Seluruh masyarakat marah. Sultan Baabullah, pengganti Sultan Hairun segera mengusir semua orang Portugis untuk meninggalkan Ternate. Mereka pun berbondong-bondong menuju ke pelabuhan dan kembali ke negaranya. Kecuali Adao, seorang Portugis yang memungut dan memelihara Molu. Adao minta ampun kepada Sultan Baabullah dan minta kesempatan agar bisa tetap tinggal dan menghabiskan sisa umurnya bersama Faida, istrinya, yang merupakan warga asli Ternate.
Sultan menyetujuinya, Adao bersama Faida diperintah untuk menjaga Danau Tolire, danau cantik yang terbentuk akibat aliran lava letusan Gunung Gamalama. Hingga akhir khayatnya, keduanya menjelma menjadi sepasang buaya putih yang setia mengabdi pada Sultan dengan menjaga harta karun kesultanan yang disimpan di dasar Danau Tolire.
Sesampainya di benteng, seekor laba-laba menampakkan diri. Tanpa disadari Molu, Laba-laba ini adalah sahabatnya dulu, jelmaan anjing peliharaan Sultan yang tewas akibat reruntuhan benteng. Namanya Gama, serupa dengan Gamalama. Laba-laba ini pun mematuhi perintah Sultan untuk senantiasa menjaga benteng dari orang-orang yang berniat menghancurkannya.
Orang-orang itu akan membangun sebuah hotel dan mall tepat di atas tanah benteng. Tentu, si Laba-laba tidak akan membiarkannya. Ia menyerang manusia-manusia jahat dengan sengatan yang menyakitkan bahkan menewaskan. Hal yang tidak terduga, projek pembangunan hotel dan mall dipimpin oleh Ayah Matara.
Beberapa kali Matara berusaha menyampaikan kepada ayahnya agar tidak merusak benteng, namun ayahnya tidak mendengarkan. Ayahnya yakin bahwa pembangunan itu akan membawa banyak keuntungan bagi dirinya dan rekan kerjanya.
Matara, Molu dan Laba-laba semakin dilema. Bagaimanapun, pembangunan hotel dan mall harus segera dihentikan. Ide cemerlang dari Matara muncul. Laba-laba yang tubuhnya paling kecil menyusup ke dalam istana yang begitu luas dan besar. Meskipun melalui beberapa tantangan, akhirnya Laba-laba berhasil masuk ke dalam kamar Sultan.
Laba-laba yang tidak mampu berbicara kepada manusia seperti Molu, menuliskan BENTENG PUSAKA menggunakan jaring-jaringnya sebagai pertanda agar Sultan menghentikan projek pembangunan yang merusak tatanan warisan nenek moyang.
Hal yang menarik dari isi buku
Menurut saya serial kedua mata ini jauh lebih menarik dari serial pertama Mata di Tanah Melus. Novel fiksi anak berlatar belakang sejarah sangat baik dijadikan sebagai bahan bacaan yang segar dan kaya akan wawasan. Penggabungan fiksi sejarah dengan fabel serta mitos di dalamnya masih belum banyak dijumpai dałam buku bacaan anak lainnya.