Bisa jadi (walaupun kecil kemungkinan), PDIP berubah haluan, Ganjar menjadi cawapres Prabowo. Jika hal ini terjadi, maka Pilpres hanya satu putaran. Prabowo-Ganjar dengan mudah menekuk Anies- Muhaimin. Namun sangat besar kemungkinan 2 putaran jika ada tiga capres. Capres yang berpotensi masuk putaran kedua adalah Prabowo dan Ganjar. Anies akan dipastikan tersingkir.
Masalahnya jika pilpres 2 putaran, besar kemungkinan Prabowo menang. Pendukung Anies secara mayoritas mengalihkan dukungan mereka kepada Prabowo. Kecuali jika yang masuk dua putaran adalah Anies dan Ganjar, maka pendukung Prabowo akan berbalik mendukung Ganjar. Namun hal ini sangat tipis kemungkinannya.
Kalkulasi politik ini masuk dalam insting Megawati. Namun besar kemungkinan Megawati tetap mendukung Ganjar tetap capres tersendiri dan maju tak gentar. Megawati tidak mau menjadikan Ganjar sebagai cawapres Prabowo. Mau ditaruh kemana muka ini. Padahal sebetulnya, jauh di bawah hati nurani Jokowi, Prabowo-Ganjar lebih baik bersatu.
Noda hitam Prabowo pada masa lalu dan mungkin nasibnya yang selalu kalah, bisa jadi pemicu Ganjar memilih menjadi capres dan berkata No pada cawapres Prabowo. Tentu peluang Ganjar untuk menang Pilpres juga besar. Maka menarik untuk melihat percaturan selanjutnya.
Dalam beberapa hari ke depan, kita menunggu kontestasi dan konstelasi perpolitik di tanah air. Pertama, keputusan MK soal batas usia capres dan cawapres, kedua: siapa pasangan wakil masing-masing dari Prabowo, Ganjar. Anies sudah jelas, Muhaimin Iskandar.
Jika sudah jelas capres dan cawapres yang mendaftar di KPU, maka tensi perpolitikan di tanah air akan panas membara. Baku hantam lewat opini dan koment semakin sedap. Begitulah towitowi.
Salam Kompasiana,
Asaaro Lahagu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H