"Abang itu belum, bantu semangatin yaa. Tanyain kabar juga butuh semangat lebih tuh sekarang" ucapnya. Meski ia hanya mengatakan Abang itu namun aku tahu siapa yang ia maksud.
  Langit terlihat mulai menggelap. Suara azan Magrib kembali berkumandang, aku bersiap-siap untuk menuju ke masjid dan mengikuti kegiatan malam. Ingatkan aku nanti untuk menghubungi Abang yang dimaksud Bu Mera tadi.Â
  Setelah kegiatan malam aku kembali ke asrama bersama teman kelompokku. Mereka Beberapa dari merupakan pendatang yang sedang menuntut ilmu di sini. Kamarku dan mereka juga terpisah namun kami selalu berkumpul bersama jika makan malam atau ada tugas kelompok.Â
  Sesampainya aku di kamar. Aku menyimpan buku, Al-Qur'an dan juga mukena di lemari. Ketika akan mengambil hp di dalam tas di saat itu juga hpku berdering dan saat kulihat ada panggilan masuk dari Abang yang kuniatkan akan kuhubungi. Lalu aku menerima panggilan tersebut, jujur aku merasa canggung karena hampir setengah tahun lamanya kami tidak pernah berkomunikasi tepatnya setelah ia mengatakan ia telah dijodohkan. Hingga aku memutuskan untuk tidak lagi mengganggu hidupnya. Namun takdir berkata lain, ia kembali tanpa kuminta.
  "Assalamualaikum. Apa kabar?" ucapnya
  "Waalaikumussalam. Aku baik, bagaimana dengan Abang?" jawabku
  "Aku baik juga. Terima kasih sudah menerima panggilanku." ucapnya
  "Iyaa. Aku mendengar berita Bu Mera tadi wisuda mengapa Abang tidak." ucapku dengan penuh hati-hati.
  "Hmm. Sudah kuduga kamu akan menanyakan itu. Biaya wisuda cukup besar dan aku sedang memiliki masalah dengan pembimbing. Sehingga membuatku sulit untuk wisuda tahun ini. Mengapa?" jelasnya.
  "Humm seperti itu. Semangat yaa semoga tahun depan bisa ikut wisuda. Tidak apa-apa aku hanya bertanya saja."Â
  " Baiklah. Bagaimana kuliahmu?"