan besar abad ini yaitu squatty potty (semacam kursi kecil yang digunakan untuk jongkok di toilet duduk).

Ustadz Weemar Aditya membuat kesimpulan, kalau manusia mendasarkan pemikiran hanya karena benar dan salah saja, maka untuk urusan kencing saja kita akan ketinggalan 1400 tahun dari kebenaran yang sudah dibawa oleh Rasullah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun