Indonesia jadi heboh. Jagat sosmed bergemuruh. Sepotong kata 'Somad ditolak di Singapura' mewarnai dunia maya. Gambar Somad di Facebook dan di Twitter berseliweran di mana-mana. Aneka komentar bercampur pahit, manis, asam, pedas dan nyinyir bersahutan-ria.
Ustad Somad yang berencana libur dengan menikmati negeri Singapura yang makmur, kaya, gemerlap, toleran, bersih, taat hukum dan minim kejahatan ini, tak kesampaian. Ia sudah keburu diusir. Katanya ia hanya sempat 'dihotelkan' di hotel super mini 1x2 meter. Setelah itu ia diusir.
Penolakan Somad di Singapura, membuat duo Fahri Hamzah dan Fadli Zon namun berang dan marah. Namun sebagian besar publik di Indonesia bersyukur. Somad yang bebas berkofar-kafir di Indonesia, mendapat pelajaran berharga di Singapura. Banyak yang berkomentar miring 'rasakan'.
Di Indonesia, Somad dipuja para pendukungnya. Ia disanjung setinggi langit. Kotbahnya tentang kafir, Â 72 bidadari dan gemar menghina agama Kristen ini membuat pendukungnya semakin dekat dengan ajaran ekstrimis. Somad adalah pendukung peledak bom dalam konteks konflik Israel-Palestina. Dan alasan inilah yang membuat Somad ditolak masuk Singapura. Ia dicap mengajarkan ajaran ekstremis dan segregasi.
Tentu saja Somad yang dekat dengan ajaran teroris, bertentangan dengan filosofi hidup masyarakat Singapura yang multi ras, multi agama dan multi etnis. Filosofi Singapura ini membuktikan Singapura maju dan 3 langkah di depan Indonesia. Sementara Indonesia yang mengaku sok agamis, lebih sibuk membahas langit ketujuh ketimbang bekerja keras menata hidup.
Ditolak oleh Singapura dan disaksikan oleh 270 juta rakyat Indonesia, amat menyakitkan. Sakitnya bukan hanya di hati tetapi seluruh tubuh. Terasa ngilu dan teriris-iris. Bagaimana tidak. Somad yang dimuliakan dan dipuja di Indonesia ternyata amat mudah disepelekan dan tidak dianggap di Singapura. Oleh karena itu, Somad melakukan serangan balik. Apa serangan balik Somad itu?
Pertama, Mengancam Singapura dengan senjata paling mematikan di dunia. Kencing. "Negara ini kan kecil, kalau kita kencing bersama-sama diarahkan pipanya ke sana, tenggelam dia. Kok sombong kali dia itu!" Kata Somad.
Jika Somad menggalang 7 juta pendukungnya di Monas, lalu beramai-ramai lewat pipa bawah laut mengencingi Singapura, maka bisa jadi Singapura akan tenggelam oleh air kencing jutaan manusia. Serangan balasan ini kalau benar-benar terjadi adalah salah satu senjata unik nan mematikan di dunia. Pun belum pernah ada dalam sejarah. Sebuah negara tenggelam oleh air kencing negara lain. Jika Singapura tenggelam akibat air kencing, maka sungguh tragis nasibnya.
Tentu saja ancaman ini hanya lelucon. Biar pun seluruh umat manusia yang 7 miliar itu beramai-ramai mengencingi Singapura, negeri itu tidak akan tenggelam. Namun pesan serangan lelucon kencing itu hanya menunjukkan kapasitas dan kelemahan yang dimiliki oleh Somad.
Singapura baru negeri kecil, sudah berani mengusir Somad. Bagaimana jika Singapura itu sebesar pulau Sumatera? Mungkin Seribu Somad akan diusir di negerinya sendiri.