Sebelumnya, pada tahun 2019 lalu saya pernah melancong ke sana. Namun, pesona keindahan dan keunikan kedua tempat ini menarik saya untuk kembali.
Huta Siallagan merupakan sebuah kampung adat yang berada di Pulau Samosir. Huta memiliki arti desa atau kampung, sementara Siallagan adalah nama marga raja yang mendirikan desa adat tersebut. Di kawasan Huta Siallagan, keautentikan rumah-rumah adat dan pentas budaya digelar.Â
Terdapat 3 jenis rumah adat yang berjajar rapi di area kampung. Rumah adat tersebut tampak serupa namun tak sama. Masing-masing memiliki detail yang penuh makna dan fungsi yang berbeda.Â
Ada Rumah Bolon, tempat tinggal raja dan anaknya; Rumah Siamporik yang bentuknya lebih kecil dihuni oleh tamu raja; dan Rumah Sobola Tali yang paling kecil sebagai tempat tinggal kerabat raja.Â
Selain mempelajari sejarah, banyak aktivitas menarik yang ditawarkan kampung adat ini.Â
Para pengunjung bisa ikut Manortor atau menari Tor-tor bersama Sigale-gale, boneka kayu unik yang konon memiliki kemampuan menggerakan tangannya saat ritual pemanggilan arwah para leluhur.Â
Pengunjung akan dipandu untuk baris memanjang dan melingkar sembari menggunakan selendang dan ikat ulos yang telah disediakan.Â
Satu lagi yang menjadi ciri khas Huta Siallagan adalah adanya Batu Persidangan. Batu persidangan dulunya merupakan tempat untuk mengadili para pelaku penjahatan, bentuknya berupa kursi batu yang disusun rapi melingkar. Â
Rasanya waktu yang sebentar tidak cukup untuk explore seluruh kampung adat yang banyak memberikan pengalaman mengesankan. Namun, trip harus berlanjut.Â
Di luar kawasan, banyak pedagang menjajakan beraneka rupa souvenir. Ada kain ulos, gantungan kunci, ukiran kayu khas batak, kalender batak, dan lainnya yang bisa dibawa pulang sebagai buah tangan.Â