Memang betul, seusai lulus nanti mahasiswa dihadapkan pada dunia pekerjaan dan bukan berarti kampus hanya bisa menyediakan alat untuk mempermudah nilai dengan minim keterampilan.
Apakah kampus hanya sebagai alat pencetak robot tenaga kerja yang hanya akan memuaskan industri kerja ? tentu bukan.Â
Kampus sebagai tempat mengembangkan diri dan memperdalam suatu keilmuan dengan tetap menyisipkan nilai-nilai kemanusiaan di dalamnya. Namun sekali lagi, ini bukan hanya sebatas pada kebutuhan dan kemudahan yang disebut  'nilai'.
Kesempatan magang menjadi momen penting untuk mengaplikasikan ilmu yang sudah dipelajari di bangku perkuliahan dan kesempatan luas membangun relasi.
Nilai bukan satu-satunya tolak ukur keberhasilan belajar seseorang. Pengalaman dan keterampilan yang dimiliki menjadi magnet bagi industri kerja untuk melirik. Kemudahan nilai bagi mahasiswa merupakan kesempatan langka, tapi jika harus mengorbankan kesempatan mendapatkan pengalaman, tentu saja tidak bisa.
Sebagai mahasiswa yang menganut Tri Dharma Perguruan Tinggi baiknya bisa lebih bijak memilih. Memang tidak ada yang benar-benar layak metode sebagai pengganti magang.Â
Namun pastinya ada pilihan yang masih rasional dipilih dengan alasan adanya kesempatan melatih keterampilan lain daripada hanya sekedar penimbun sertifikat tanpa ilmu yang melekat.
Pada bulan kedelapan ini handphone saya lebih banyak bunyi dan muncul notifikasi grup kampus karena teman-teman saya rajin post dan share info seminar online yang entah bagaimana rasanya penat sekali jika harus menjadi pemburu sertifikat. Namun semua itu merupakan usaha bagi mahasiswa untuk menggenapi nilai di mata kuliah magang ini.
Sekali lagi, pihak kampus mungkin saja dengan sengaja menawarkan kemudahan sebagai bentuk keperluannya sendiri. Mungkin saja untuk akreditasi jadi kepentingan mahasiswa sedikit terbatasi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H