Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ditolak, Ustad Somad Serang Balik Singapura

18 Mei 2022   19:49 Diperbarui: 19 Mei 2022   06:56 1931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ustad Abdul Somad (Kompas.com)

Indonesia jadi heboh. Jagat sosmed bergemuruh. Sepotong kata 'Somad ditolak di Singapura' mewarnai dunia maya. Gambar Somad di Facebook dan di Twitter berseliweran di mana-mana. Aneka komentar bercampur pahit, manis, asam, pedas dan nyinyir bersahutan-ria.

Ustad Somad yang berencana libur dengan menikmati negeri Singapura yang makmur, kaya, gemerlap, toleran, bersih, taat hukum dan minim kejahatan ini, tak kesampaian. Ia sudah keburu diusir. Katanya ia hanya sempat 'dihotelkan' di hotel super mini 1x2 meter. Setelah itu ia diusir.

Penolakan Somad di Singapura, membuat duo Fahri Hamzah dan Fadli Zon namun berang dan marah. Namun sebagian besar publik di Indonesia bersyukur. Somad yang bebas berkofar-kafir di Indonesia, mendapat pelajaran berharga di Singapura. Banyak yang berkomentar miring 'rasakan'.

Di Indonesia, Somad dipuja para pendukungnya. Ia disanjung setinggi langit. Kotbahnya tentang kafir,  72 bidadari dan gemar menghina agama Kristen ini membuat pendukungnya semakin dekat dengan ajaran ekstrimis. Somad adalah pendukung peledak bom dalam konteks konflik Israel-Palestina. Dan alasan inilah yang membuat Somad ditolak masuk Singapura. Ia dicap mengajarkan ajaran ekstremis dan segregasi.

Tentu saja Somad yang dekat dengan ajaran teroris, bertentangan dengan filosofi hidup masyarakat Singapura yang multi ras, multi agama dan multi etnis. Filosofi Singapura ini membuktikan Singapura maju dan 3 langkah di depan Indonesia. Sementara Indonesia yang mengaku sok agamis, lebih sibuk membahas langit ketujuh ketimbang bekerja keras menata hidup.

Ditolak oleh Singapura dan disaksikan oleh 270 juta rakyat Indonesia, amat menyakitkan. Sakitnya bukan hanya di hati tetapi seluruh tubuh. Terasa ngilu dan teriris-iris. Bagaimana tidak. Somad yang dimuliakan dan dipuja di Indonesia ternyata amat mudah disepelekan dan tidak dianggap di Singapura. Oleh karena itu, Somad melakukan serangan balik. Apa serangan balik Somad itu?

Pertama, Mengancam Singapura dengan senjata paling mematikan di dunia. Kencing. "Negara ini kan kecil, kalau kita kencing bersama-sama diarahkan pipanya ke sana, tenggelam dia. Kok sombong kali dia itu!" Kata Somad.

Jika Somad menggalang 7 juta pendukungnya di Monas, lalu beramai-ramai lewat pipa bawah laut mengencingi Singapura, maka bisa jadi Singapura akan tenggelam oleh air kencing jutaan manusia. Serangan balasan ini kalau benar-benar terjadi adalah salah satu senjata unik nan mematikan di dunia. Pun belum pernah ada dalam sejarah. Sebuah negara tenggelam oleh air kencing negara lain. Jika Singapura tenggelam akibat air kencing, maka sungguh tragis nasibnya.

Tentu saja ancaman ini hanya lelucon. Biar pun seluruh umat manusia yang 7 miliar itu beramai-ramai mengencingi Singapura, negeri itu tidak akan tenggelam. Namun pesan serangan lelucon kencing itu hanya menunjukkan kapasitas dan kelemahan yang dimiliki oleh Somad.

Singapura baru negeri kecil, sudah berani mengusir Somad. Bagaimana jika Singapura itu sebesar pulau Sumatera? Mungkin Seribu Somad akan diusir di negerinya sendiri.

Kedua. Membongkar sejarah kelam Singapura.  Somad berkoar-koar di media. Ia menyinggung masa lalu orang Singapura yang tragis. "Padahal dulu (wilayah Singapura masa lalu) diserang sama Demak itu Temasik, tunggang langgang. Mereka sebetulnya itu kan pendatang, datang tak bisa makan, lihat saja pendiri bangsa itu peci gambarnya, habis itu dia berkuasa," ujar Somad menceritakan.

Apa tujuan Somad membongkar sejarah Singapura? Tentu saja untuk mengkerdilkan, mengecilkan dan membully. Dengan bullian ala Somad, maka orang Singapura merasa inferior di hadapan rakyat Indonesia. Apakah serangan ini mujarab? Tentu saja tidak. Malah berbalik memalukan.

Lihatlah Singapura yang kau bilang kecil, seupil dan dulu bisa tunggang-langgang jika diserang oleh kerajaan Demak itu, kini menjadi salah satu pusat keuangan dan perekonomian dunia. Oleh karena itu jika hanya mengadalkan ceramah dan kofar-kafir, negerimu akan tetap menjadi miskin, terbelakang dan rawan pecah-belah dan bubar. Jika Somad sadar dan merenungi sikapnya selama ini, maka serangan mengungkit masa lalu Singapura terasa menampar mukanya sendiri.

Ketiga, serangan doa dan iman. Bisa saja Somad akan melantunkan doa mujarabnya agar Singapura dilaknat dan dilahap api dari surga. Bukankah doa Somad amat mujarab? Bukankah ia pernah bermimpi Prabowo menang lawan Jokowi dan berada di istana walaupun hanya dalam mimpi? Jika Somad meluncurkan doanya dan dikabulkan, maka sungguh tragis Singapura. Bisa hancur lebur akibat doa Somad.

Serangan balik Somad dengan tiga kategori di atas, tentu hanyalah bentuk ekspresi kekalahan. Meminjam istilah Rocky Gerung, sebuah 'kedunguan'. Somad perlu mengoreksi dirinya sendiri. Karena ia tidak hanya ditolak di Singapura, tetapi juga beberapa negara lain sebelumnya. 

Pesannya adalah betapa sikap ekstrimis, sikap radikal dan sikap yang merendahkan penganut agama lain serta intoleransi lainnya tidak diterima oleh dunia secara universal. Sikap itu tidak diterima oleh alam semesta.

Dunia ini hanya semakin baik jika umat manusia terus-menerus menghargai kemajemukan, menghargai keragaman dan mempromosikan kedamaian dan toleransi. Seseorang yang memiliki sikap ini tidak akan ditolak dimana-mana dan surga pun terbuka lebar baginya.

Salam Kompasiana,

Asaaro Lahagu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun