Mohon tunggu...
Lailatul FitriaNurhidayah
Lailatul FitriaNurhidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Psikologi UNIVERSITAS AIRLANGGA HO

saya tertarik pada menari dan kebudayaan yang ada di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

[Opini] Kebudayaan Petik Laut di Kota Probolinggo Menurut Pandangan Islam

3 Mei 2023   22:00 Diperbarui: 3 Mei 2023   21:56 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kebudayaan secara etimologi, kata culture atau budaya berasal dari bahasa latin yaitu colere yang artinya mengolah atau mengerjakan. Kata culture didalam bahasa inggris artinya kultur atau kebudayaan. Jadi, kebudayaan adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia sebagai ciri-ciri dari makhluk sosial serta dijadikan sebagai acuan dalam bertingkah laku. Penduduk di dunia ini memiliki kebudayaan berbeda-beda yang secara jelas menampakkan kesamaan kodrat manusia dari segi suku, bangsa, dan ras. Setiap kebudayaan pasti memiliki wadah dari kebudayaan tersebut, sehingga antara kebudayaan dan masyarakat tidak dapat dipisahkan.

Kota Probolinggo sendiri adalah kota yang dijuluki sebagai ''MANGGUR'' atau Mangga dan Anggur. Kota ini berada di wilayah tapal kuda Jawa Timur dan menjadi jalur utama pantai utara yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Bali. Letaknya sekitar 100 km disebelah Tenggara Kota Surabaya dan secara letak astronomis berada pada 743'41" - 749'04" LS dan 11310' - 11315' BT. Salah satu kebudayaan di kota Probolinggo adalah Petik Laut yang merupakan salah satu bentuk keragaman budaya wilayah Dusun Parsean Karang Anyar Kabupaten Probolinggo. Acara ini biasanya diadakan setiap tahun pada  tanggal 14 Muharram dalam penanggalan Hijriah oleh warga sekitar Desa Parsean Karang Anyar di Kabupaten Probolinggo. Kebudayaan ini sebagai bentuk rasa syukur atas hasil tangkapan nelayan selama bekerja kepada Sang Pencipta. Acara Petik Laut berlangsung dalam beberapa prosesi diawali dengan pawai budaya yang menampilkan berbagai bentuk pertunjukan oleh masing-masing perwakilan pemukiman penduduk sekitar. 

Pentas seni hadrah yang unik, bapak-bapak memakai pakaian seperti ibu, kendaraan hias yang menunjukkan hasil petik laut dan prosesi yang paling ditunggu yaitu Larung Sesaji. Seluruh warga dan kepala desa setempat mengikuti Budaya Petik Laut di Dusun Parsean Karang Anyar, Kabupaten Probolinggo. Setiap acara pada tiap tahunnya diharapkan dapat memberikan kesan yang menarik baik bagi yang hadir maupun yang tidak, sehingga setiap acara selalu terbuka untuk kritik dan saran untuk lebih mengembangkan Gelar Budaya Petik Laut di tahun-tahun yang akan datang. Berikut penjelasan mengenai susunan acara yang dilaksanakan pada acara Petik Laut di Dusun Parsean Karang Anyar Kabupaten Probolinggo antara lain : 

1. Pawai Budaya 

Pawai Budaya juga bentuk keragaman budaya yang ada di Indonesia. Pelaksanaan Pawai Budaya sendiri bukan hanya ada di acara-acara besar seperti pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan Indonesia saja pada setiap tahunnya. Namun, pada acara-acara kecil yang diadakan oleh dusun, desa, maupun kota. Pawai budaya merupakan iring-iringan sekelompok orang yang biasanya dilakukan sepanjang jalan raya, pada umumnya dilakukan dengan menggunakan kostum uniko ciri khas budaya, diiringi music dalam suatu upacara ataupun acara tertentu. Pawai budaya juga dilakukan oleh warga disekitar pada saat kebudayaan Petik Laut di Dusun Parsean Karang Anyar, Kabupaten Probolinggo dengan menampilkan beraneka pertunjukkan dari perwakilan masing-masing dusun. Rute perjalanan pawai budaya ini dengan mengelilingi Desa Tamansari. Beberapa warga juga ada yang tidak ikut berpartisipasi karena mereka hanya menjadi penonton di bahu-bahu jalan raya. Dalam pawai budaya ini juga setiap warga atau perwakilan dusun harus membawa larung sesaji dari hasil panen atau hasil bumi didaerah setempat seperti membawa daging sapi, kepala  kerbau, sayur-sayuran, buah-buahan dan masih banyak lagi. Pada prosesi akhir dari pawai budaya ini adalah sesaji tersebut akan dilarungkan di tengah-tengah laut.

2. Hadrah 

Kesenian ini juga sering didengar oleh masyarakat setempat karena kesenian ini berasal dari agama islam yang dalam prosesi pelaksanaannya diiringi dengan alat musik rebana sambil melantunkan syair-syair pujian, dzikiran, maupun sholawat yang akan dipanjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Hadrah dikenal sebagai media khotbah, wirid, bahkan pembacaan Al-Qur'an. Hadrah di acara kebudayaan Petik Laut ini sangat unik yaitu para pesertanya adalah bapak bapak dengan menggunakan pakaian seperti ibu-ibu lalu memainkan alat musik rebana untuk mempertunjukkan salah satu ciri khas budaya wilayah tersebut. Hadrah ini juga sering tampil pada acara-acara yang ada di kota Probolinggo serta sudah menjadi tampilan yang favorite di kota ini. 

3. Becak dan Kendaraan Hias

Becak dan kendaraan sudah tidak lazim dikalangan masyarakat Indonesia terutama di daerah Dusun Parsean Karang Anyar Kabupaten Probolinggo. Di Dalam kebudayaan Petik Laut becak dan kendaraan hias sudah selalu dilakukan bahkan tidak pernah luput hadir di dalam prosesnya karena ini juga salah satu keunikan yang ada di daerah tersebut. Nantinya akan dihias dengan beraneka macam bahkan berbagai pernak-pernik sesuai dengan kreatifitas setiap masing-masing masyarakat setempat. Selanjutnya kendaraan sendiri juga bisa dihias dengan menambahkan ornamen kapal yang besar, dan didalamnya ada beberapa orang yang memakai kostum seperti kerajaan di bawah laut. Selain itu, isi nya meliputi hasil bumi, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan, daging, dan masih banyak lagi.

4. Larung Sesaji 

Acara yang paling ditunggu-tunggu ialah larung sesaji ini yang dilaksanakan pada saat akhir acara dari Petik Laut ini. Pada larung sesaji ini dilakukan dengan mengarak sesaji mengelilingi desa, setelah itu larung sesaji ini akan dibawa menuju masing-masing kapal yang besar untuk melarungkan sesaji dengan berbagai isinya dari hasil bumi di daerah setempat seperti sayur-sayuran, buah-buahan, hewan ternak, ikan dan yang lainnya ke tengah laut. Biasanya, kapal yang digunakan adalah kapal milik nelayan warga desa sekitar Dusun Parsean Karang Anyar yang bertindak sebagai tuan rumah. Kebudayaan ini merupakan salah satu warisan bangsa Indonesia yang harus dijaga dan tetap dilestarikan. Keragaman budaya di suatu daerah memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing. Salah satunya adalah kebudayaan Petik Laut ini yang diadakan di Dusun Parsean Karang Anyar Kabupaten Probolinggo. Dengan prosesi acara yang unik dan menarik bahkan dari awal hingga akhir acara. Prosesnya dimulai dari pawai budaya, hadrah, becak dan kendaraan hias, dan larung saji. Setiap prosesi ini memiliki makna dan pesan yang tersirat. Sebagai generasi penerus bangsa sudah seharusnya untuk melestarikan setiap kebudayaan yang ada di sekitar, berani mengenalkan budaya lokal ke orang luar sehingga budaya yang ada di sekitar tetap lestari sampai turun-temurun. 

Tetapi, acara petik laut ini mengandung simpang siur yang berupa pendapat dari beberapa para tokoh ulama, salah satu nya adalah pendapat dari : 

  1. Muhammadiyah  yang mengatakan bahwa hukum Petik Laut diperbolehkan asalkan penegakannya tidak menghasilkan pelaksanaan yang mendekati syirik. 

  2. Perwakilan NU berpendapat bahwa hukum tentang Petik Laut tidak boleh dilaksanakan karena mengandung unsur Tabzir dalam pelaksanaannya dan dikhawatirkan akan menimbulkan perkara yang mendekati syirik.

Tokoh Muhammadiyah dan tokoh NU memiliki kesamaan dalam hal pendapatnya yakni sama-sama mengatakan tidak boleh jika dalam praktiknya menimbulkan keyakinan yang dekat dengan syirik karena menurut mereka Tuhan tidak suka dengan orang-orang yang mendekati perbuatan seperti itu. 

Ada beberapa pendapat yang berasal dari sudut pandang yang berbeda salah satunya adalah pendapat dari tokoh  Muhammadiyah yang lain dia mengatakan bahwa hukum Petik Laut itu boleh karena dapat dijadikan sebagai momen dakwah yang dikenakan pada Maulid Nabi ketika acara petik lautnya dilakukannya karena ada beberapa petik laut yang harus menggunakan ceramah diacaranya Agat semakin barakah dalam mencari rejeki. Untuk laut menyimpan banyak masalah, sementara pengurus NU yang lain masih menganggap tidak diperbolehkan karena banyak tabzir tentang pelaksanaannya dan takut diyakini mendekati syirik. 

Jadi dapat disimpulkan dari masing-masing pendapat ini adalah jika Muhammadiyah boleh asalkan dijadikan sebagai momen yang positif sebagai dakwah. Tetapi menurut Pengurus NU tidak diperbolehkan dengan dasae tabzir, karena hal ini akan mendekati syirik boleh dilakukan asal hal yang mengandung tabzir dihilangkan. 

Pengalaman dari sehari-hari para nelayan di laut ada tiga praktik keagamaan yaitu dimensi Tauhid, kehidupan sosial, dan ibadah atau keagamaan. Dimensi Tauhid berarti dari kehidupan nelayan mengalami perubahan kedalam sesajen. Jika dimensi kehidupan sosial dikonstruksi dari Muhammadiyah ke NU. Jika dimensi ibadah atau keagamaan berarti para nelayan menjalankan ibadah sholat, puasa, dan beberapa ke orang pintar yang bentuknya atas hasil interaksi antara kehidupan sosial dengan sehari-harinya. Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU) Ustadz H Mahbub Ma'afi Ramdan menjelaskan logika putusan hasil Muktamar NU Ke-5 di Pekalongan pada 13 Rabiuts Tsani 1349 H/7 September 1930 M perihal perayaan untuk memperingati jin penjaga desa/sedekah bumi. Ustadz Mahbub mengatakan bahwa para kiai NU pada forum itu memutuskan perihal sedekah bumi bahwa upacara adat seperti demikian adalah haram dalam agama. 

Putusan menurutnya ini dikenal dengan acara upacara sedekah laut atau karungan. Dia juga mengatakan bahwa putusan haram ini didapat dari beberapa forum pertanyaan dari para kiai juga, tapi beliau juga mengatakan bahwa jawabannya ini harus bisa dipahami jangan langsung mengambil keputusan. "Ya karena deskripsi seperti itu. Jawaban atau putusan forum bahtsul masail itu bergantung sekali pada deskripsinya," kata Ustadz Mahbub Ma'afi Ramdan kepada NU Online di Jakarta. 

Disini juga ada pertanyaan dari forum tersebut salah satunya adalah "Bagaimana hukumnya mengadakan festival dan hajatan untuk mengharapkan keberuntungan dan keselamatan, dan terkadang ada hal-hal buruk. Nama festival itu adalah "Sedekah Bumi", itulah yang dilakukan penduduk desa karena ini sudah ada sejak jaman dahulu?" "Jawab: Kegiatan seperti itu haram." Ad-Diniyyah Al-Maudhu'iyyah LBM PBNU Pengurus Komisi Bahtsul Maasai menambahkan, situasi di lapangan yang dijabarkan dalam rumusan masalah sangat menentukan respon kiai forum Bahtsul Maasai. Ia mengatakan, keputusan dan tanggapan sedekah di forum Muktamar NU akan berbeda jika rumusan masalah yang disampaikan kepada para kiai berbeda.

"Bahkan jika diputuskan haram, apakah keterangan (tahqiqul manath) yang disampaikan dalam forum ini sesuai dengan kondisi dan keadaan setempat. Jika fakta-fakta yang terkandung dalam keputusan tidak terbukti, maka upacara Petik Laut atau sedekah yang disebutkan dalam keputusan Muktamar berbeda dengan upacara adat yang ada di masyarakat. Karena berbeda, maka tentu hukumnya berbeda lagi," ujar Ustadz Mahbub.

Jadi, semua pendapat ini dapat disimpulkan bahwa haram atau tidaknya adat ini tergantung pada kepercayaan masing-masing individu. Karena Pendapat orang itu tergantung dari perspektif masing-masing individu, apalagi sifatnya subjektif. Tulisan ini diharapkan untuk memberikan sebuah informasi kepada masyarakat luas tentang kebudayaan Petik Laut menurut pandangan Islam.

DAFTAR PUSTAKA

2019, M. d. (2019). Manusia Dan Kebudayaan (Manusia Dan Sejarah Kebudayaan, Manusia dalam Keanekaragaman Budaya Dan Peradaban Manusia dan Sumber Penghidupan. 7(2).

mahyadi. (n.d.). Mahdayani dkk, 2019, Manusia Dan Kebudayaan (Manusia Dan Sejarah Kebudayaan, Manusia dalam Keanekaragaman Budaya Dan Peradaban Manusia dan Sumber Penghidupan. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Volume 7, Nomor 2 : Agustus 2019. Suci Setia Rahayu, 2019, Tr.

Rahayu, s. S. (n.d.). Home. YouTube. Retrieved April 28, 2023, from http://formadiksi.um.ac.id/tradisi-gelar-budaya

Riady, S. M. (2023, April Jumat). Pandangan NU dan Muhammadiyah terhadap Tradisi Petik laut. GEOTIMES. Retrieved April 28, 2023, from https://geotimes.id/opini/pandangan-nu-dan-muhammadiyah-terhadap-tradisi-petik-laut/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun