Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ditolak, Ustad Somad Serang Balik Singapura

18 Mei 2022   19:49 Diperbarui: 19 Mei 2022   06:56 1931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ustad Abdul Somad (Kompas.com)

Kedua. Membongkar sejarah kelam Singapura.  Somad berkoar-koar di media. Ia menyinggung masa lalu orang Singapura yang tragis. "Padahal dulu (wilayah Singapura masa lalu) diserang sama Demak itu Temasik, tunggang langgang. Mereka sebetulnya itu kan pendatang, datang tak bisa makan, lihat saja pendiri bangsa itu peci gambarnya, habis itu dia berkuasa," ujar Somad menceritakan.

Apa tujuan Somad membongkar sejarah Singapura? Tentu saja untuk mengkerdilkan, mengecilkan dan membully. Dengan bullian ala Somad, maka orang Singapura merasa inferior di hadapan rakyat Indonesia. Apakah serangan ini mujarab? Tentu saja tidak. Malah berbalik memalukan.

Lihatlah Singapura yang kau bilang kecil, seupil dan dulu bisa tunggang-langgang jika diserang oleh kerajaan Demak itu, kini menjadi salah satu pusat keuangan dan perekonomian dunia. Oleh karena itu jika hanya mengadalkan ceramah dan kofar-kafir, negerimu akan tetap menjadi miskin, terbelakang dan rawan pecah-belah dan bubar. Jika Somad sadar dan merenungi sikapnya selama ini, maka serangan mengungkit masa lalu Singapura terasa menampar mukanya sendiri.

Ketiga, serangan doa dan iman. Bisa saja Somad akan melantunkan doa mujarabnya agar Singapura dilaknat dan dilahap api dari surga. Bukankah doa Somad amat mujarab? Bukankah ia pernah bermimpi Prabowo menang lawan Jokowi dan berada di istana walaupun hanya dalam mimpi? Jika Somad meluncurkan doanya dan dikabulkan, maka sungguh tragis Singapura. Bisa hancur lebur akibat doa Somad.

Serangan balik Somad dengan tiga kategori di atas, tentu hanyalah bentuk ekspresi kekalahan. Meminjam istilah Rocky Gerung, sebuah 'kedunguan'. Somad perlu mengoreksi dirinya sendiri. Karena ia tidak hanya ditolak di Singapura, tetapi juga beberapa negara lain sebelumnya. 

Pesannya adalah betapa sikap ekstrimis, sikap radikal dan sikap yang merendahkan penganut agama lain serta intoleransi lainnya tidak diterima oleh dunia secara universal. Sikap itu tidak diterima oleh alam semesta.

Dunia ini hanya semakin baik jika umat manusia terus-menerus menghargai kemajemukan, menghargai keragaman dan mempromosikan kedamaian dan toleransi. Seseorang yang memiliki sikap ini tidak akan ditolak dimana-mana dan surga pun terbuka lebar baginya.

Salam Kompasiana,

Asaaro Lahagu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun