Mohon tunggu...
Laeli Nuraj
Laeli Nuraj Mohon Tunggu... Lainnya - Basic Education Research Team

Suka baca, ngopi, jalan pagi, dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

[Review Buku] Mata dan Rahasia Pulau Gapi, Ungkap Hikayat Kesultanan Ternate

2 September 2024   18:11 Diperbarui: 2 September 2024   18:18 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mata dan Rahasia Pulau Gapi | Dok. pribadi

Mata dan Rahasia Pulau Gapi merupakan buku kedua karya Okki Madasari yang saya baca. Novel sastra anak ini menjadi serial kedua dari tetralogi Mata: Mata di Tanah Melus, Mata dan Rahasia Pulau Gapi, Mata dan Manusia Laut, serta Mata dan Nyala Api Purba. 

Jika pada serial pertama Mata di Tanah Melus, Okki Madasari menceritakan petualangan Matara dengan ibunya, di buku ini Matara berkelana bersama seekor kucing bernama Molu dan si Laba-laba yang merupakan jelmaan anjing peliharaan sang Sultan. Ketiganya memiliki misi menyelamatkan dan menjaga benteng-benteng pusaka peninggalan zaman dulu. 

Penulis: Okky Madasari
Ilustrator: Restu Ratnaningtyas
Tahun terbit: 2018
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Ukuran: 20 cm
Tebal: 256 halaman
Harga buku: Rp
Nomor ISBN: 978-602-06-1938-5

Sinopsis

Mata dan Rahasia Pulau Gapi mengungkap kepingan-kepingan sejarah peradaban Kota Kesultanan Ternate sejak abad ke-16. Menyingkap maksud kedatangan bangsa kulit putih, seperti Portugis, Spanyol, Belanda, dan Jepang dalam usahanya untuk memonopoli perdagangan cengkeh dan saling berebut kekuasaan.

Ternate menjadi rumah baru bagi Matara dan keluarganya. Ayahnya mendapat pekerjaan baru sebagai manager sebuah hotel di kota ini. Kepindahan mereka sebenarnya bukan semata-mata karena pekerjaan baru ayahnya, namun juga disebabkan oleh tidak lolosnya Matara dalam mengikuti seleksi masuk ke SMP favorit di Jakarta. 

Matara dan ibunya merasa sangat sedih, kecewa dan marah. Tanpa pikir panjang, mereka pun lantas setuju untuk pindah ke Pulau Maluku. Mereka menempati rumah tua bergaya Eropa yang letaknya tidak jauh dari pelabuhan. Dari beranda rumahnya nampak dua pulau berbentuk gunung persis seperti yang tergambar pada uang seribuan. Kedua pulau itu adalah Pulau Maitara dan Pulau Tidore.


Kehidupan baru dimulai, begitu juga dengan sekolah Matara. Ibunya yang sangat concern terhadap pendidikan, memutuskan untuk memberikan home schooling bagi Matara. Dia akan menjadi guru dan mengajari Matara dengan serius untuk membalas kegagalan masuk ke sekolah impian. 

Suatu hari, Matara merasa sangat lelah dan bosan dengan cara mengajar ibunya yang keras dan selalu menuntut. Selepas subuh, diam-diam Matara pergi seorang diri ke pelabuhan tanpa tujuan jelas. Di pelabuhan itulah Matara bertemu dengan Molu, seekor kucing hitam yang telah hidup sejak ratusan tahun silam. Tepat setelah Gunung api Gamalama meletus dengan dahsyat.

Molu, si kucing ajaib yang mampu berbicara layaknya manusia sejenak membuat Matara terkejut hampir tidak percaya. Molu mengajak Matara berjalan menuju ke sebuah benteng. Dałam perjalanan, Molu banyak bercerita tentang kejadian naas yang terjadi pada 500-an tahun yang lalu, saat Sultan Hairun, penguasa Pulau Gapi dijebak dan dibunuh oleh Portugis. 

Kesultanan Ternate | Dok Pribadi
Kesultanan Ternate | Dok Pribadi

Seluruh masyarakat marah. Sultan Baabullah, pengganti Sultan Hairun segera mengusir semua orang Portugis untuk meninggalkan Ternate. Mereka pun berbondong-bondong menuju ke pelabuhan dan kembali ke negaranya. Kecuali Adao, seorang Portugis yang memungut dan memelihara Molu. Adao minta ampun kepada Sultan Baabullah dan minta kesempatan agar bisa tetap tinggal dan menghabiskan sisa umurnya bersama Faida, istrinya, yang merupakan warga asli Ternate.  

Sultan menyetujuinya, Adao bersama Faida diperintah untuk menjaga Danau Tolire, danau cantik yang terbentuk akibat aliran lava letusan Gunung Gamalama. Hingga akhir khayatnya, keduanya menjelma menjadi sepasang buaya putih yang setia mengabdi pada Sultan dengan menjaga harta karun kesultanan yang disimpan di dasar Danau Tolire.

Halaman Kesultanan Ternate | Dok Pribadi
Halaman Kesultanan Ternate | Dok Pribadi

Sesampainya di benteng, seekor laba-laba menampakkan diri. Tanpa disadari Molu, Laba-laba ini adalah sahabatnya dulu, jelmaan anjing peliharaan Sultan yang tewas akibat reruntuhan benteng. Namanya Gama, serupa dengan Gamalama. Laba-laba ini pun mematuhi perintah Sultan untuk senantiasa menjaga benteng dari orang-orang yang berniat menghancurkannya. 

Orang-orang itu akan membangun sebuah hotel dan mall tepat di atas tanah benteng. Tentu, si Laba-laba tidak akan membiarkannya. Ia menyerang manusia-manusia jahat dengan sengatan yang menyakitkan bahkan menewaskan. Hal yang tidak terduga, projek pembangunan hotel dan mall dipimpin oleh Ayah Matara. 

Beberapa kali Matara berusaha menyampaikan kepada ayahnya agar tidak merusak benteng, namun ayahnya tidak mendengarkan. Ayahnya yakin bahwa pembangunan itu akan membawa banyak keuntungan bagi dirinya dan rekan kerjanya.

Matara, Molu dan Laba-laba semakin dilema. Bagaimanapun, pembangunan hotel dan mall harus segera dihentikan. Ide cemerlang dari Matara muncul. Laba-laba yang tubuhnya paling kecil menyusup ke dalam istana yang begitu luas dan besar. Meskipun melalui beberapa tantangan, akhirnya Laba-laba berhasil masuk ke dalam kamar Sultan. 

Laba-laba yang tidak mampu berbicara kepada manusia seperti Molu, menuliskan BENTENG PUSAKA menggunakan jaring-jaringnya sebagai pertanda agar Sultan menghentikan projek pembangunan yang merusak tatanan warisan nenek moyang. 

Hal yang menarik dari isi buku

Menurut saya serial kedua mata ini jauh lebih menarik dari serial pertama Mata di Tanah Melus. Novel fiksi anak berlatar belakang sejarah sangat baik dijadikan sebagai bahan bacaan yang segar dan kaya akan wawasan. Penggabungan fiksi sejarah dengan fabel serta mitos di dalamnya masih belum banyak dijumpai dałam buku bacaan anak lainnya.

Elemen realis tersemat pada persoalan tentang pendidikan Matara yang menurut ibunya tidak pernah memuaskan. Selain itu, tentang kontroversi rencana pembangunan infrastruktur yang kerap mengorbankan banyak aspek demi keuntungan suatu kelompok. 

Seperti halnya pada Mata di Tanah Melus, dalam novel Mata dan Rahasia Pulau Gapi juga mengandung unsur magical realism yang kuatHal ini ditunjukkan oleh adanya binatang-binatang yang berperilaku seperti manusia, dapat bicara, menulis, dan merasa selayaknya manusia.  Kepercayaan atau mitos terhadap suatu tempat yang dianggap angker atau memiliki kekuatan magis juga dituturkan berulang kali. 

Novel ini juga mengandung sindiran bahwasanya seekor kucing dan anjing yang kemudian menjelma sebagai laba-laba sangat patuh dan bertanggung jawab atas perintah tuannya. Dalam hal ini ditunjukkan pada kesetiaan dan keseriusannya talam menjaga benteng-benteng pusaka.

Pesan Moral

Pendidikan sejatinya bisa dilakukan di mana saja melalui sekolah formal maupun nonformal. Penentuan identitas sekolah unggulan atau favorit rupanya memberikan dampak negatif terhadap pandangan masyarakat. Seperti ibu Matara yang mengalami kesedihan berlarut dan kemarahan besar karena Matara tidak lolos seleksi sekolah unggulan. Orang tua seyogianya bisa lebih bijak dan tidak memaksakan anaknya untuk harus bisa masuk ke sekolah tertentu. 

Pembangunan infrastruktur dengan tujuan memajukan suatu wilayah seharusnya tidak mementingkan suatu kelompok tertentu. Perlu pertimbangan dan peninjauan mendalam yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara masif serta memperhatikan warisan leluhur, bukan malah merusak dan atau menghilangkan jejak sejarah. 

Penting untuk mengenalkan kultur dan menumbuhkan rasa kepemilikan terhadap kekayaan negeri kepada anak-anak sejak dini. Salah satunya melalui buku cerita seperti Mata dan Rahasia Pulau Gapi.

Kesimpulan

Bagi saya buku ini sangat memikat lantaran penuturan yang mendalam tentang sejarah tamadun Kota Ternate. Selama membaca novel ini, tergambar memori pengalaman ketika singgah beberapa kali di kota yang menjadi penghasil rempah dan cengkeh. Dari pelabuhan, jalanan, hotel dan mall-nya, kesultanan, hingga benteng-benteng peninggalan Portugis dan Belanda, serta Danau Tolire yang indah dan Gunung Gamalama yang gagah. 

Cerita yang dituturkan secara sederhana dari sudut pandang seorang anak dan seekor kucing namun tetap jelas dan deskriptif membuat pembaca terutama anak-anak mudah memahami alurnya. Pesan moral yang terkandung berupa pendidikan, keberanian, pengabdian, persahabatan, dan sense of belonging terhadap kekayaan negeri tersampaikan dengan elok. 

Novel sastra anak ini sangat direkomendasikan untuk bisa lebih mengenal Indonesia dan menjaga kultur agar senantiasa lestari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun