Mohon tunggu...
Muhammad Haris
Muhammad Haris Mohon Tunggu... Freelancer - Sebuah Usaha Mengabadikan Pikiran

Menulis untuk mengenali diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Seorang Lelaki Tua dan Kapalnya

25 Agustus 2020   23:00 Diperbarui: 26 Agustus 2020   06:52 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
[Ilustrasi: Muhammad Haris]

Rambe tidak mampu lagi mengontrol keinginannya yang menggebu-gebu untuk berjudi. Dia kecanduan duduk di depan meja judi. Karena itu pula, setelah mengalami banyak kekalahan dia tidak ragu untuk menjual rumah yang dibelinya dengan perjuangan panjang di lautan. Dia memilih untuk mengontrak rumah, seperti kali pertama dia menginjakkan kaki di Mogi. Uang hasil jual rumah dipakai untuk berjudi lagi. Sebuah keputusan yang harusnya tidak dilakukannya.

Kawan-kawannya yang memakai kapalnya untuk melaut telah menyarankannya untuk berhenti berjudi, tapi seolah peribahasa "anjing mengonggong kafilah berlalu," Rambe tak memedulikannya. Judi seolah darah dalam tubuhnya---tidak bisa hidup tanpa judi. Dia terus bertarung di meja judi sampai akhirnya uang hasil jual rumahnya pun habis. Untuk membayar kontrakan rumah dan biaya hidup dia masih mendapatkan dari bagi hasil melaut yang menggunakan kapal miliknya.

Perubahan hidupnya yang sangat mencolok, mendapatkan komentar dari banyak orang, tidak juga membuatnya berhenti berjudi. Dia berniat menjual kapalnya yang cukup besar tadi, kapal yang dibelinya di Mogi. Dia menjual kepada kawannya yang selama ini menggunakan kapal itu. 

Tentu saja, kawannya dengan cepat mengiyakan, walau harus meminjam di Bank untuk mendapatkan kapal itu. Sebagaimana Rambe, membeli kapal itu bagi kawannya adalah sebuh investasi yang penting untuk masa depan. Akhirnya Rambe kehilangan kapal itu, juga seperti kehilangan seorang kawan karena kawannya lebih sibuk mencari nafkah dengan kapal yang baru saja dijualnya itu.

Nyaris hidup Rambe hanya bergantung pada hasil kapalnya yang dulu di pakainya merantau. Hasilnya di meja judi beberapa kali bisa membantunya membayar kontrakan rumah, tetapi lebih banyak dia mengalami kekalahan sebagaimana biasa dan kehabisan uang. Di tengah kondisi itu, kesialan lain justru datang menghampirinya. 

Kapalnya yang dipakai melaut jarang mendapatkan hasil. Kawan-kawannya yang mengoperasikan kapal itu berpikir beribu kali untuk mau melaut lagi melihat hasil tangkapan yang tidak seberapa. Beberapa di antara mereka memutuskan mencari pekerjaan di darat, bekerja sebagai buruh pelabuhan atau karyawan toko.   

Karena hasil melaut yang sedikit, tentu bagi hasilnya pun sedikit, hingga pada akhirnya semua kawan-kawan Rambe berhenti memakai kapal itu. Kapal itu di sandarkan dan berlabu disamping tembok di tepi sungai yang berbatasan langsung dengan jalan di kota. Karena peristiwa itu pula, Rambe seolah berada di ujung tanduk perjalanan hidupnya.

Bagaimanapun juga bagi Rambe, dengan kapal itu, dia mulai banyak hal di tanah rantau. Berat rasanya untuk menjual kapal itu yang juga menjadi satu-satu hartanya yang tersisa. Dia masih memendam harapan suatu saat nanti dia kembali melaut menggunakan kapal itu. 

Di sisi lain, tak ada lagi penghasilan yang bisa digunakannya untuk membayar kontrakan. Masih ada sisa uang hasil melaut tetapi digunakannya untuk membeli kompresor untuk membuka usaha tempat pompa ban dan membeli alat-alat lain untuk usaha tambal ban.

Pada akhirnya Rambe tak mampu lagi membayar kontrakan. Dia memutuskan untuk pindah dan tinggal di tempat yang tak pernah dibayangkan sebelumnya akan menjadi rumah untuknya yaitu kapal kesayangannya. Orang-orang banyak bersimpati kepadanya tapi tak bisa berbuat banyak. Seorang kawan lamanya yang tinggal dekat dengan kapal sekaligus rumah Rambe di labuhkan, memberikan  izin untuk rambe membuka usaha tambal ban di depan rumahnya. Itu sudah sangat membantu bagi Rambe.

Rambe menjalani hari-harinya dengan bekerja sebagai penambal ban. Kadang kala juga dia membantu warga bersih-bersih lingkungan dan diberi bayaran seadanya. Orang-orang tak menduga Rambe akan mengalami nasib seperti ini, tetapi semua seolah mewajarkan apa yang terjadi pada Rambe saat mereka tahu kalau Rambe menghabis-habiskan hartanya, hanya untuk mengikuti hasrat berjudinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun