Mohon tunggu...
Laeli Nuraj
Laeli Nuraj Mohon Tunggu... Lainnya - Basic Education Research Team

Suka baca, ngopi, jalan pagi, dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Peninggalan Kejayaan Masa Lalu di Bawah Kubah Hijau Museum Perkebunan II

26 Agustus 2024   00:07 Diperbarui: 28 Agustus 2024   12:04 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkebunan di Sumatera Utara mengalami perkembangan yang pesat dan mencapai puncak kejayaan pada abad ke-19. Nienhujis, seorang pekerja Belanda yang mendapat konsesi dari Sutan Deli, berhasil mengembangkan tembakau dengan kualitas terbaik (Tembakau Deli Sumatera) dan mengekspornya ke pasar dunia.

Sukses dengan komoditas tembakau dan menyadari bahaya ekonomi yang bergantung pada satu jenis tanaman, komoditas perkebunan merambah ke jenis lain seperti karet, teh, kelapa sawit, kopi, dan kelapa. 

Keberhasilan perkebunan di Sumatera Utara berdampak pada pembangunan infrastruktur. Beberapa diantaranya Perusahaan Telepon dan Telegrap, Perusahaan Kereta Api, Pelabuhan Belawan, Perusahaan air, dan Bandar Udara Polonia. Kemajuan pembangunan ini menjadikan Medan sebagai salah satu kota metropolitan dan kota tercantik di Asia pada masa itu.

Para investor berdatangan dari berbagai negara untuk menanam modal dan meraup keuntungan. Sementara ribuan buruh perkebunan didatangkan dari Pulau Jawa, Cina, dan India.

Para pekerja ini diangkut menggunakan Kapal Willem Ruys yang mampu menampung hingga 10.000 orang. Miniatur Kapal Willem Ruys hanya ada 2 di dunia, satu berada di Museum Rotterdamsche Llyod Belanda dan satu lagi tersimpan di Museum Perkebunan II, Medan. 

Miniatur Kapal Willem Ruys | Dok. Pribadi
Miniatur Kapal Willem Ruys | Dok. Pribadi

Museum Perkebunan II Sumatera Utara digagas dan didirikan oleh Tokoh Perkebunan Indonesia, Bapak Soedjai Kartasasmita. Museum ini resmi dibuka pada tahun 2018 lalu. Lokasinya berada di Gedung BKS-PPS (Badan Kerjasama Perusahaan Perkebunan Sumatera) di Jl. Pemuda No. 2 Medan. Dulunya gedung ini merupakan gedung AVROS (Algemeene Vereeniging van Rubberplanters ter Oostkust) yang didirikan pada tahun 1910 sebagai tempat asosiasi perkebunan dari berbagai negara. 

Gedung BKS-PPS berdiri kokoh nan megah dalam konstruksi beton. Mengusung gaya arsitektur rasionalisme yang terdiri dari 4 lantai dengan tangga kayu semi melingkar yang menghubungkan setiap lantai, dan kubah hijau yang cantik menjadi ciri khasnya. Di lantai 1, terdapat sebuah cafe yang sangat cozy dan asri. 

Cafe Avros | Dok. Pribadi
Cafe Avros | Dok. Pribadi

Museum Perkebunan II hanya menggunakan dua lantai saja, lantai 1 dan lantai 4. Sementara lantai 2 dan lantai 3 masih aktif digunakan untuk perkantoran BKS-PPS. Di lantai 1, dalam ruangan tanpa pendingin tersimpan banyak artefak peninggalan masa kejayaan perkebunan. Bermacam hasil bumi seperti tembakau, kelapa sawit, berbagai jenis kopi dan teh, serta varian olahan hasil bumi tersebut. Seperti cerutu, kosmetik, cokelat, arang, dan gula. 

Bunga Jantan dan Betina Kelapa Sawit | Dok. Pribadi
Bunga Jantan dan Betina Kelapa Sawit | Dok. Pribadi

Dulu, perusahaan perkebunan membayar upah para pekerja menggunakan token perkebunan. Dijumpai bermacam token perkebunan atau alat tukar serupa uang logam yang didapat dari hibah wartawan senior Kompas. Token perkebunan ini memiliki bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan area berlakunya. Ada yang berbentuk bulat, segitiga, dan persegi yang dipotong pada setiap sudutnya.

Di sisi lain, terdapat beberapa mesin ketik manual dengan bermacam merek yang digunakan untuk pengetikan surat perkantoran. Ada satu mesin ketik yang masih bisa digunakan dan pengunjung museum bisa mencobanya. Mengetik dengan mesin ketik manual akan menjadi momen nostalgia dan atau menjadi pengalaman menarik bagi pengunjung generasi masa kini yang belum pernah menjumpai mesin ketik.

Token Perkebunan | Dok. Pribadi
Token Perkebunan | Dok. Pribadi

Koleksi benda-benda bersejarah di Museum Perkebunan II sebagian berasal dari hibah Museum Rotterdamsche Llyod. Beberapa diantaranya adalah brosur iklan pelayaran Kapal Rotterdamsche Llyod, pelampung, kotak cerutu, dan asbak berbentuk unik terbuat dari perunggu yang digunakan oleh kapten dan para awak Kapal Willem Ruys. 

Asbak | Dok. pribadi
Asbak | Dok. pribadi

Dari sekian banyaknya koleksi yang ada, bagi saya yang paling menarik adalah Dactyloscopisch. Dactyloscopisch merupakan pendataan pekerja perkebunan menggunakan sistem sidik jari yang akurat dan dilakukan secara manual. Selain nama, asal, usia, tinggi badan, juga tercantum data pendukung yang menunjukkan ciri khas pekerja seperti adanya tahi lalat atau bekas luka di bagian tubuh. Maklum, dulu belum menggunakan foto. Data ini terintegrasi dengan Pusat Pendataan. Setiap pekerja yang pindah tempat kerja, data dirinya dapat dilacak oleh sistem ini.

Data sidik jari | Dok. pribadi
Data sidik jari | Dok. pribadi

Selain itu, yang lebih mengagumkan adalah lift surat. Alat pengiriman dokumen atau surat-surat dari lantai 1 ke lantai 2. Lift surat ini dibuat dari kayu dan cara penggunaannya dengan menarik katrol secara manual. 

Lift surat | Dok. pribadi
Lift surat | Dok. pribadi

Di ruangan berikutnya, terdapat ruang sekretaris Gedung AVROS. Terdapat meja, kursi, dan lemari kayu yang masih asli sejak dulu. Beberapa alat penting seperti mesin proyektor buatan Jepang, pembolong kertas kuno, brangkas, timbangan kertas, dan timbangan berkel. Kedua timbangan ini dan salah satu brangkas masih bisa digunakan hingga kini. Pengunjung tidak diperkenankan untuk menyentuk kedua timbangan dan mengambil foto atau video brangkas yang masih berfungsi dengan baik. 

Mesin proyektor | Dok. pribadi
Mesin proyektor | Dok. pribadi

Naik melalui tangga semi melingkar menuju ke lantai atas. Di setiap lantai, tersedia balkon yang luas dan galeri terbuka. Konsep designi ini bertujuan untuk menjaga ruangan agar tetap sejuk karena tidak adanya pendingin ruangan. Dari sini pengunjung bisa menikmati pesona Kota Tua Kesawan dan ramainya pengguna jalan yang melintas di sepanjang jalan di kanan dan kiri gedung. 

Lantai 2 Museum Perkebunan II | Dok. pribadi
Lantai 2 Museum Perkebunan II | Dok. pribadi

Lantai 4, mulanya digunakan sebagai gudang untuk menyimpan kumpulan data sidik jari para pekerja yang jumlahnya sangat banyak di dalam buku arsip. Sekarang, lantai 4 juga digunakan sebagai galeri dengan mempertahankan desain interior yang penuh kisi-kisi kokoh dan kuat. Foto-foto yang menampilkan gambar bangunan zaman dulu dan sekarang terpasang di dinding-dinding kayu. Pada beberapa foto menampilan kontrasnya tempat tinggal antara para buruh perkebunan dengan rumah tinggal untuk staf Eropa. 

Lantai 4 Museum Perkebunan II | Dok. pribadi
Lantai 4 Museum Perkebunan II | Dok. pribadi

Pengunjung juga dapat mengenali dan mencium aroma rempah-rempah yang tersimpan di dalam botol-botol kecil. Ada kapulaga, andaliman, daun kari, asam cekala, daun kunyit, jahe merah, dan lainnya. Ini adalah pengalaman pertama saya melihat secara langsung rempah-rempah tersebut.

Di bagian depan lantai 4, tepat di bawah kubah hijau, terdapat ruang menara jam lonceng yang akan berbunyi setiap jamnya. Hingga kini, jam lonceng yang dipasang sejak tahun 1920 masih berfungsi dengan baik. Beruntung sekali saya bisa mendengar dan merekam momen saat lonceng berdentang sebanyak 4 kali. Pertanda waktu menunjukkan pukul 4 sore, satu jam lagi museum akan ditutup. 

Jam lonceng | Dok. pribadi
Jam lonceng | Dok. pribadi

Menyenangkan sekali bisa menilik sejarah dan mengetahui jejak perkembangan perkebunan serta dampaknya pada pembangunan di Sumatera Utara. Hanya dengan membayar Rp 25.000 rupiah, pengunjung bisa berkeliling museum ditemani pemandu, mendapat air mineral dan souvenir berupa teh kantong celup. 

Souvenir | Dok. pribadi
Souvenir | Dok. pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun