Mohon tunggu...
Laeli Nuraj
Laeli Nuraj Mohon Tunggu... Lainnya - Basic Education Research Team

Suka baca, ngopi, jalan pagi, dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

[Review Buku] Mata dan Manusia Laut, Kehidupan Suku Bajo di Wakatobi

6 September 2024   18:03 Diperbarui: 9 September 2024   16:27 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mata dan Manusia Laut merupakan buku ketiga karya Okki Madasari yang saya baca. Novel sastra anak ini menjadi serial ketiga dari tetralogi Mata: Mata di Tanah Melus, Mata dan Rahasia Pulau Gapi, Mata dan Manusia Laut, serta Mata dan Nyala Api Purba.

Sama seperti kedua novel sebelumnya yang berlatar di Indonesia bagian timur, Mata dan Manusia Laut menceritakan petualangan dua bocah dalam mengarungi lautan di Kepulauan Wakatobi. Sebuah pulau yang menjadi rumah bagi orang-orang Bajo, para pengembara laut.

Penulis: Okky Madasari
Ilustrator: Restu Ratnaningtyas
Tahun terbit: 2019
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Ukuran: 20 cm
Tebal: 232 halaman
Harga buku: Rp 57.600
Nomor ISBN: 978-602-06-3028-1

Sinopsis

Media internasional mengabarkan tentang manusia-manusia yang mampu menyelam hingga kedalaman puluhan meter tanpa bantuan alat pernafasan. Kabar tersebut membawa Matara dan ibunya berlayar ke kepulauan Wakatobi yang menjadi tempat tinggal Orang Bajo. Tepatnya di Kampung Sama, Kecamatan Kaledupa, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. 

Kebetulan sekali mereka datang saat perayaan pesta rakyat sedang digelar. Lapangan kampung dipenuhi seluruh penduduk lokal dan para pendatang yang hendak turut berpesta. Di tengah keramaian tersebut, Matara bertemu dengan Bambulo, si anak Bajo yang sudah jago berenang dan menyelam sejak balita. 

Bambulo tingggal di Kampung Sama, sebuah kampung apung di tengan lautan, terpisah dari daratan. Rumah-rumah penduduk terbuat dari kayu berbentuk panggung dengan tiang-tiang tinggi yang tertanam ke dalam air laut. Orang-orang Bajo terbiasa mandi dan mencuci dengan air laut. Kesehariannya dihabiskan di lautan, kadang-kadang saja Bambulo dan anak-anak sebayanya pergi ke sekolah, ketika sedang bosan berenang.

Bambulo mengajak Matara berkelana menuju ke atol atau karang tempat orang-orang Bajo mencari ikan dalam jumlah yang banyak. Tanpa memperhatikan waktu yang bertepatan dengan bulan purnama, kedua bocah itu terus mendayung sampan ke tengah lautan. Sementara, Ibu Matara yang masih berada di Lapangan Kaledupa mulai panik karena Matara tak kunjung balik. 

Masyarakat suku Bajo pantang berlayar dan menangkap ikan saat bulan terang sempurna, mereka percaya dewa laut akan murka. Namun Bambulo mengabaikan pantangan tersebut, padahal kawanan lummu-lummu atau lumba-lumba sudah mengingatkannya. Tindakan dan kecerobohannya mengakibatkan bencana yang tidak terduga. Gempa dan gelombang Tsunami menyerang Kampung Sama hingga ke Kaledupa, memporak-porandakan wilayah tersebut. 

Pada waktu yang bersamaan, Matara dan Bambulo terseret tenggelam ke dasar lautan. Binatang-binatang laut termasuk gurita raksasa marah karena ulah kedua bocah yang sembrono. Gurita raksasa pun melilit tubuh Matara. Beruntungnya, ada Sam yang menolong Bambula dan Matara. Sam pun membawa mereka ke dasar lautan yang lebih dalam, mempertemukan dengan penghuni laut lainnya. Bagaimanapun, peristiwa ini memberikan pengalaman yang menakjubkan bagi Matara dan Bambula si manusia ikan. 

Hal yang Menarik dari Isi Buku

Ilustrasi hasil karya Restu Ratnaningtyas di setiap novel serial Mata selalu menarik dan sangat mendeskripsikan cerita yang dituturkan. Seperti cover Mata dan Manusia Laut, tubuh Matara dililit oleh salah satu dari delapan lengan seekor gurita dan Bambulo terlihat sedang berusaha menolongnya. Semula saya pikir cerita ini hanyalah tentang Matara dan Bambulo yang tenggelam di lautan, kemudian bertemu dengan gurita raksasa. Namun, tentu cerita Okki Madasari tidak sesederhana itu. Adanya kehidupan di dasar laut yang dihuni oleh para dewa laut dan manusia-manusia dari zaman ratusan tahun lalu sangatlah mengejutkan.

Seperti kedua serial novel sebelumnya, Mata dan Manusia Laut juga mengandung unsur magical realism yang kuat. Pertama, unsur magis yang tidak dapat tereduksi atau tidak dapat dilogika secara rasional, seperti adanya manusia-manusia setengah dewa, binatang-binatang laut yang dapat berkomunikasi dengan manusia, serta peristiwa tenggelamnya Mata dan Bambulo ke dasar lautan yang mustahil bisa selamat.

Kedua, dunia yang fenomenal yang empiris atau real. Unsur kedua dihadirkan sebagai latar cerita yaitu Kepulauan Wakatobi, rumah-rumah panggung yang berdiri di atas air, serta adanya orang-orang Bajo yang mampu menyelam hingga puluhan meter tanpa bantuan alat pernafasan. Juga terjadinya bencana gelombang tsunami yang ditandai dengan air laut surut dan gempa beberapa kali.

Ketiga, keragu-raguan yang meresahkan. Maksudnya adalah kontradiksi yang mengarahkan pembaca bertanya-tanya, apakah benar seorang sanro, sebutan untuk 'orang pintar' mampu menyembuhkan sakit dengan cara yang gaib. Apakah di dasar lautan ada kehidupan dimensi lain? Dan masih banyak lagi kejadian-kejadian yang dituliskan Okki Madasari yang menimbulkan keraguan.

Keempat, penggabungan realisme yang terwujud pada kepercayaan orang-orang Bajo terhadap kekuatan supranatural seorang sanro yang mampu memprediksi masa depan dan membaca alam. Selain itu, dialog antara Bambulo dengan lummu-lummu atau lumba-lumba juga menjadi pendukung unsur keempat ini.

Keberadaan orang-orang Bajo yang tersebar di beberapa kepulauan nusantara, seperti di Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Tenggara tentu menjadi hal yang paling menarik di dalam novel anak ini. Secara eksplisit dan implisit Okki Madasari mengenalkan kehidupan dan keistimewaan orang-orang Bajo yang tinggal di lautan.

Namun, menurut saya penjelasan tersebut porsinya terlalu sedikit. Ekspektasi saya pada novel ini lebih banyak menuturkan tentang keseharian dan hubungan sosial di antara mereka. Mata dan Manusia Laut justru lebih banyak bercerita kehidupan fantasi di bawah laut. Mungkin ini yang menjadi satu kekurangan kecil. Meski demikian, anggapan ini tentu akan berbeda jika pembacanya merupakan anak-anak sesuai sasaran dari penulisan cerita ini. 

Pesan Moral

Pendidikan merupakan hal utama yang selalu disuarakan Okki Madasari di dalam ketiga serial novel Mata ini. Seperti pada kedua novel sebelumnya, pentingnya sebuah pendidikan juga diungkapkan melalui cerita Bambulo yang kerap bolos sekolah. Bagi Bambulo dan Orang-orang Bajo, sekolah formal tidak begitu dibutuhkan karena tidak mengajarkan cara menangkap ikan, berenang, maupun berlayar. Sejatinya, pendidikan bisa didapatkan dari mana saja dan dari siapa saja.

Pesan moral lainnya berupa keberanian dan rasa ingin tahu perlu diimbangi dengan kewaspadaan dan ketaatan pada aturan-aturan yang ditetapkan. Sehingga, apapun yang kita lakukan tidak merugikan dan membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

Di samping itu, Okki Madasari selalu menyisipkan sentilan menggelitik yang mengkritik sebuah kebijakan, sebagian orang, maupun pada negara. Seperti halnya ketersediaan sumber listrik yang masih terbatas dan tidak merata di luar Pulau Jawa, serta adanya kecurangan oknum-oknum tertentu yang memperdagangkan bom ikan. Tentu dampaknya sangat membahayakan lingkungan perairan.

Kesimpulan

Novel sastra anak yang mengangkat isu lingkungan, tradisi dan budaya lokal, serta keistimewaan Orang-orang Bajo yang mampu menyelam tanpa bantuan alat pernafasan, menjadi bacaan berbobot yang kaya ilmu pengetahuan. Cerita fantasi kehidupan bawah laut yang menakjubkan dapat mensetimulus imajinasi dan critical thinking para pembaca muda.

Namun, anak-anak yang membaca buku ini tetap harus didampingi orang dewasa atau orang tua agar lebih mudah memahaminya dan dapat mengambil pelajaran serta pesan-pesan moral yang tercakup di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun