Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Terlalu Cepat Memutuskan

22 April 2020   02:02 Diperbarui: 22 April 2020   02:09 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pernah si Med. Tapi kan dengan gue berbuat baik ke orang lain aja itu udah cukup dan bakal dihitung gue malakukan kebaikkan. Dan kebaikkan akan menuntun gue ke surga." Ucap Dito dengan mudahnya.

"Gak semua hal di dunia ini bisa lo jadiin logika. Gue tahu segala hal dapat dijawab dengan ilmu pengetahuan. Tetapi itu gak semuanya To. Contohnya sekarang para ilmuwan, orang jenius, dan peneliti pasti dapat menjawab bagaimana manusia terbentuk. Tetapi mereka tidak bisa menjawab apa yang akan terjadi setelah menuasia meninggal. Dunia apa yang ada setelah manusia meninggal. Keadaan ini hanya bisa dijawab dengan agama To."

"Gue pikir selama ini lu udah salah mengartikan To antara ilmu pengetahuan dan agama. Walau sejatinya kedua hal ini selalu mendapingi setiap kegiatan manusia. Tapi ke 2 hal ini sangat berbeda. Agama gak bisa lu bawa-bawa dengan logika. Agama atau kepercayaan adalah hal yang dapat lu percaya dari hati lo. Berbeda dengan ilmu pengetahuan yang harus terdapat pembuktian dan menggunakan logika dari otak lo." Jelas Ahmed panjang lembar

Seketika Dito terdiam akan penjelasan yang Ahmed lontarkan. Ia merasa telah sangat berdosa kepada tuhan yang maha pencipta. Kilasan-kilasan dosa yang telah ia lakukan terus berputar di kepalanya.

"Gue menghormati setiap kepercayaan yang ada. Mungkin terkadang orang-orang atheis memiliki kepribadian dan karakter yang lebih baik dari orang beragama. Tetapi gak ada yang namanya agama itu buruk. Jangan pernah lu merasa agama ini atau agama itu buruk karena penganut-penganutnya tidak sebaik orang-orang atheis. Karena gue pernah denger yang membuat suatu agama buruk bukan agamanya tetapi pemeluknya To." Jelas Ahmed lagi karena melihat Dito hanya terdiam oleh penjelasannya.

 Setelah itu ruangan menjadi hening hanya terdengar suara hembusan nafas dan jam yang berdetak stabil. Disatu sisi Dito merasa sangat menyesal dan tidak tahu untuk mengatakan apa-apa lagi. segala ilmu pengetahuan yang ada di otaknya serasa tidak berguna dan hanya kesia-siaan belaka. Disisi lain Ahmed melihat temannya yang mengeluarkan napas berat dan hanya memejamkan matanya saja. Ahmed mengira mungkin temannya tersinggung oleh kata-katanya.

 Pergolakan antara pikiran dan batin di dalam hati Dito semakin menjadi-jadi. Ia mulai perlahan-lahan luluh oleh perkataan Ahmed. Perasaanya mulai sedikit lebih tenang dan melegakan. Sekarang ia sudah tahu apa yang harus ia lakukan.

"Kayaknya selama ini gue salah Med. Selama ini, gue terlau naif dan ceroboh. Kenapa gue harus mengambil keputusan kayak gini. Ibu, ayah, saudara-saudara gue pasti mereka sangat kecewa sama perlakuan gue. Apalagi adik-adik gue, mereka sangat mengidolakan gue. Gue ga bisa bayangin harus kehilangan binar mata mereka saat melihat gue. Gue kangen keluarga kecil itu." kata Dito dengan suara lemahnya bahkan air mata hampir tumpah dari kedua kelopak matanya.

"Saran gue sekarang lo telfon keluarga lo terutama ibu. Percaya sama gue dengan lu denger kalimat yang ibu lo lontarkan walaupun itu cuma kata salam. Itu akan membuat batin lu sedikit lebih tenang." Saran Ahmed kepada Dito.

"Menurut gue lu nginep disini aja To. Lu bisa pakai kamar yang itu (sambil menunjuk sebuah pintu). Bersih kok tenang aja. Gue tinggal dulu sebentar, pengen beliin beberapa makanan."ucap Ahmed kepada Dito lalu ia keluar dari apartemennya.

 Di dalam apartemen Ahmed, Dito merasa mentalnya untuk menelpon ibunya menjadi surut. Ia terlalu takut untuk mencobanya. Tetapi ia berpikir, jika ibunya tahu dari orang lain malahan akan membuat ibunya sangat sedih. Akhirnya Dito memutuskan untuk menelpon ibunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun