Sementara para teroris itu terpana, bala bantuan dari polisi bersenjata lengkap pun datang. Kesempatan emas bagi teroris untuk melakukan serangan habis-habisan sirna. Keterpanaan mereka telah dimakan waktu. Saat polisi kita mulai bergerak dengan senjata lengkap, para teroris itu pun bingung. Seakan-akan mereka merasa terlambat dan skenario mereka terlihat gagal, maka langkah terakhir pun dilakukan. Bunuh diri dengan bom yang mereka ledakan sendiri. Beberapa teroris lain berhasil ditembak langsung oleh aparat polisi kita.
Kita semua beruntung
Saya tidak bermaksud bahwa dengan adanya korban jiwa, lalu saya mengatakan bahwa kita semua masih beruntung. Kita semua beruntung karena beberapa alasan. Pertama, ada hikmatnya polisi tidak langsung menyerang balik Para teroris. Jika teroris itu langsung diserang oleh polisi, ada kemungkinan mereka juga menyerang membabi buta.
Kedua, dari segi kacamata ISIS (jika kemudian terbukti ISIS yang melakukannya), maka hasil korban jiwa yang berjatuhan dalam bom Sarinah itu jelas gagal. Bahkan korban jiwa terlihat lebih banyak dari pihak teroris. Kita semua beruntung karena tidak ada korban jiwa yang lebih besar. Kendatipun kita tetap berduka karena tetap ada korban dari aparat dan masyarakat yang tidak berdosa.
Ketiga, kita juga beruntung, karena kesigapan aparat kemudian, para teroris itu berhasil dilumpuhkan. Keempat, dengan adanya kasus bom Sarinah itu, mungkin aparat di bagian lalu lintas (terutama di jantung kota Jakarta), akan dilatih dan dibekali dengan senjata yang bisa digunakan sewaktu-waktu. Jika demikian, maka kita tidak akan takut karena polisi ganteng kita siap-sedia dengan senjata lengkap.
Jadi bom Sarinah itu telah menjadi ujian tingkat kesiapan polisi ganteng kita. Lalu kita masih bersyukur sekaligus beruntung karena ternyata skenario teroris tidak berjalan sempurna dan malah terlihat gagal. Hal itu menjadi pelajaran bagi kita semua terutama kepada aparat kita, bahwa setiap saat, di mana saja selalu saja ada bahaya mengintai kita. Waspadalah, waspadalah.
Salam Kompasiana,
Asaaro Lahagu
*) Sumber Illustrasi dari Kompas.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H