Awalnya diluncurkan subsidi minyak goreng curah. Namun ternyata di lapangan subsidi itu dimainin dan dicurangi. Banyak pemain kecil-kecilan hingga pemain menengah ikut bermafia-ria terkait subsidi minyak goreng curah. Akibatnya Jokowi dibuat terhuyung-huyung dan pusing tujuh keliling.
Jokowi kemudian meluncurkan BLT minyak goreng. Ini bisa menolong rakyat. Apakah ini mujarab? Mungkin hanya sementara. Ironinya subsidi dan BLT minyak goreng itu diambil sebagian dari utang. Utang RI per April 2022 sudah mencapai 7000 triliun. Hampir mencapai 40 persen dari PDB. Utang terpaksa digunakan untuk menambal kenaikan minyak goreng dengan cara subsidi dan BLT. Itu semua gara-gara korupsi di jantung Kementerian Perdangan luar negeri. Negeri tergadai karena perilaku maling.
Saya paham jika Jokowi marah karena tersengat perilaku Dirjen IWW itu. IWW yang baru menjabat beberapa bulan sejak September 2021, sudah bermain mafia. Ini benar-benar gila. Lalu siapa yang ikut bertanggung jawab?
Tentu saja tanggung jawab harus diminta kepada Mendag Lutfi yang tidak bisa memantau anak buahnya. Lutfi tentu diminta tanggung jawab karena menutup mata atas rekam jejak IWW yang pernah dipanggil KPK sebagai saksi kasus impor bawang putih. Namun Lutfi masih membiarkan IWW duduk empuk di kursi Dirjen.
Jika Jokowi akhirnya me-reshuffle Lutfi dari kursi menteri, maka publik tidak terkejut. Lutfi tidak cukup hanya bereaksi menganga dan menganga. Ia tidak boleh dibiarkan terus menganga karena Dirjennya sendiri adalah salah satu mafia minyak goreng yang ikut menggoreng minyak goreng.
Ternyata mafia minyak goreng selama ini, Â ada di jajaran pejabat Kemendag. Mungkinkah Lutfi sendiri ikut tersandung di minyak goreng? Kita tunggu aksi lanjutan dari Kejagung.
Salam Kompasiana,
Asaaro Lahagu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H