Mohon tunggu...
Lailatul Fadhilah Jamil
Lailatul Fadhilah Jamil Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

A learner.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jogja adalah Tempat untuk Berpatah Hati

28 Juni 2022   15:05 Diperbarui: 28 Juni 2022   18:19 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Maka sejak saat itu, aku memutuskan meletakkan kebahagiaanku pada Naya. Aku menaruh sepenuhnya kebahagiaanku padanya, memutuskan untuk menjadikan Naya satu-satunya wanita dalam hidupku. 

Memperlakukan Naya sebaik mungkin, menjadikannya ratu. Aku tidak pernah sama sekali memikirkan kemungkinan terburuk yang akan ada diantara aku dan Naya. 

Aku begitu yakin bahwa Naya tidak akan meninggalkan aku sebagaimana aku yang tak akan meninggalkan Naya. Maka pada hari ini, disaat Naya meninggalkanku, aku tak lagi punya energi untuk berbahagia.

"Aku punya sesuatu yang dipikirkan dan ga bisa aku bagikan kepada siapapun, termasuk kamu Raka. Aku memutuskan untuk hidup sebagai orang baru. Aku ingin mulai hidupku dari awal lagi. Lingkungan baru, tempat baru, orang-orang baru. Aku ingin terlahir sebagai Naya yang baru. Kamu tidak perlu mencariku, Raka. Aku akan pergi dan mungkin tak akan kembali. Jalani hidupmu sebagaimana sebelumnya, berbahagialah meskipun tanpa aku. Untukmu akan selalu satu ruang yang aku sisakan di hatiku." Demikianlah pesan terakhir yang dikirim Naya sebelum ia menghilang.

Setelah pesan singkat yang ia kirimkan, aku tak lagi bisa menghubunginya. Naya memblokir semua nomor dan akun sosial mediaku. Aku juga tak punya tempat untuk bertanya tentang keberadaan Naya. 

Bahkan teman terdekatnya tidak tahu Naya kemana. Aku menyerah. Naya benar-benar memutuskan untuk menghilang dari kehidupan yang sebelumnya ia jalani. 

Naya ternyata sama sekali tidak mengabari siapapun tentang keputusannya untuk menghilang. Meskipun setidaknya Naya memberikan salam perpisahan kepadaku, namun yang namanya perpisahan tetap saja menyakitkan.

Matahari sudah tenggelam, bergantikan indahnya remang remang lampu kota Jogja. Sudah 3 jam aku duduk di titik yang sama. 

Mengenang Naya dan kepergiannya. Aku melangkahkan kaki dan meninggalkan tempat ini. Sudah saatnya aku pulang, aku harus tetap hidup meskipun tanpa Naya.

Aku mengendarai motor sambil menikamti jalanan malam kota Jogja. Menyaksikan pasangan harmonis yang duduk di teras ambarukmo ataupun makan pecel di lesehan pinggir trotoar. 

Badut di lampu merah. Manusia silver yang berdiri hormat. Dan penjual koran yang menawarkan dagangannya ke pengendara mobil di lampu merah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun