Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Paloh-Nasdem Simalakama, Anies Terancam Batal Nyapres?

29 April 2023   21:05 Diperbarui: 29 April 2023   21:37 132644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasca PDIP mengumumkan pencapresan Ganjar, para elit partai politik langsung bergerilya. Minggu ini adalah minggu paling sibuk bagi para elit politik. Kita mulai dari Prabowo. Prabowo bertemu Airlangga lalu Aburizal Bakri. Kemudian ia bertemu dengan Muhaimin Iskandar. Elit PPP sibuk bertemu dengan PDIP. Airlangga sendiri bertemu dengan SBY. Dan sejumlah elit partai lain sibuk bergerilya mengadakan pertemuan minggu ini.

Hal yang menarik adalah skenario cawapres Ganjar hampir bisa dipastikan jatuh kepada Sandiaga Uno. Jika ini gagal, opsi keduanya adalah Erick Thohir. Keduanya punya cuan modal triliunan. Ridwal Kamil, masuk radar Ganjar tetapi dia hanya opsi yang kesekian.

Bagaimana dengan Prabowo? Hal yang jelas bahwa Prabowo akan menjadi capres. Siapa cawapresnya? Ini masih ada tarik-menarik antara Airlangga Hartanto dengan Muhaimin Iskandar. Ada isu bahwa cawapres Prabowo adalah Muhaimin Iskandar. Dengan demikian Airlangga berbalik mendukung Ganjar atau Prabowo. Namun Airlangga mencoba pilihan lainnya yakni maju sebagai capres.

Jika Airlangga maju sebagai capres, maka PAN bisa diajak berkoalisi. Tetapi gabungan antara Golkar dan PAN tidak cukup syarat presidensial threshold untuk mengusung capres mereka. Ada celah di Partai Demokrat. Hal inilah yang dibaca oleh Airlangga. Maka mulailah Airlangga bergerilya bertemu dengan SBY menjajaki koalisi.

Saat bertemu SBY, Airlangga langsung menawarkan cawapres kepada Agus, sang ketum Demokrat. Dengan majunya Airlangga-Agus maka suara Golkar dan Demokrat paling tidak ikut terdongkrak karena kadernya sendiri yang maju sebagai capres-cawapres. Soal menang, belakangan. Yang penting maju tak gentar dulu.

SBY-Demokrat tertarik dengan opsi baru ini. SBY paham bahwa Paloh-Anies dan PKS hanya memanfaatkan Demokrat untuk memenuhi presidensial threshold. Paloh-Nasdem, Anies dan PKS tidak ikhlas jika Agus yang menjadi cawapres karena PKS akan cemburu mati. Selain itu, menurut kalkulasi Paloh dan Anies, Agus belum cukup untuk diandalkan sebagai cawapres dalam urusan meraih suara. Jadi Agus sebagai pendukung saja. Ini membuat Agus dan SBY sakit hati sampai ke ubun-ubun.

Selain Demokrat yang bisa berputar haluan, Surya Paloh sudah mulai gelisah. Awalnya Paloh bangga karena ia getol mengusung Anies. Pun Paloh merasa sukses bermain di dua kaki. Bertahan di pemerintahan dan tidak mau keluar, sekaligus mengusung Anies, adalah sebuah kemenangan di mata Paloh. Tetapi ia lupa sosok yang dia hadapi adalah Jokowi, sang pemain catur yang ulung.

Saat ini Paloh-Nasdem terbelenggu. Mereka tidak bisa frontal mengkritik pemerintahan Jokowi karena ia masih di dalam koalisi. Akibatnya politik dua kaki Surya Paloh justru menjadi blunder. Karena posisi tidak jelas, apakah oposisi atau tidak, maka elektabilitas Anies tidak meningkat. Hampir semua hasil lembaga survei, posisi Anies selalu di urutan paling bawah alias nomor tiga. Tentu di survei abal-abal, Anies bisa nomor satu. 

Masalahnya, Paloh sudah mengiklankan Anies besar-besaran. Anies sendiri sudah menjelajah seluruh pelosok Indonesia di kisaran 50 persen. Tagline perubahan ternyata tidak disambut oleh masyarakat dengan antusias. Malah pasca Paloh mengusung Anies, kader-kader Nasdem banyak yang mengundurkan diri.

Polesan Paloh kepada Anies sebagai tokoh nasional yang toleran justru juga menjadi bumerang. Karena di sana-sini identitas Anies yang kadang menjadi Yohanes, berakibat publik menganggap identitas Anies kabur dan bunglon. Selain itu daya tarik Anies juga sudah mentok. Hal-hal yang dijual Anies kepada publik itu-itu saja.

Situasi ini menjadi buah simalakama bagi Paloh. Maju terus mengusung Anies, maka modal semakin banyak keluar dan ujungnya bisa berpotensi gagal menang. Jika mundur, tentu kena juga. Ditaruh kemana muka ini, jika mundur. Namun dalam kacamata politik pengusaha semacam Paloh, ujung-ujungnya cuan. Jika Anies diprediksi tidak mampu mengembalikan cuan yang keluar karena gagal menang, maka Paloh bisa dari sekarang langsung berputar haluan 360 derajat.

Bulan Oktober 2023 dimana pendaftaran capres-cawapres masih lama. Tentu politik itu dinamis. Dalam politik tidak ada kawan dan lawan sejati. Yang ada adalah kepentingan sejati. Toh Anies belum didaftar di KPU. Jadi tidak masalah jika Anies batal didaftarkan di KPU.

Jika Demokrat yang sakit hati karena diperlakukan Paloh dan Anies sebagai pelengkap, karena tidak dengan terang-benderang menyatakan Agus sebagai cawapresnya, berkoalisi dengan Golkar dengan mengusung Airlangga-Agus, maka Nasdem cukup beralasan untuk berbalik arah dan meninggalkan Anies. Jika hal ini terjadi, maka Anies menjadi gelandangan politik. Tragis.


Salam Kompasiana,
Asaaro Lahagu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun