Jika Jokowi sibuk kerja plus blusukan keliling Indonesia dan dunia, lalu Ahok sibuk bertarung melawan para tikus, mafia, preman, maling, di DKI Jakarta, lain halnya dengan DPR di Senayan sana. Selain kinerja buruk mereka untuk menyelesaikan beberapa undang-undang, mereka juga sibuk menyembunyikan diri untuk tidak melaksanakan kunker (kunjungan kerja) enam kali dalam setahun di daerah pemilihannya masing-masing.
Faktanya mulai terbongkar bahwa banyak anggota DPR yang tidak melakukan kunker itu dengan benar. Dan kalau melakukannya pun sama sekali tidak efektif  karena lebih bersifat kegiataan huru-hura. Padahal tiap-tiap anggota DPR mendapat anggaran sangat besar untuk membiayai kunker itu.
Jika anggaran kunker DPR 2015 sebesar 1,24 triliun dan dibagi rata dengan jumlah anggota DPR kurang-lebih 550 orang, maka tiap anggota mendapat kurang lebih 2 miliar anggaran kunkernya. Namun apa yang terjadi? Nyatanya para anggota DPR itu sibuk bersembunyi alias tidak melakukan kunker. Celakanya mereka pun ahli berbohong dan sibuk mengarang laporan kunker fiktif. Alhasil negara pun berpotensi rugi Rp. 945 miliar akibat kunker abal-abal para anggota DPR itu.
Inilah mental korup anggota Dewan Perwakil Rakyat kita. Mereka tega mengantongi anggaran kunker yang sebetulnya mereka tidak laksanakan. Untung kita masih terhibur oleh kinerja Presiden kita Jokowi yang masih sibuk terus bekerja, bekerja dan bekerja. Pun kita mendapat tontonan menegangkan dari Ahok setiap hari yang sibuk bertarung sengit menghajar lawan-lawannya.
Salam Kompasiana,
Asaaro Lahagu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H