Mohon tunggu...
Laela Sofrotun Nida
Laela Sofrotun Nida Mohon Tunggu... Guru - Santri Nurul Furqon - Mahasiswa Universitas Brawijaya

Hanya sekedar berbagi. Semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Refleksi Kemerdekaan: Apakah Benar Kita Sudah Merdeka?

19 Agustus 2024   18:19 Diperbarui: 19 Agustus 2024   18:44 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doc. Pribadi (Santri Nurul Furqon ketika turut merayakan perlombaan agustusan)

Jika seandainya kita kembali lagi ke masa seratus tahun silam. Tanah-tanah di negeri ini penuh dengan pertumpahan darah. Rakyat sangat dibuat menderita di tanah airnya sendiri. Negeri ini sangat kaya tapi dibuat tak berdaya oleh penjajah biadab.  Sebutan manusia sudah tak pantas lagi untuk mereka yang tak tahu diri ingin menguasai dan menindas rakyat semena-mena. Kurang lebih sudah tiga ratus tahun hidup dalam ketidakbebasan. Tak perlu dibayangkan betapa tersiksanya hidup di masa itu. 

Suatu hal yang harus disyukuri, Tuhan karuniai manusia-manusia pilihan yang tak lelah berjuang merebut hak kemerdekaan. Dengan segala upaya hingga nyawa jadi taruhannya. Para ulama, pemuka agama, pemuda-pemudi, para nasionalis, dan pahlawan lainnya yang telah syahid turut andil dalam upaya ini. 

Pada 17 Agustus 1945, dengan gagah berani Ir. Soekarno dan Drs. Moch. Hatta mengucapkan "Kami, bangsa Indonesia, dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia." Pembacaan teks proklamasi ini menandai lahirnya sebuah negara berdaulat yang bernama Indonesia. Ini adalah satu dari sekian banyak nikmat Allah yang tak bisa kita hitung satu persatu dan terus kita nikmati sampai saat ini, yakni nikmat kemerdekaan, nikmat terlepas dari kungkungan penjajahan, dan bisa merasakan udara kebebasan.

Kini, setiap tanggal 17 Agustus selalu jadi momen euforia di segala penjuru tanah air.  Berbagai perlombaan menarik, kegiatan karnaval dan lainnya digelar sebagai bentuk perayaan kemerdekaan. Namun tak cukup dalam bentuk seremonial saja, momen 17-an juga sebagai ajang refleksi untuk mengenang jasa para pahlawan dan merenungi makna kemerdekaan sesungguhnya bagi kita saat ini. 

Sejatinya hari ini kita memang telah merdeka. Bebas dari belenggu penjajahan dan kolonialisme. Namun apakah kini makna merdeka masih sama? Apakah diri kita sudah benar-benar merdeka?

Definisi merdeka sendiri menurut KBBI artinya bebas; berdiri sendiri, tidak terikat atau tidak bergantung kepada orang.  Singkatnya kemerdekaan berarti bangsa Indonesia memperoleh kebebasan yang seutuhnya, bebas dari segala bentuk penindasan dan penguasaan bangsa asing. 

Seiring berjalannya zaman, makna merdeka pun juga berkembang. Saat ini, makna merdeka tersebut menjadi kian terbuka. Mencakup juga hak untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas, akses terhadap kesehatan yang memadai, peluang ekonomi yang setara, kebebasan dari diskriminasi, hingga kebebasan dari langkah kriminalisasi dan represi penguasa. Dengan pemahaman ini, kemerdekaan berarti juga menciptakan ruang bagi kebebasan dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan. Seperti halnya yang dikatakan oleh Yenni Wahid, putri Gus Dur, beliau mengatakan bahwa hakikat kemerdekaan pada esensinya adalah semua manusia itu bisa mencari kebahagiaan dalam hidup, sampai akhirnya nanti mendapatkan kebahagiaan hakiki di akhirat.

Lalu, jika diluar sana nyatanya masih dijumpai banyak saudara kita yang belum bisa mendapatkan hak pendidikannya, juga hak kebebasan berdemokrasi, suara-suara perempuan yang seringkali tak didengar, tingginya budaya patriarki yang masih mengakar kuat, pertumbuhan ekonomi yang belum merata, dan masalah kompleks lainnya yang sedang dihadapi bangsa ini. apakah kau masih sebut itu merdeka?

Di tengah hiruk-pikuk perkembangan global dan dinamika politik, kemerdekaan yang dulu dipertaruhkan dengan darah dan air mata kini harus dihadapi dengan kesadaran baru akan tantangan yang lebih kompleks. Perjuangan mencapai kemerdekaan dari penjajah telah usai, namun tantangan untuk menjaga dan mempertahankan kemerdekaan yang hakiki belumlah selesai. Tugas kita lebih berat karena harus menjaga persatuan dan mempertahankan bangsa dari segala serangan yang berusaha memecah belah kita. Seperti halnya dalam kutipannya Soekarno "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri."

Namun, pada perayaan kemerdekaan tahun 2024 ini, sejarah baru telah dimulai. Untuk pertama kalinya dalam sejarah perayaan kemerdekaan dilaksanakan di Ibukota yang baru, atau disebut IKN (Ibukota Nusantara). Seperti halnya tema kemerdekaan tahun ini "Nusantara Baru, Indonesia Maju". Tema ini dipilih untuk mencerminkan momen transisi penting yang tengah dijalani bangsa Indonesia.  Hal ini bukan hanya perpindahan secara administratif tapi juga menandakan upaya untuk memeratakan pembangunan berkelanjutan di Indonesia, agar tidak hanya Jawasentris tapi Indonesiasentris. Kurang lebih demikian yang sering disampaikan oleh Presiden Jokowi. 

Dalam kacamata Islam, perpindahan ibukota ke Kalimantan diibaratkan seperti Hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ketika berdakwah dari makkah ke Madinah, sejarah menunjukkan bahwa kejayaan Islam hingga bisa menyebar ke seluruh dunia bermula dari Kota Madinah. Dari kota Madinah pula, dakwah Nabi Muhammad terus membahana sehingga jumlah umat Islam semakin banyak dan menyebar ke seluruh antero dunia.

Dengan Hijrahnya Ibukota ke Kalimantan, semoga membawa harapan baru dan semangat untuk melanjutkan pembangunan berkelanjutan, kesejahteraan lebih merata, dan siap menghadapi berbagai tantangan di masa depan. Ya, PR kita memang masih banyak untuk terus berusaha dan berusaha memajukan bangsa kita. Siapapun kita, apapun peran kita, tetaplah lakukan kegiatan yang positif, lakukan yang terbaik sesuai peran dan kemampuan kita. 

Momen kemerdekaan ini juga tak cukup hanya berhenti pada seremonial upacara atau perlombaan, refleksi makna kemerdekaan dan tantangan zaman, mengenang jasa para pahlawan, tapi lebih dari itu, mereka juga menunggu kiriman doa-doa dari kita; generasi penerus yang kini tengah menikmati tanah air yang mereka perjuangkan. Alfatihah untuk para pahlawan yang telah syahid. 

Dirgahayu RI 79 tahun, semoga dengan spirit kemerdekaan dan Nusantara Baru, Indonesia Maju bisa benar-benar terwujud, dan semoga negara kita termasuk dalam kategori Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur. Aaamiiin. 

Sumber: https://www.nu.or.id/nasional/makna-kemerdekaan-menurut-yenny-wahid-8C3dw

https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-memaknai-nusantara-baru-indonesia-maju-S34tH

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun