Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Batal Reshuffle Menteri Nasdem-Paloh, Kenapa?

12 Februari 2023   19:26 Diperbarui: 12 Februari 2023   19:39 1315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi bertemu Surya Paloh di istana, 26 Januari 2023. Kompas.com

Seolah hilang ditelan angin. Isu reshuffle menteri dari partai Nasdem yang tadinya panas, pada akhirnya dingin menguap. Pertemuan antara Presiden Jokowi-Paloh, 26 Januari 2023, langsung menyiram isu panas menjadi beku. Tidak ada reshuffle Kabinet. Pertanyaannya, kenapa tidak jadi reshuffle?

Kalau ditelurusi lebih cermat, isu reshuffle dikencangkan dengan liar oleh elit-elit PDIP. Publik tahu bahwa sosok Anies adalah musuh politik PDIP. Ingat Anies pernah meng-KO-kan PDIP di Pilgub DKI Jakarta 2017 silam.

Nasdem yang bermanufer cepat mencalonkan Anies sebagai Capres, jelas menjadi satu pukulan hook yang perlu ditangkis oleh PDIP. Caranya, Nasdem perlu dilengserkan dari kabinet. Hitung-hitungan sebagai hukuman atas pengusungan Anies. Jadi sampai pada tahap ini, isu reshuffle datang dari PDIP dan bukan atas penilaian Presiden Jokowi atas kinerja kerja menteri dari Nasdem.

Paloh tentu khawatir jika Presiden Jokowi akan lama-lama termakan isu liar yang dikencangkan oleh PDIP dan diprovokasi oleh media. Jokowi sendiri pada beberapa kesempatan terlihat mulai termakan. Isu soal Nasdem-Paloh, terlihat dari gestur dan beberapa ucapan implisit Jokowi dari beberapa kesempatan. Namun Jokowi menahan langkahnya ketika Naasdem langsung memecat kadernya yang melontarkan pernyataan bahwa Anies adalah antitesis Jokowi.

Paloh sendiri secara tergesa-gesa mengklarifikasi pernyataan ini bahwa Anies bukanlah antitesis Jokowi. Anies akan melanjutkan program-program Jokowi. Klarifikasi ini, lagi-lagi memukul elit PDIP yang berharap Nasdem secara frontal menjadikan Anies sebagai oposisi Jokowi.

Ketika isu liar reshuffle kabinet semakin menjadi-jadi, dengan cerdik Jokowi memanggil Nasdem ke istana. Ini untuk memenuhi syahwat liar PDIP yang ingin menendang Paloh dari kabinet. Sebagian publik berharap, bahwa pertemuan itu adalah pemberitahuan kepada Nasdem soal menterinya yang akan diresuhuffle. Nyatanya publik gigit jadi. Nasdem tetap di lingkaran pemerintah.

Pada pertemuan itu, Paloh menjelaskan alasan manufernya mengusung Anies. Anies adalah termasuk kandidat potensial. Ia perlu secara cepat dirangkul sebelum PKS-Demokrat dan partai lain mengklaim pengusungannya. Paling tidak, partai di lingkaran Jokowilah yang pertama-tama mengusung Anies. 

Paloh juga menjelaskan kepada Jokowi bahwa selama Anies berkampanye, haram baginya menyerang pemerintahan Jokowi. Anies akan disetir Paloh agar tidak frontal menyerang pemerintahan Jokowi. Selain itu, Paloh berjanji akan mendukung pemerintahan Jokowi hingga akhir masa jabatannya berakhir 2024. Paloh juga berjanji akan mendukung putera Jokowi berlaga di Pilgub Jawa Tengah atau DKI Jakarta jika hal itu memungkinkan.

Penjelasan ini membuat Jokowi manggut-manggut. Informasi tentang Nasdem dan Anies yang selama ini terhambat, kini jelas di hadapannya. Bagi Jokowi, jelas tidak cukup alasan memecat menteri Nasdem dan mengeluarkan Nasdem dari kabinet. Reshuffle menteri Nasdem akan lebih banyak mudaratnya dari pada manfaatnya.

Jika Nasdem dikeluarkan, maka otomatis Paloh yang salah satu raja media, akan menyerang pemerintahan Jokowi. Ini berarti akan membuat gaduh dan IKN yang menjadi program utama Jokowi akan terganggu promosinya. Anies juga akan bisa menjadi gede karena secara frontal menyerang Jokowi.

Dari pertemuan lebih dari 1 jam itu, Paloh menjernihkan banyak hal. Jokowi juga merasa senang dan tenang. Suasana nyaman ini membuat pertemuan keduanya sangat cair.  Paloh kemudian ditugaskan Jokowi agar bertemu dengan partai lain terutama Golkar untuk menjelaskan hal yang sama. 

Itulah sebabnya setelah pertemuan itu, Paloh bergerilya bertemu dengan Golkar dan disebut-sebut mengirim sinyal untuk bertemu dengan elit PDIP. Paloh juga diminta agar melakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan Luhut Panjaitan soal peredaman isu-isu politik saat ini. Dan ini telah dilakukan oleh Paloh.

Jadi jelas, kenapa Jokowi tidak jadi mereshuffle menteri Nasdem dan memutuskan hubungan dengan Paloh. Ternyata penjelasan langsung Paloh membuat Jokowi berhitung bahwa tidak cukup alasan memecat menteri Nasdem. Selain itu, dukungan Nasdem masih layak diperhitungkan dan Paloh masih sangat berperan untuk mendukung pemerintahan Jokowi hingga 2024. 

Soal pengusungan Anies sebagai capres, langkah itu sah-sah saja. Setiap partai politik, berhak mengusung sosok yang dipandangnya berpotensi sebagai Capres. Dan itu, tidak masalah bagi Jokowi. Silakan berlaga. Begitulah lato-lato.

Salam Kompasiana,
Asaaro Lahagu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun