Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Ambigu

22 April 2020   03:05 Diperbarui: 22 April 2020   03:03 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Kenapa? , Alin adalah orang ketiga dalam hubungan lo sama Aksa " emang sesekali mulut Kaila perlu dijahit

" KAILA CUKUP..." isi kantin seketika hening, arah pandang mereka menyorot Leya

" Lo gak pernah tau apa yang terjadi di antara kita, jadi berhentilah jadi orang yang sok tahu " Leya sadar dirinya jadi pusat perhatian, diapun mengecilkan suaranya namun penuh dengan penekanan, lantas Leya pun beranjak meninggalkan kantin, semua temannya dibuat bingung dengan tingkah Leya pagi ini.

Tak biasanya ia seperti ini, biasanya kalau Kaila dan yang lain nyinyir ia hanya diam, atau menanggapinya dengan senyum kaku, tapi menurut Leya, Alin tidak pantas dijadikan bahan omongan, karena Leya tahu bagaimana kondisi Alin saat ini, rapuh, bahkan jika dibandingkan dengan dirinya, Leya yang salah, Leya yang perebut, bukan Alin. " Maafin aku Lin.." lagi-lagi kalimat itu lolos dari kedua bibirnya, diiringi cairan hangat yang keluar dari manik matanya.

                                                                                    ***

Petang merasuki malam, membumbui dengan jutaan gemintang, ia tampak tenang dalam sekali pandang, bagaimana bisa bintang terlihat biasa-biasa saja, padahal beberapa waktu yang lalu posisinya tersingkirkan oleh hangatnya matahari, bagaimana bisa bintang tetap terlihat menawan, padahal kabut mulai menyeruak disegala penjuru langit.

Alin melampiaskan segala emosinya diantara baris-baris tak berpenghuni, menulis adalah salah satu cara agar perasaannya lebih nyaman ketika tak ada lawan bicara, banyak yang ia ceritakan, termasuk tentang rasa penyesalan, jika saja Alin menyadari sejak awal bahwa Leya sudah mulai membuka hati untuk Aksa, ia tidak akan mengambil langkah untuk mencintai aksa lebih jauh, 

ia akan mecoba menyingkirkan segala perasaan yang datang tanpa permisi, ia akan memilih tidak perduli dengan segala teori tentang Aksa, yang Alin tahu Leya menyukai Saka tetangganya Aksa, yang Alin tahu Leya tidak pernah mengharapkan seorang Aksa, nyatanya perasaaan Leya sudah tak sama seperti dulu, cuaca aja bisa berubah apalagi hati. ia selalu ingin mengutuk dirinya, kenapa sifat mudah bapernya kambuh di waktu yang tidak tepat, dan menunjuk orang yang salah? 

Harusnya malam itu ketika Viola bercerita bahwa Kenan menjadi mak comblang antara dirinya dan Aksa, Alin tidak usah berasumsi bahwa Aksa mencintainya, tapi bagaimana mungkin ia menepis perasaannya sementara kelakuan Aksa terhadapnya seakan-akan memberi ruang. Aksa Selalu manarik ulur perasaanya, ia terkadang hilang tanpa jejak, hanya meninggalkan salam yang ia sampaikan melalui Kenan, ia juga pernah mendapatkan 2 kalimat dari Aksa yang tertoreh di atas sobekan kertas, itupun bukan dari tangan Aksa, melainkan ia titipkan kepada Viola, juga...

 " Kak ini..." Alin mengernyit ketika ada anak kecil yang tiba-tiba membagi permen kis terhadapnya, ia kenal sama anak kecil itu, tapi ia tidak mengerti akan maksudnya.

" Dari siapa? " Alin bertanya ketika permen itu berada dalam genggamannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun