Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Terlalu Cepat Memutuskan

22 April 2020   02:02 Diperbarui: 22 April 2020   02:09 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terlalu Cepat Memutuskan

Oleh Siti NabilahTerhitung sudah 3 tahun semenjak Dito merantau sangat jauh meninggalkan keluarganya di Benua seberang. Andaikan keluarganya tahu perubahan drastis pada dirinya saat ini. Maka apa yang akan terjadi? Ia tidak bisa membayangkan hal tersebut. Awalnya Dito tidak menyangka bahwa perubahan yang terjadi akan sampai sejauh ini. Dalam waktu 3 tahun, ia dapat mengubah kepercayaan yang sudah ditanamkan dalam-dalam oleh kedua orangtuanya selama 23 tahun hidupnya.

Pada dasarnya Dito adalah anak yang taat beragama. Ia selalu mengerjakan setiap kewajibannya tetapi hal itu terkikis sedikit demi sedikit. Sudah 3 tahun Dito menetap, waktu itu tepat sekali musim gugur sedang mucul dengan indahnya. Tetapi musim itu menjadi awal kehancuran Dito. Dito mulai mengabaikan setiap kewajibannya. Tidak hanya itu, ia juga mulai menjaga jarak dengan setiap anggota keluarganya. Dirinya mulai terpengaruh dengan gemerlapnya dunia dan melupakan hakikat untuk apa ia diciptakan.

Di lingkungan barunya, Dito sangat diterima oleh teman-temannya. Ia memiliki 4 teman dekat. Pertama ada seorang pemuda berkebangsaan Turki yang bernama Ahmed, ia adalah pemuda beragama islam yang taat akan perintah beragama dan sangat menyayagi ibunya. 

Kedua adalah James, ia merupakan seorang pemuda bebas yang tidak peracaya akan tuhan sekaligus orang yang dapat mempengaruhi pola pikir Dito. Ketiga adalah Henry, seorang pria jangkung dan sangat taat kepada ajaran agama Kristen sekaligus orang yang paling tua diantara yang lain. Dan yang terakhir bernama Marko, ia merupakan pria yang sangat bebas juga seperti James tetapi ia masih menjalani ajaran agama nasrani yang dianutnya.

"Dito mau pergi ke pesta gak?" tanya James dengan tiba-tiba muncul di belakang Dito.

"Iya dong, dimana?" tanya Dito pada James.

"Di rumah Marko. Nanti kita jalan bareng aja." ucap James secara langsung.

"Henrry dan Ahmed ikut juga gak?" ucap Dito sambil memasukkan barang-barang ke dalam tasnya.

"Henry ikut tapi gak bisa lama-lama. Kalau Ahmed seperti biasa dia ga akan mau ikut acara kayak gini." Jelas James kepada Dito.

"Oh oke. Duluan ya bro." kata Dito sambil menepuk punggung James.

 Itu lah yang menjadi keseharian Dito saat ini. Hanya diisi oleh pesta, mabuk-mabukan, bekerja, dan bersenang-senang. Disamping itu, Dito tetap menjadi anak yang menghargai kedua orangtuanya. Setiap bulan ia selalu mengirimkan uang yang tidak sedikit kepada mereka.

Hari-hari berlalu. Tak terasa sudah 7 tahun ia menempati lingkungan barunya. Semakin lama berada di tempat ini membuat batin Dito semakin tidak tenang. Padahal ia merasa setiap hari di dalam hidupnya dilewati untuk bersenang-senang. Dito tidak menyadari arti dari perasaan itu. Batin Dito telah menolak segala hal baru yang sudah ia lakukan. Batinnya merasa tidak setuju karena hal itu bukan merupakan sifat asli Dito.

 Sampai suatu ketika ia melihat temannya yang beranama Ahmed sedang melakukan Sholat di dalam apartemennya. Tiba-tiba saja kilasan masa lalu berputar di otaknya. Ia mulai mengingat setiap perkataan orang tua dan guru-gurunya saat mengajarkan gerakan itu. Tetapi hal itu langsung ditepis jauh-jauh oleh Dito. Ia merasa keputusannya untuk menjadi Atheis sudah sangat tepat karena ia tidak harus mengerjakan kewajiban agama yang dianggapnya beban.

"Kenapa To kok geleng-geleng kepala gitu?" Tanya Ahmed setelah ia menyelesaikan sholatnya.

"Gapapa kok. Hehehe" Jawab Dito dengan kekehan khasnya.

"Ngomong-ngomong, lu mau apa kemari?biasanya kan lu lagi pesta sama yang lain." Tanya Ahmed kepada Dito karena jarang sekali Dito mengunjunginya malam-malam seperti ini.

"Lagi bosen aja gue pesta. Gue pengen cerita Med kenapa ya belakangan ini gue ngerasa jiwa gue gak tenang. Padahal dari dulu gue mengharapkan banget hidup bebas kayak gini. Gak Cuma itu aja, gue juga sering banget mimpiin ibu gue dan dia nyuruh gue pulang. Aneh banget kan." Jelas Dito kepada Ahmed.

Ahmed lalu tersenyum kepada Dito lalu ia diam sebentar dan menatap langit-langit apartemennya. Sambil memikirkan kata apa yang cocok ia utarakan.

"Maaf ya To sebelumnya. Gue bukannya mau nyinggung soal kepercayaan lo. Tetapi menurut gue lu perlu asupan batin juga buat jiwa lo. Selama ini lu cuma mengisi perut sama otak lo doang sedangkan batin lo gak pernah lu isi To." Ucap Ahmed dengan hati-hati

 Dito terdiam dan meresapi perkataan singkat Ahmed. Ia mulai mempertanyakan keputusan yang telah diambilnya selama ini.

"Bukannya gue mau sok menggurui ya. Tapi pernah gak lo kepikiran kehidupan lo nanti setelah kematian?" Tanya Ahmed lagi setelah terdiam cukup lama.

"Pernah si Med. Tapi kan dengan gue berbuat baik ke orang lain aja itu udah cukup dan bakal dihitung gue malakukan kebaikkan. Dan kebaikkan akan menuntun gue ke surga." Ucap Dito dengan mudahnya.

"Gak semua hal di dunia ini bisa lo jadiin logika. Gue tahu segala hal dapat dijawab dengan ilmu pengetahuan. Tetapi itu gak semuanya To. Contohnya sekarang para ilmuwan, orang jenius, dan peneliti pasti dapat menjawab bagaimana manusia terbentuk. Tetapi mereka tidak bisa menjawab apa yang akan terjadi setelah menuasia meninggal. Dunia apa yang ada setelah manusia meninggal. Keadaan ini hanya bisa dijawab dengan agama To."

"Gue pikir selama ini lu udah salah mengartikan To antara ilmu pengetahuan dan agama. Walau sejatinya kedua hal ini selalu mendapingi setiap kegiatan manusia. Tapi ke 2 hal ini sangat berbeda. Agama gak bisa lu bawa-bawa dengan logika. Agama atau kepercayaan adalah hal yang dapat lu percaya dari hati lo. Berbeda dengan ilmu pengetahuan yang harus terdapat pembuktian dan menggunakan logika dari otak lo." Jelas Ahmed panjang lembar

Seketika Dito terdiam akan penjelasan yang Ahmed lontarkan. Ia merasa telah sangat berdosa kepada tuhan yang maha pencipta. Kilasan-kilasan dosa yang telah ia lakukan terus berputar di kepalanya.

"Gue menghormati setiap kepercayaan yang ada. Mungkin terkadang orang-orang atheis memiliki kepribadian dan karakter yang lebih baik dari orang beragama. Tetapi gak ada yang namanya agama itu buruk. Jangan pernah lu merasa agama ini atau agama itu buruk karena penganut-penganutnya tidak sebaik orang-orang atheis. Karena gue pernah denger yang membuat suatu agama buruk bukan agamanya tetapi pemeluknya To." Jelas Ahmed lagi karena melihat Dito hanya terdiam oleh penjelasannya.

 Setelah itu ruangan menjadi hening hanya terdengar suara hembusan nafas dan jam yang berdetak stabil. Disatu sisi Dito merasa sangat menyesal dan tidak tahu untuk mengatakan apa-apa lagi. segala ilmu pengetahuan yang ada di otaknya serasa tidak berguna dan hanya kesia-siaan belaka. Disisi lain Ahmed melihat temannya yang mengeluarkan napas berat dan hanya memejamkan matanya saja. Ahmed mengira mungkin temannya tersinggung oleh kata-katanya.

 Pergolakan antara pikiran dan batin di dalam hati Dito semakin menjadi-jadi. Ia mulai perlahan-lahan luluh oleh perkataan Ahmed. Perasaanya mulai sedikit lebih tenang dan melegakan. Sekarang ia sudah tahu apa yang harus ia lakukan.

"Kayaknya selama ini gue salah Med. Selama ini, gue terlau naif dan ceroboh. Kenapa gue harus mengambil keputusan kayak gini. Ibu, ayah, saudara-saudara gue pasti mereka sangat kecewa sama perlakuan gue. Apalagi adik-adik gue, mereka sangat mengidolakan gue. Gue ga bisa bayangin harus kehilangan binar mata mereka saat melihat gue. Gue kangen keluarga kecil itu." kata Dito dengan suara lemahnya bahkan air mata hampir tumpah dari kedua kelopak matanya.

"Saran gue sekarang lo telfon keluarga lo terutama ibu. Percaya sama gue dengan lu denger kalimat yang ibu lo lontarkan walaupun itu cuma kata salam. Itu akan membuat batin lu sedikit lebih tenang." Saran Ahmed kepada Dito.

"Menurut gue lu nginep disini aja To. Lu bisa pakai kamar yang itu (sambil menunjuk sebuah pintu). Bersih kok tenang aja. Gue tinggal dulu sebentar, pengen beliin beberapa makanan."ucap Ahmed kepada Dito lalu ia keluar dari apartemennya.

 Di dalam apartemen Ahmed, Dito merasa mentalnya untuk menelpon ibunya menjadi surut. Ia terlalu takut untuk mencobanya. Tetapi ia berpikir, jika ibunya tahu dari orang lain malahan akan membuat ibunya sangat sedih. Akhirnya Dito memutuskan untuk menelpon ibunya.

"Assalamualaikum halo, ini siapa ya?" terdengar suara wanita paruh baya di seberang sana.

 Dito membeku mendengar suara itu. Kata-kata yang ingin ia ucapkan menguap begitu saja.

"Halo, ada orang disana?" terdengar suara itu lagi.

" I-ibu." Ucap Dito. Dari sekian banyak kata, hanya kata itu yang berhasil terlontar dari mulutnya.

"Dito, mashallah akhirnya ibu bisa denger suara kamu. Kamu apa kabar? Kamu baik baik saja kan nak?" kata ibu Dito. Terdengar sebersit rasa khawatir dibalik suara cerianya itu.

"D-Dito baik bu Alhamdulillah." Kata Dito akhirnya bisa mengeluarkan beberapa kata dari mulutnya. Dito merasa ia ingin menangis setelah mendengar suara ibunya.

"Alhamdulillah".

"Dito yakin baik-baik saja?" tanya ibu Dito disebrang sana. Seolah-olah ia tahu perasaan anaknya saat ini.

"Maa-maaf bu, Dito minta maaf. Dito mau pulang sekarang. Maaf bu maafin Dito."ucap Dito dengan tersendat-sendat. Ia tidak bisa lagi menahan air matanya dan tidak lama suara isak-isakan kecil terdengar dari mulut Dito.

 Ibunya terdiam mendengarkan suara anak sulungnya tersebut. Ia merasa anaknya sedang memiliki masalah yang besar. Sehingga ibunya hanya bisa terdiam dan mencoba mendengarkan keluh kesah anaknya .

"Dito sudah berbuat dosa yang sangat besar besar bu." Suara Dito terdengar saat beberapa waktu yang lalu ia terisak-isak.

"Dosa apa nak?" terdengar suara lemah lembut ibu Dito.

"Dito tidak bisa menjelaskannya di telephone bu. Dito harus bertemu ibu, bapak, sama adik-adik secara langsung."ucap Dito dengan hati-hati.

"Maafin Dito tidak bisa menjelaskannya sekarang. Dito akan pulang secepatnya bu. Ibu jaga kesehatan ya, bapak sama adik-adik juga. Maaf jika nanti kalian tahu yang sebenarnya, kalian akan merasa sangat kecewa. Tapi tolong jangan pernah jauhin Dito ya." Ungkap Dito kepada ibunya.

"Iya nak, inshallah. Dito jangan lupa makan ya terus jangan lupa bawa air putih kemana. Sholatnya juga terus di jaga ya nak." Pesan yang selalu ibu Dito katakan saat anak-anaknya tidak ada dijangkauan matanya.

"Iya bu akan Dito ingat. Dito tutup dulu ya telphonenya. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam"

 Setelah itu, Dito langsung meminta izin kepada bosnya agar bisa mendapatkan cuti selama beberapa hari. Untung saja bosnya ini sudah menganggap Dito sebagai pegawai yang tealadan dan jarang sekali mengambil jatah cutinya. Dito memutuskan untuk cuti kerja selama 5 hari ia berharap dalam waktu yang singkat itu masalahnya dapat terselesaikan.

 Waktu keberangkatannya pun tiba. Dito sudah merasa siap untuk menghadapi keluarganya. Selain itu, selama menunggu jadwal keberangkatannya ini, ia sudah mulai bertobat dan memperdalam lagi ajaran agama yang ditinggalkannya. Dibantu dengan Ahmed, ia berhasil melakukannya. Dito berharap setelah semuanya terungkap maka hatinya akan merasa tenang kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun