Saat ini mayoritas masyarakat Jakarta terlihat mencari aman. Mereka cenderung menjaga risiko politik dan sosial di masyarakat. Masyarakat Jakarta dari berbagai survei terkesan berpura-pura tidak memilih Ahok. Tujuannya adalah agar orang luar Jakarta tidak perlu mencampuri urusan politik di Jakarta. Di daerah lain juga banyak penistaan agama tetapi sama sekali tidak diangkat ke permukaan. Mengapa? Karena memang tidak menarik.
Kekuatan silent majority inilah yang menakutkan para lawan Ahok. Siapa yang berani menjamin bahwa masyarakat Jakarta tidak lagi memilih Ahok di bilik suara? Jika ternyata Ahok menang satu putaran, maka kiamat bagi para lawan Ahok untuk bertahun-tahun ke depan. Nah, oleh karena itu tidak ada jalan lain selain mematikan dan mengubur Ahok untuk selama-lamanya. Penetapan Ahok sebagai tersangka belumlah memuaskan para lawan Ahok. Mereka meminta Ahok ditahan agar tidak lagi berkoak-koak mengkampanyekan dirinya.
Jika kemudian pun Ahok sudah ditahan atau dipenjara, maka lawan Ahok akan  demo lagi agar Ahok secepatnya divonis di atas lima tahun sebelum Pilkada 15 Februari 2017 mendatang. Dan jika sudah divonis, maka para lawan Ahok akan demo lagi agar MA secepat kilat membuat hukuman Ahok inkrah atau berkekuatan hukum tetap.
Apakah demo dan tuntutan demo itu masih waras atau mengedepankan proses hukum yang adil? Untuk sementara sama sekali tidak dipedulikan. Demi mematikan Ahok dan menguburnya untuk selama-lamanya, Habieb Rizieq  tanpa membaca benar undang-undang, terus melontarkan logika dungu bahwa ia akan memasukkan Presiden dan Kapolri ke penjara jika menghalangi demo 2 Desember 2016.
Logika-logika dungu memang banyak diperlihatkan dalam Pilkada DKI Jakarta kali ini. Sebagai contoh misalnya, Agus mengatakan bahwa program calon gubernur sama sekali tidak penting asalkan orangnya baik. Belum lagi cara Anis Baswedan mengatasi perumahan kumuh di DKI yang katanya tidak akan digusur tetapi cukup dilukis, membuat hati geli mendengarnya.
Apakah demo 2 Desember 2016 mendatang yang tujuannya agar Ahok ditahan oleh Polri sukses? Apakah demo itu semakin membuat semakin banyak logika dungu terlihat? Entahlah. Yang jelas kolaborasi membahana antara TNI-Polri beserta masyarakat yang mencintai NKRI semakin terlihat kokoh dan tak mudah digoyahkan. Dan satu lagi yang perlu dicamkan, yakni bahwa Ahok masih hidup dan bahkan ia mulai bangkit lagi.
Salam Kompasiana,
Asaaro Lahagu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H