Lewat kebijakan ini, negara memperoleh pendapatan berupa penjualan silang saham dan pajak revaluasi aset kedua perusahaan senilai Rp 4,2 triliun. Dan yang tidak kalah pentingnya, kedua perusahaan tersebut jadi bisa bersaing secara sehat. Ujung-ujungnya, konsumen juga diuntungkan.
Tentu masih ada beberapa kisah sukses Rizal lainnya. Misalnya, dia melakukan operasi penyelamatan PLN dari bayang-bayang kebangkrutan karena mark up puluhan proyek pembangkit listri swasta. Dia mengambil inisiatif untuk melakukan revaluasi aset BUMN. Hasilnya, aset sebelumnya hanya Rp 52 triliun melambung menjadi Rp 202 triliun. Sedangkan modal dari minus Rp 9 triliun menjadi Rp 119,4 trilliun. Dia juga mengarahkan negosiasi utang listrik swasta PLN dari US$ 85 miliar turun menjadi US$ 35 miliar. Ini menjadi sukses negosiasi utang terbesar dalam sejarah Indonesia.
Deretan kesuksesan inilah yang kemudian membuat Presiden Jokowi kepincut dan kasmaran kepada Rizal sehingga memperluas tugas dan wewenangnya sebagai Menko Kemaritiman.
Namun di tengah perseteruannya dengan Jusuf Kalla dan Rini Soemarno yang baru adem tiga hari, penambahan tugas yang diberikan Jokowi kepada Rizal tentu saja akan membuat Rini dan Jusuf Kalla semakin terusik. Ke depan, bukan tidak mungkin Rizal akan terus mengkritik dan bahkan mengevaluasi tugas Rini. Sedangkan Jusuf Kalla akan terus diusik oleh Rizal terkait proyek listrik 35 ribu MW itu.
Keberanian Rizal menantang Jusuf Kalla untuk berdebat di depan umum tentang proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt, penyebabnya juga semakin terang-benderang. Jokowi telah mencium ada ketidakberesan dalam proyek listrik 35 ribu MW itu. Karena itu Jokowi mendorong Rizal mengevaluasi proyek itu. Namun ketika Rizal mengevaluasi proyek listrik itu, kepentingan bisnis Jusuf Kalla juga langsung terusik. Kalla pun megap-megap dan balik menyerang Rizal. Publik pun sebenarnya sudah paham bahwa Kalla Group (Grup bisnis milik keluarga Jusuf Kalla) sangat berkepentingan dengan proyek-proyek listrik, baik PLTA, PLTU dan PLTG.
Maka ke depan peta pertarungan kepentingan di dalam kabinet Jokowi semakin menarik. Sikut-menyikut antara menteri semakin heboh sementara rupiah terus anjilok. Dan tentu saja para menteri akan semakin sibuk mencari kambing hitam pelemahan ekonomi.
Akan tetapi di balik pelemahan rupiah dan melemahnya ekonomi, Jokowi masih mempunyai optimisme untuk segera bangkit kembali. Optimisme itu ditaruh di pundak Rizal Ramli untuk segera membenahi ekonomi yang semakin linglung. Mampukah Rizal? Waktu yang akan menjawabnya.
Â
Asaaro Lahagu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H