Mohon tunggu...
DAHANA NUSANTARA
DAHANA NUSANTARA Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS

KUTULIS YANG KULALUI, KULIHAT, KUDENGAR DAN YANG KURASA

Selanjutnya

Tutup

Kkn Pilihan

Cinta Terlarang Saat KKN

22 Juni 2024   09:46 Diperbarui: 22 Juni 2024   10:06 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://riausky.com/news/detail/39807/geger-jalani-cinta-terlarang-adik-dihamili-abang-saat-ibu-merantau-ke-malaysia.html

" Terhempas Ku Terjaga Dalam Lingkar Mimpi, Pada Titik Sepi "


Desa itu dipedalaman tak terjangkau transportasi, listrik apalagi provider, disanalah beberapa mahasiswa dari universitas " Ngudi Ngelmu "melakukan program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Ada 4 mahasiswa yaitu Paino, Parto, Bejo dan marno memilih lokasi tersebut melaksanakan Kuliah Kerja Nyata. . Tugas mereka membatu masyarakat desa meningkatkan kesejahteraan melalui berbagai proyek, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga pembangunan infrastruktur sederhana.

Desa Pingin Mulyo terletak di sebuah lembah yang dikelilingi oleh perbukitan hijau dan sungai yang jernih. Desa terpencil dengan keindahan alamnya inilah yang menjadi latar belakang para mahasiswa memilih untuk dijadikan lokasi KKN. Bagi Paino, ini adalah pengalaman yang sangat dinantikan. Selain berkesempatan mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajarinya, dia juga berharap dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat didesa tersebut.

Minggu pertama di desa, Paino bertemu Painah  seorang janda muda yang mempunyai daya pikat yang tinggi. Suaminya Painah meninggal satu tahun lalu karena terpleset dan terseret arus sungai di desa saat terjadi banjir bandang. Painah mempunyai seorang anak laki-laki bernama Darto  yang berusia 1 tahun. Kehidupan Painah sangat susah, tiap hari harus kerja mengelola warung peninggalan suaminya untuk menghidupi anak semata wayangnya.

Paino bertemu saat membantu memperbaiki atap rumah Painah yang bocor. Painah menyambutnya dengan senyuman dan keramahan yang membuat Paino merasa nyaman. Seringkali Paino mencuri pandang ke Painah, tubuh pendek , gemuk dan kulit hitam karena tersengat matahari membuat paino tersenyum karena merasa lucu. Tapi saat berbincang dengan Painah, Paino merasa nyaman dan terbuai oleh setiap kata yang keluar dari mulut Painah.

Sejak saat itu pikiran dan hati Paino selalu memikirkan Painah. " Waduhhh ... aku jatuh cinta nih...", ucap  paino. Sejak pertemuan itu Paino sering menemui Painah. Setiap kali  bertemu, Painah selalu menyiapkan teh hangat dan kue-kue buatan sendiri. Mereka sering berbincang-bincang di teras rumah Painah, membicarakan banyak hal mulai dari kehidupan sehari-hari hingga mimpi-mimpi masa depan. Seiring berjalannya waktu, Paino dan Painah semakin Akrab. Paino mulai menyadari bahwa perasaannya terhadap Painah bukan sekadar simpati, melainkan sudah masuk kriteria jatuh cinta.

Kedekatan Paino dan Painah tidak luput dari perhatian warga desa dan teman-teman KKN. Banyak yang mulai bergunjing tentang hubungan mereka. Di mata orang - orang desa, hubungan antara seorang mahasiswa dan seorang janda dianggap tidak lazim dan menimbulkan berbagai spekulasi walaupun si janda masih seumur dengan sang mahasiswa. Maklum, warga desa rata-rata perempuan berusia 15 tahun sudah nikah, takut disebut perawan tua.

Teman-teman KKN Paino, Parto, Bejo dan marno, mulai merasa khawatir. Mereka melihat kedekatan Paino dan Painah mengganggu kegiatan KKN mereka. " Paino, kami tahu kamu orang yang baik hati, tapi kamu harus ingat tujuan kita di sini. Jangan sampai hubungan kamu dan Painah mengganggu KKN kita," kata Bejo suatu malam saat mereka berkumpul di rumah kepala desa.

Paino tersenyum dan menjawab, "Aku tahu kalian khawatir. Tapi percayalah, aku masih fokus pada KKN kita. Painah dan Darto itu juga bagian dari masyarakat yang kita bantu, dan aku hanya ingin membantu mereka sebaik mungkin."

Meski demikian, di dalam hatinya, Paino tahu bahwa perasaannya terhadap Painah lebih dalam dari sekadar keinginan untuk membantu. Dia mencintai Anisa dan ingin melindungi Painah serta anaknya. Namun, Paino juga sadar bahwa perasaan ini membawa konsekuensi yang tidak ringan.

Hubungan Paino dan Painah semakin hari semakin dekat. Namun, pertentangan juga semakin memanas. Beberapa warga desa, terutama yang lebih tua, merasa tidak nyaman dengan kedekatan mereka. Mbah Karyo, tetua desa yang dihormati, memutuskan untuk berbicara langsung dengan Paino dan Painah.

Suatu sore, Mbah Karyo datang ke rumah Painah yang kebetulan Painopun sedang berada disana. "Paino, Painah, saya ingin bicara dengan kalian berdua," katanya dengan nada serius. Mereka duduk di teras rumah Painah, dengan wajah-wajah yang menunjukkan rasa cemas.

"Paino, kamu tahu bahwa banyak orang di desa ini yang tidak setuju dengan hubungan kalian. Mereka melihatnya sebagai sesuatu yang tidak pantas, terutama karena status Painah sebagai janda," kata Mbah Karyo dengan lembut namun tegas.

Paino mengangguk dan menjawab, "Mbah, saya mengerti kekhawatiran warga. Tapi perasaan saya terhadap Painah tulus. Saya mencintainya dan ingin menikahinya."

Painah yang duduk di sebelah Paino, menunduk dan berkata dengan suara pelan, "Mbah, saya juga mencintai Paino. Dia telah membantu saya dan Darto lebih dari yang bisa saya ungkapkan. Saya tahu ini tidak mudah, tapi kami ingin bersama."

Mbah Karyo menghela napas panjang. "Kalian harus memahami bahwa ini bukan hanya tentang perasaan kalian. Ini juga tentang bagaimana warga desa melihat kalian. Kalian harus berpikir matang-matang sebelum melanjutkan hubungan ini."

Pertentangan dari warga tidak hanya berhenti di situ. Keluarga Paino di kota juga mendengar tentang hubungan ini. Emaknya mendatangi Paino ke lokasi KKN, " Paino, Emak dengar tentang Painah. Emak tahu kamu ingin membantu orang, tapi kamu juga harus memikirkan masa depanmu. Emak tahu, Painah wanita baik, tapi ini situasinya sangat rumit."

Paino merasa tertekan dari berbagai arah. Dia mencintai Painah, tapi tekanan dari sekitarnya membuatnya merasa stres dan galau. Dia mencoba berbicara dengan teman-temannya  berharap mendapat dukungan.

"Bro.., gue tahu kalian mungkin tidak setuju dengan hubungan saya dengan Painah. Tapi gue sangat mencintainya. Gue harap kalian bisa mengerti dan mendukung keputusan saya," kata Paino dengan nada penuh harap .

Beberapa temannya mengangguk, mencoba memahami perasaan Paino, namun ada juga yang tetap merasa khawatir. "Paino, kami hanya ingin yang terbaik untukmu. Kami tidak ingin kamu terjebak dalam situasi yang sulit," kata Marno.

Hari demi hari perasaan Paino semakin bimbang. Dia tahu bahwa keputusannya akan membawa dampak besar, tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi Painah dan Darto. Namun, cintanya pada Painah semakin kuat. Dia memutuskan untuk tetap bertahan dan berjuang demi cintanya.

Paino kemudian berbicara dengan Painah dan berjanji untuk tetap bersama, apa pun yang terjadi. "Painah, aku tahu ini sulit, tapi aku mencintaimu dan ingin kita bisa bersama. Aku akan berjuang untuk kita," kata Paino sambil menggenggam tangan Painah  dengan erat.

Painah meneteskan air mata. "Aku juga mencintaimu, mas. Aku takut, tapi aku percaya padamu. Kita akan menghadapi ini bersama."

Keputusan Paino dan Painah  untuk tetap bersama membawa tantangan yang semakin besar. Mereka harus menghadapi cibiran dan ejekan dari warga desa. Beberapa warga yang tidak setuju dengan hubungan mereka mulai menunjukkan ketidaksenangan secara terbuka.

Namun, di tengah semua tantangan itu, ada juga yang mulai melihat ketulusan cinta mereka. Beberapa teman KKN Paino mulai memberi dukungan. "Paino, kalau kamu memang mencintai Painah, kita mendukungmu. Meski tidak mudah, tapi kita akan selalu ada untukmu," kata Marno, sahabat Paino.

Paino merasa lega mendengar dukungan dari teman-temannya. Dukungan ini memberikan semangat baru bagi Paino untuk terus berjuang. Paino dan Painah memutuskan untuk lebih terbuka tentang hubungan mereka dan menunjukkan kepada masyarakat bahwa cinta mereka tulus dan bukan sekadar nafsu sesaat.

Paino dan Painah mengadakan acara kecil di rumah Painah, mengundang beberapa tetangga untuk berbincang-bincang dan menjelaskan masalah meraka. Paino dan Painah berharap bisa mengubah pandangan negatif warga dengan menunjukkan ketulusan hati mereka.

"Bapak, ibu sekalian, kami mengundang ke sini bukan untuk membuktikan apa-apa, tetapi untuk berbagi cerita kami. Kami mencintai satu sama lain dan ingin menunjukkan bahwa cinta kami adalah tulus," kata Paino di depan para warga.

Painah menambahkan, "Kami tahu ini tidak mudah bagi banyak orang untuk menerima. Tapi kami berharap kalian bisa melihat ketulusan kami dan memberikan kesempatan bagi kami untuk membuktikan bahwa cinta sejati bisa mengatasi segala rintangan."

Acara tersebut berjalan dengan baik. Meskipun tidak semua warga langsung berubah pikiran, ada beberapa yang mulai melihat hubungan mereka dengan lebih terbuka. Mbah Karyo, yang awalnya sangat menentang, mulai melihat ketulusan hati Paino dan Painah.

Perjuangan Paino dan Painah membuahkan hasil. Perlahan namun pasti, mereka mulai mendapatkan dukungan dari warga desa. Mbah Karyo, yang awalnya menentang, mulai memberikan nasihat dan dukungan.

KKN selesai, beberapa tahun kemudian Paino lulus kuliah dan langsung menikahi Painah, mereka hidup didesa itu  bersama membangun desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun