Mohon tunggu...
LailaNurul Azizah
LailaNurul Azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta

Saya menyukai topik seputar patologi sosial

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pelecehan Seksual jadi Hal yang Wajar di Kalangan Anak Muda? Kok Bisa?

13 Juni 2024   15:26 Diperbarui: 13 Juni 2024   15:36 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Anak muda sekarang memang selalu menjadi pusat perhatian, dari fashion, lifestyle, hingga bahasa sekalipun.

Ngomong-ngomong soal bahasa, menarik kalau kita bahas bahasa gaul anak muda.

Anak muda saat ini banyak menciptakan bahasa-bahasa gaul seperti contoh FOMO (Fear of missing out) yang makna umumnya yaitu takut ketinggalan trend. 

Ada juga bahasa gaul seperti gaje (ga jelas), TBL (takut banget loh), Nder (Sender/pengirim pesan), dan masih banyak lagi.

Namun sebagai generasi bangsa, kita juga harus selektif dalam memilih bahasa. Tidak semua bahasa memiliki sisi positif. Belakangan ini banyak ditemui bahasa-bahasa gaul yang berbau negatif dikalangan anak muda. Bahasa ini banyak ditemukan di sosial media, seperti Tiktok, Instagram, hingga X. Seperti contoh yang sedang trend di kalangan anak muda saat ini yaitu tobrut, ceker babat, logo tesla, dan masih banyak lagi. Padahal bahasa ini memiliki makna yang mengarah ke pelecehan seksual, terutama pada perempuan.

Hal ini menjadi kebiasaan di kalangan anak muda, bahkan dikalangan anak muda perempuan pun ini sudah menjadi hal biasa. Miris, namun ini fakta. Di sosial media banyak ditemukan komentar-komentar yang negatif terhadap sebuah postingan. Bahkan hal ini pun ditanggapi oleh orang banyak. Banyak komentar negatif yang berbau pelecehan seksual dan ditanggapi dengan hal yang sama. 

Mereka merasa seoalah hal tersebut sudah wajar dan biasa jika dilakukan. Tidak hanya kalangan anak muda, namun anak yang masih dibawah umurpun juga melakukan hal serupa.

Lantas bagaimana dengan kaum yang menyuarakan ketidakadilan terhadap wanita, sexual harassment, hingga kesetaraan gender.

Kita sebagai generasi bangsa harus sadar akan masalah sosial ini, hal ini tidak baik untuk generasi kita maupun calon generasi penerus bangsa.

Saat ini sudah banyak kalangan remaja hingga tua, laki-laki hingga perempuan yang menyuarakan keadilan pada perempuan. Di Indonesia sendiri juga memiliki lembaga Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan/komnas perempuan, ada juga di setiap daerah yang namanya Dinas Pemberdayaan Perempuan 

Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB). Pemerintah juga mengupayakan agar perempuan di Indonesia tetap aman dan tidak mengalami kekerasan maupun pelecehan seksual.

Namun, mirisnya anak muda sekarang lebih suka kebebasan hingga kelewat batas. Mereka tidak menyadari jika bahasa-bahasa yang mereka ciptakan ini mengakibatkan dampak negatif bagi masyarakat luas. Padahal hal itu tidak sesuai dengan budaya kita, Indonesia yang terkenal di kalangan negara-negara luar jika masyarakatnya terkenal ramah dan sopan.

Selain itu ada juga kaum perempuan sengaja melakukan hal yang berbau pelecehan seksual. Seperti contoh penyanyi dangdut yang sengaja melihatkan bagian yang sensitif kepada penonton untuk menarik perhatian penonton seperti sengaja menggoyang-goyangkan buah dada, melakukan goyang yang tidak sepantasnya, dan masih banyak lagi. Hal ini menarik perhatian penonton untuk melakukan pelecehan terhadap perempuan.

Padahal banyak kaum yang susah payah untuk menjaga hak asasi perempuan agar perempuan di Indonesia tidak mengalami pelecehan.

Ada juga juga perempuan yang suka jika di catcalling oleh kaum laki-laki. Cat calling sendiri merupakan bentuk pelecehan seksual pada korban wanita atau remaja perempuan seperti memberi siulan hingga mengomentari fisik.

Sungguh miris, padahal sebelum adanya internet yang dspat menjangkau apa saja, negara kita dikenal sebagai negara yang ramah dan sopan. Namun, kemajuan teknologi ini juga memberikan dampak buruk bagi generasi penerus bangsa.

Kita harus sadar akan kebiasaan buruk tersebut, sebagai anak muda generasi bangsa kita harus selektif dan menjaga antar sesama agar kerukunan bangsa bisa terjalin dengan baik. Bijaklah dalam menggunakan kata, karena kualitas bangsa ada pada generasinya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun