Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Ambigu

22 April 2020   03:05 Diperbarui: 22 April 2020   03:03 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aisyna Muftiroh  " Alan Aksara..." absen bu Naira, baru saja Aksa mau angkat bicara, Kenan sudah mendahuluinya.

" Namanya berubah bu..." semuanya tampak bingung, tak terkecuali bu Naira

" Jadi ALIN aksara..." pernyataanya sukses mengundang kericuhan kelas, sementara Aksa sendiri memukul keras lengan Kenan, tak perduli dengan ringisan Kenan. Harusnya ini terdengar biasa-biasa saja, tapi tidak bagi Leya, rasanya ada yang remuk tanpa disengaja, ia pura-pura menanggapinya dengan tertawa meski ia tahu hatinya sedang tidak bisa diajak untuk bekerja sama.

   " Leya...coklat buat lo..."

    " See you Leya..."

Leya termangu dikasurnya, ada banyak rentetan kisah yang terus terngiang di kepalanya, entah itu tentang dirinya dan Aksa, atau tentang Aksa dan Alin. Sakit sudah menjadi virus dalam dirinya, hatinya seakan teriris ketika melihat Aksa dan Alin tertawa bersama di bawah hujan sore itu, saling mencipratkan air, rinainya seakan tenang, memberikan kehangatan bagi mereka.

" Aku bingung Sa...sebenarnya siapa yang kamu suka, Aku??? apa Alina???, perlakuan kamu ke kita sama Sa..." pertanyaan itu sejak tadi menjadi beban dalam pikiran Leya.

Senja sudah menenggelamkan hampir separuh jingganya, kini yang merebak hanyalah remang, sepersekian detik dari sekarang gelap akan menyapu cerahnya, Leya menatap kaku dari balik jendela kamarnya, sorot matanya menampakkan kesedihan, ia hanya mampu berbisik pada angin, mengapa begitu mudahnya senja meninggalkannya, terlalu singkat ia menghadirkan segala keindahannya, hingga Leya lupa untuk menyuguhkan bahagia. 

Dadanya serasa perih jika harus mengingat kenyataan itu, ia berharap ada cerita tentang tawa disetiap pijakan waktu, namun semua itu hanyalah sebatas ilusi, ia tidak akan bisa memintanya untuk kembali, jika saja ia menyadari sejak awal perasaan ini, ia tidak akan pernah menaruh luka dengan sebuah penolakan walau hanya sebatas titik, dan ketika Aksa sudah mulai membuka hati kepada orang lain, harusnya ia tidak berambisi untuk merebutnya, tapi sikap Aksa yang masih sama, membuat ia bertahan dalam egonya. 

Dan rasa bersalah melebur secara bersamaan. " Alin...Maafin aku..." Begitulah lirihnya. harusnya ia tidak usah menceritakan tentang Aksa dan dirinya kepada Alin, awalnya Leya berpikir usaha tersebut bakal membuat Alin perlahan lahan mundur, tapi ternyata semua itu justru membuat Alin semakin terpuruk, kenapa ia bisa lupa kalau Alin tipikal orang yang susah move on, rasa bersalahnya semakin menjalar ketika teman-temannya merendahkan Alin didepannya. seharusnya bukan Alin yang menjadi bahan pembicaraan teman sekelasnya, harusnya dirinya. " Cewek perebut! " begitulah cerca Kaila saat Alin melewati gerombolan mereka kala itu.

" Kaila gue mohon sama lo, jangan pernah rendahin Alin lagi "

" Kenapa? , Alin adalah orang ketiga dalam hubungan lo sama Aksa " emang sesekali mulut Kaila perlu dijahit

" KAILA CUKUP..." isi kantin seketika hening, arah pandang mereka menyorot Leya

" Lo gak pernah tau apa yang terjadi di antara kita, jadi berhentilah jadi orang yang sok tahu " Leya sadar dirinya jadi pusat perhatian, diapun mengecilkan suaranya namun penuh dengan penekanan, lantas Leya pun beranjak meninggalkan kantin, semua temannya dibuat bingung dengan tingkah Leya pagi ini.

Tak biasanya ia seperti ini, biasanya kalau Kaila dan yang lain nyinyir ia hanya diam, atau menanggapinya dengan senyum kaku, tapi menurut Leya, Alin tidak pantas dijadikan bahan omongan, karena Leya tahu bagaimana kondisi Alin saat ini, rapuh, bahkan jika dibandingkan dengan dirinya, Leya yang salah, Leya yang perebut, bukan Alin. " Maafin aku Lin.." lagi-lagi kalimat itu lolos dari kedua bibirnya, diiringi cairan hangat yang keluar dari manik matanya.

                                                                                    ***

Petang merasuki malam, membumbui dengan jutaan gemintang, ia tampak tenang dalam sekali pandang, bagaimana bisa bintang terlihat biasa-biasa saja, padahal beberapa waktu yang lalu posisinya tersingkirkan oleh hangatnya matahari, bagaimana bisa bintang tetap terlihat menawan, padahal kabut mulai menyeruak disegala penjuru langit.

Alin melampiaskan segala emosinya diantara baris-baris tak berpenghuni, menulis adalah salah satu cara agar perasaannya lebih nyaman ketika tak ada lawan bicara, banyak yang ia ceritakan, termasuk tentang rasa penyesalan, jika saja Alin menyadari sejak awal bahwa Leya sudah mulai membuka hati untuk Aksa, ia tidak akan mengambil langkah untuk mencintai aksa lebih jauh, 

ia akan mecoba menyingkirkan segala perasaan yang datang tanpa permisi, ia akan memilih tidak perduli dengan segala teori tentang Aksa, yang Alin tahu Leya menyukai Saka tetangganya Aksa, yang Alin tahu Leya tidak pernah mengharapkan seorang Aksa, nyatanya perasaaan Leya sudah tak sama seperti dulu, cuaca aja bisa berubah apalagi hati. ia selalu ingin mengutuk dirinya, kenapa sifat mudah bapernya kambuh di waktu yang tidak tepat, dan menunjuk orang yang salah? 

Harusnya malam itu ketika Viola bercerita bahwa Kenan menjadi mak comblang antara dirinya dan Aksa, Alin tidak usah berasumsi bahwa Aksa mencintainya, tapi bagaimana mungkin ia menepis perasaannya sementara kelakuan Aksa terhadapnya seakan-akan memberi ruang. Aksa Selalu manarik ulur perasaanya, ia terkadang hilang tanpa jejak, hanya meninggalkan salam yang ia sampaikan melalui Kenan, ia juga pernah mendapatkan 2 kalimat dari Aksa yang tertoreh di atas sobekan kertas, itupun bukan dari tangan Aksa, melainkan ia titipkan kepada Viola, juga...

 " Kak ini..." Alin mengernyit ketika ada anak kecil yang tiba-tiba membagi permen kis terhadapnya, ia kenal sama anak kecil itu, tapi ia tidak mengerti akan maksudnya.

" Dari siapa? " Alin bertanya ketika permen itu berada dalam genggamannya.

" Dari kak Aksa..." ujarnya, huft...apa susahnya sih ngasih sendiri, keluhnya, kejadian itu membekas tanya dalam dirinya.

Apalagi setiap malam ia harus rela hatinya sakit hanya untuk mendengarkan cerita Leya tentang Aksa yang sekarang sering bersikap manis dari biasanya, tentang Aksa yang tak lupa sering mengucapkan "see you" setiap kali jam pulang, Alin adalah pendengar yang baik, begitulah menurut Leya, ingin rasanya Alin bertanya " Kenapa kak Leya menyukai kak Aksa ketika aku sudah suka sama kak Aksa? " 

namun kalimat itu hanyalah jadi wacana, ada yang bikin Alin bingung, tentu bukan perasaan Leya terhadap Aksa, karna sudah bisa ketebak kalau Leya mulai menerima Aksa dihatinya, yang bikin Alin bingung, kenapa Leya selalu menceritakan tentang hubungannya dengan Aksa kepada dirinya? Bukannya ia tahu kalau Alin menyukai Aksa? 

ya Alin pernah menceritakan kepada Leya kalau Alin mulai suka kepada Aksa, tapi cerita itu berlangsung sebelum Alin mengetahui satu fakta bahwa di hari yang sama Leya juga mulai membuka hati untuk Aksa, meski pada saat itu Leya masih sempat ragu, benarkah ia sudah mencintai Aksa? Dan satu lagi, Leya pernah ngajakin Alin taruhan buat dapetin Aksa, hanya saja Alin menolak, ia tidak mau menyamakan Aksa dengan barang, semua keputusan ada ditangan Aksa, ia bebas memilih antara Alin dan Leya. 

Ada lagi yang membuat perasaan Alin campur aduk, perkataan teman teman Leya. Ia kerap kali dikatakan cewek perebut, rata-rata yeman kelas Leya tahu adanya konflik antara Leya, Aksa, dan Alin, kalau teman kelasnya Alin yang tahu hanyalah Aza dan Berta, temen kelas Alin yang lain taunya hanyalah Alin suka Aksa, sudah itu doang.

Banyak dari mereka hanyalah memandang dari satu pihak, mereka mengira bahwa Alin lah orang ketiga, Alin lah cewek perebut, Alin lah teman makan teman, netizen mah memang sukanya nyinyir, mereka lebih mendahului omongan daripada otak, mereka tidak mencari tahu terlebih dahulu informasinya, yang penting dalam pikiran mereka merendahkan orang lain, dengan mengumpulkan teori-teori tak masuk akal. 

Alin sering merasa tertekan dengan pernyataan itu, mungkin tanpa dukungan dari Aza dan Berta ia tidak akan sampai pada titik ini sekarang, ia selalu mencoba agar tidak marah, Alin benci ketika dirinya sedang marah, karna yang selanjutnya terjadi penyesalan dalam dirinya, kenapa harus marah?

                                                                                     ***

Aksa mengacak rambutnya frustasi, pikirannya runyam, ia bingung harus bagaimana menyikapi perasaannya sendiri, ia berada diambang keraguan, perasaan gamang kerap kali muncul, hatinya bimbang menaruh rasa terhadap siapa, Leya? Atau Alin? Keduanya sama sama menyuguhkan tenang, keduanya sama sama menjadi alasan Aksa tertawa, keduanya sama sama berharga, apakah definisi cinta yang sebenarnya?

" Bengong mulu, awas kesurupan " kak Najma-kakak kelasnya, ia langsung mengambil tempat di samping Aksa, udara yang disuguhkan pohon mangga sedikit memberi kesan tenang.

" Kak Najma, menurut kak Najma cinta itu apa? " Aksa tidak terlalu dekat dengan Najma, tapi untuk saat ini ia butuh lawan bicara, ia butuh solusi untuk masalahnya.

" Tergantung pengalaman masing-masing, ada banyak sudut pandang tentang cinta, karna mereka memiliki kisah yang berbeda, ada yang bilang cinta itu ketika kita bisa tertawa bersama, ada juga yang bilang ketika kita bisa saling melengkapi, semuanya menurut persepsi masing-masing tidak bisa disamakan, coba aja kamu tanyakan ke setiap warga sekolah pasti mereka mempunyai jawaban sendiri, jangankan semuanya coba kamu tanyakan ke 5 orang saja, pasti kamu akan mendapatkan jawaban yang berbeda, mungkin sebagian akan sama, tapi semua itu tidak bisa menutupi kemungkinannya, yang terpenting jangan pernah bermain-main dengan cinta, karna ia berkaitan erat dengan perasaan, 

sekalinya sakit ia susah untuk disembuhkan, ada yang bilang bisa kok, coba aja tidur pasti langsung lupa, memang benar lupa, tapi ketika tidur saja, pas bangun tidur sakit itu akan terasa kembali, ada juga yang bilang main aja sama teman-teman tapi ketika teman-temannya sudah gak ada dan dia tinggal sendiri sakit itu kembali hadir, sakit karna cinta susah banget sembuhnya, 

sekali kita melangkah kita akan menemukan hal hal yang tidak kita inginkan, ketika kita sudah mengenal apa itu cinta, tanpa sadar kita juga sedang memperkenalkan diri kita pada luka, sekali lagi aku bilang jangan pernah bercanda dengan urusan hati, paham Aksa..." Aksa mengangguk setelah Najma mengakhiri perkataanya.

" Kak kalau misalkan kita suka pada dua orang gimana? "

" Maksudnya? " Aksa menceritakan semuanya, bermula dengan ia yang berusaha membuat Leya jatuh terhadapnya, Leya yang menolaknya, dan ia yang tanpa sadar mengagumi Alin, perubahan sikap Leya ketika tahu gosip tentang dirinya dengan Alin, semua yang terjadi akhir akhir ini ia ceritakan pada Najma.

" Disatu sisi aku sayang sama Alin kak, tapi disisi lain aku gak bisa lupain Leya, aku bingung, rasanya aku kehabisan cara untuk bepikir, kakak tahu solusinya? "

" Kalau menurut aku lebih baik lupain dua-duanya, jauhi mereka "

" Tapi kak..."

" Pilih mana! kamu meninggalkan keduanya, atau kamu bertahan dengan salah satunya tapi kamu juga menyakiti diantaranya "

" Maksudnya kak "

" Kalau kamu milih Alin kamu bakal nyakitin perasaan Leya, dan kalau kamu pilih Leya maka kamu bakal nyakitin perasaan Alin. Terkadang cinta itu pengorbanan, kamu harus rela menyiksa diri sendiri demi seseorang yang kamu cintai "

" Cerna perkataanku dengan baik Aksa, kalau kamu tidak mau menyakiti keduanya, berarti kamu tidak boleh memilih diantara keduanya, jangan terlalu mengulur waktu, takutnya terlambat, kamu harus tegas terhadap keduanya, kamu harus jauhi keduanya, cinta tidak selalu tentang ego " Najma beranjak dari duduknya,

 " Maafkan aku...aku tidak bisa memilih antara kalian, semoga kalian mendapatkan seseorang yang lebih pantas..." perkataan Aksa hanyalah terdengar oleh Allah azza wa jalla dan dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun