Maling teriak maling. Para pejabat di Kementerian Perdagangan pimpinan Mendag Lutfi berteriak-teriak soal mafia goreng selama ini. Publik penasaran. Siapa sebenarnya mafia minyak goreng itu? Sosok mafia semakin misteri setelah Menteri Lutfi gagal mengumumkan tersangka mafia minyak goreng per 21 Maret 2022 lalu.
Setelah rakyat menderita, akhirnya para mafia minyak goreng itu terbongkar. Ternyata maling teriak maling. Malingnya ada di Kemendag.Â
Hari ini Kejaksaan Agung mengumumkan 4 orang mafia minyak goreng sebagai tersangka. Salah seorang mafianya adalah Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Indrasari Wisnu Wardhana.
Selain Indrasari Wisnu Wardhana, tiga orang lain yang menjadi tersangka adalah Senior Manager Corporate Affairs PT Permata Hijau Group, Stanley MA; General Manager PT Musim Mas, Togar Sitanggang; dan Komisaris Wilmar Nabati Indonesia, Parlindungan Tumanggor.
Permainan mengerikan para mafia yang melibatkan Dirjen Kemendag luar negeri adalah sekongkol alias kongkang-lingkong. Pejabat Dirjen Perdagangan Luar Negeri (IWW), menerbitkan persetujuan ekspor CPO dan produk turunannya. Persetujuan itu diberikan kepada Permata Hijau Group, Wilmar Nabati Indonesia, PT Multimas Nabati Asahan, dan PT Musim Mas.
Padahal saat minyak goreng langka dan tinggi pada akhir tahun 2021, Kemendag menetapkan kebijakan domestic market obligation (DMO), domestic price obligation (DPO), serta harga eceran tertinggi (HET). Namun, ternyata aturan itu tidak berjalan semestinya. Perusahaan CPO di atas tidak memenuhi ketentuan DMO untuk dalam negeri sebesar 20% dan menjualnya sesuai harga DPO.
Akibat permufakatan jahat antara IWW dan pihak pengusaha, rakyat menderita tiada tara. Harga kerupuk naik 100%. Gorengan juga naik 75% dan semua jenis gorengan naik. Itu semua gara-gara minyak goreng naik 100%.
Kenaikan harga minyak goreng memicu inflasi tinggi. Hampir semua barang kebutuhan pokok merangkak naik. Dan sekali lagi rakyat yang menjadi sasaran penderitaan.
Jokowi Tersengat
Jelas, terbongkarnya mafia minyak goreng, membuat Jokowi tersengat. Jokowi terlihat jungkir-balik memikirkan solusi mengatasi kenaikan harga minyak goreng. Sampai-sampai rapat terbatas kabinet diadakan hanya untuk membahas solusi permasalahan minyak goreng.
Awalnya diluncurkan subsidi minyak goreng curah. Namun ternyata di lapangan subsidi itu dimainin dan dicurangi. Banyak pemain kecil-kecilan hingga pemain menengah ikut bermafia-ria terkait subsidi minyak goreng curah. Akibatnya Jokowi dibuat terhuyung-huyung dan pusing tujuh keliling.
Jokowi kemudian meluncurkan BLT minyak goreng. Ini bisa menolong rakyat. Apakah ini mujarab? Mungkin hanya sementara. Ironinya subsidi dan BLT minyak goreng itu diambil sebagian dari utang. Utang RI per April 2022 sudah mencapai 7000 triliun. Hampir mencapai 40 persen dari PDB. Utang terpaksa digunakan untuk menambal kenaikan minyak goreng dengan cara subsidi dan BLT. Itu semua gara-gara korupsi di jantung Kementerian Perdangan luar negeri. Negeri tergadai karena perilaku maling.
Saya paham jika Jokowi marah karena tersengat perilaku Dirjen IWW itu. IWW yang baru menjabat beberapa bulan sejak September 2021, sudah bermain mafia. Ini benar-benar gila. Lalu siapa yang ikut bertanggung jawab?
Tentu saja tanggung jawab harus diminta kepada Mendag Lutfi yang tidak bisa memantau anak buahnya. Lutfi tentu diminta tanggung jawab karena menutup mata atas rekam jejak IWW yang pernah dipanggil KPK sebagai saksi kasus impor bawang putih. Namun Lutfi masih membiarkan IWW duduk empuk di kursi Dirjen.
Jika Jokowi akhirnya me-reshuffle Lutfi dari kursi menteri, maka publik tidak terkejut. Lutfi tidak cukup hanya bereaksi menganga dan menganga. Ia tidak boleh dibiarkan terus menganga karena Dirjennya sendiri adalah salah satu mafia minyak goreng yang ikut menggoreng minyak goreng.
Ternyata mafia minyak goreng selama ini, Â ada di jajaran pejabat Kemendag. Mungkinkah Lutfi sendiri ikut tersandung di minyak goreng? Kita tunggu aksi lanjutan dari Kejagung.
Salam Kompasiana,
Asaaro Lahagu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H