"Dosa apa nak?" terdengar suara lemah lembut ibu Dito.
"Dito tidak bisa menjelaskannya di telephone bu. Dito harus bertemu ibu, bapak, sama adik-adik secara langsung."ucap Dito dengan hati-hati.
"Maafin Dito tidak bisa menjelaskannya sekarang. Dito akan pulang secepatnya bu. Ibu jaga kesehatan ya, bapak sama adik-adik juga. Maaf jika nanti kalian tahu yang sebenarnya, kalian akan merasa sangat kecewa. Tapi tolong jangan pernah jauhin Dito ya." Ungkap Dito kepada ibunya.
"Iya nak, inshallah. Dito jangan lupa makan ya terus jangan lupa bawa air putih kemana. Sholatnya juga terus di jaga ya nak." Pesan yang selalu ibu Dito katakan saat anak-anaknya tidak ada dijangkauan matanya.
"Iya bu akan Dito ingat. Dito tutup dulu ya telphonenya. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam"
 Setelah itu, Dito langsung meminta izin kepada bosnya agar bisa mendapatkan cuti selama beberapa hari. Untung saja bosnya ini sudah menganggap Dito sebagai pegawai yang tealadan dan jarang sekali mengambil jatah cutinya. Dito memutuskan untuk cuti kerja selama 5 hari ia berharap dalam waktu yang singkat itu masalahnya dapat terselesaikan.
 Waktu keberangkatannya pun tiba. Dito sudah merasa siap untuk menghadapi keluarganya. Selain itu, selama menunggu jadwal keberangkatannya ini, ia sudah mulai bertobat dan memperdalam lagi ajaran agama yang ditinggalkannya. Dibantu dengan Ahmed, ia berhasil melakukannya. Dito berharap setelah semuanya terungkap maka hatinya akan merasa tenang kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H