Setelah mengalami kejadian itu, peserta KKN pria dan wanita yang awalnya tidur di tempat terpisah. Pria di Posyandu, sementara yang wanita tidur di rumah warga, kemudian tidur dalam satu tempat yang sama hanya dipisahkan dengan sekat bambu anyam. Dilakukan seperti itu karena menurut Pak Prabu, Widya harus selalu dijaga, tidak boleh ditinggalkan sendirian.Â
Hari demi hari mereka lalui tiba dimana Ayu dan Bima melakukan hubungan yang tidak seharusnya mereka lakukan di tempat pemandian para penari. Sesungguhnya, tempat yang dikunjungi oleh Bima dan Ayu dalam kisah KKN Desa Penari adalah lokasi keramat yang tidak boleh dimasuki oleh manusia. Hingga Badarawuhi marah dan mengutuk mereka. Badarawuhi dikisahkan sebagai ratu penguasa dan salah satu pemilik sinden (tempat mandi para penari) di hutan.Â
Badarawuhi ini menempel pada tokoh bernama Widya, yang sejak awal kedatangan sudah mendengar suara gamelan di tengah hutan. Dalam cerita film KKN di Desa Penari, Badarawuhi adalah sosok siluman yang sangat cantik dan digambarkan sebagai seorang penari bertubuh ular dengan ciri khas berselendang. Akibat perbuatannya Ayu dikutuk menjadi seorang penari dan menggantikan posisi Badarawuhi, sementara Bima, harus mengawini Badarawuhi dan kemudian melahirkan ribuan anak yang berwujud ular.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H