Dalam pertemuan yang relatif singkat itu, energi itu bertemu. Mamiq mertua saya dengan energinya yang meledak-ledak bak roket bertemu Miq Iqbal yang santun dan sejuk. Ketika saya hidangkan kue, Miq Iqbal sempatnya bilang, "Ini nggak penting. Yang lebih penting itu kopi." Kami tertawa. Saya dan ibu mertua bergegas menyiapkan kopi di dapur.
Obrolan penuh energi itu mengalir deras di teras depan rumah Mamiq Slamet. Berselisih usia sekitar 14 tahun membuat Mamiq Slamet memanggil Miq Iqbal dengan sebutan 'Adik'. Keakraban terjalin dengan luwesnya. Dari sekian banyak lapis obrolan, Mamiq Slamet hanya menitip satu pesan ke Miq Iqbal, "Nanti kalau terpilih, baik-baik jaga amanah!"
Ya, seorang 'kakak' hanya bisa memberi dukungan morel (mengenai moral, KBBI) pada 'adik'nya. Mamiq Slamet membaca potensi Miq Iqbal sebagai sosok yang masih muda, punya pengalaman di dunia internasional (dan ini akan semakin menguatkan posisi NTB), dan tentu saja berprestasi. Anak-anak muda NTB butuh sosok pemimpin yang inspirasional. Tanpa perlu bertatap muka, tapi kita bisa merasakan energi kepemimpinannya untuk menggerakkan kita membuat kemajuan. Bukankah, kepemimpinan adalah tentang pengaruh? Leadership is about influence. Tanpa perlu diawasi secara kasat mata oleh pemimpin, kita di bawah sebagai rakyat bisa bergerak karena PENGARUH POSITIF TAK KASAT MATA tersebut.
Akhir kata, mewakili diri saya sendiri, saya mendoakan Miq Iqbal TERPILIH sebagai pemimpin NTB tahun ini. Ada harapan yang beliau bawa pada generasi muda. Saya yakin beliau bisa menggerakkan dan menumbuhkan kreasi dan inovasi anak-anak muda. He brings a brighter hope. Keep being inspirational, our captain!
Mestakung! Semesta mendukung!
Salam literasi. Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H