Mohon tunggu...
Laeli Nuraj
Laeli Nuraj Mohon Tunggu... Lainnya - Basic Education Research Team

Suka baca, ngopi, jalan pagi, dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Peninggalan Kejayaan Masa Lalu di Bawah Kubah Hijau Museum Perkebunan II

26 Agustus 2024   00:07 Diperbarui: 28 Agustus 2024   12:04 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Miniatur Kapal Willem Ruys | Dok. Pribadi

Mesin proyektor | Dok. pribadi
Mesin proyektor | Dok. pribadi

Naik melalui tangga semi melingkar menuju ke lantai atas. Di setiap lantai, tersedia balkon yang luas dan galeri terbuka. Konsep designi ini bertujuan untuk menjaga ruangan agar tetap sejuk karena tidak adanya pendingin ruangan. Dari sini pengunjung bisa menikmati pesona Kota Tua Kesawan dan ramainya pengguna jalan yang melintas di sepanjang jalan di kanan dan kiri gedung. 

Lantai 2 Museum Perkebunan II | Dok. pribadi
Lantai 2 Museum Perkebunan II | Dok. pribadi

Lantai 4, mulanya digunakan sebagai gudang untuk menyimpan kumpulan data sidik jari para pekerja yang jumlahnya sangat banyak di dalam buku arsip. Sekarang, lantai 4 juga digunakan sebagai galeri dengan mempertahankan desain interior yang penuh kisi-kisi kokoh dan kuat. Foto-foto yang menampilkan gambar bangunan zaman dulu dan sekarang terpasang di dinding-dinding kayu. Pada beberapa foto menampilan kontrasnya tempat tinggal antara para buruh perkebunan dengan rumah tinggal untuk staf Eropa. 

Lantai 4 Museum Perkebunan II | Dok. pribadi
Lantai 4 Museum Perkebunan II | Dok. pribadi

Pengunjung juga dapat mengenali dan mencium aroma rempah-rempah yang tersimpan di dalam botol-botol kecil. Ada kapulaga, andaliman, daun kari, asam cekala, daun kunyit, jahe merah, dan lainnya. Ini adalah pengalaman pertama saya melihat secara langsung rempah-rempah tersebut.

Di bagian depan lantai 4, tepat di bawah kubah hijau, terdapat ruang menara jam lonceng yang akan berbunyi setiap jamnya. Hingga kini, jam lonceng yang dipasang sejak tahun 1920 masih berfungsi dengan baik. Beruntung sekali saya bisa mendengar dan merekam momen saat lonceng berdentang sebanyak 4 kali. Pertanda waktu menunjukkan pukul 4 sore, satu jam lagi museum akan ditutup. 

Jam lonceng | Dok. pribadi
Jam lonceng | Dok. pribadi

Menyenangkan sekali bisa menilik sejarah dan mengetahui jejak perkembangan perkebunan serta dampaknya pada pembangunan di Sumatera Utara. Hanya dengan membayar Rp 25.000 rupiah, pengunjung bisa berkeliling museum ditemani pemandu, mendapat air mineral dan souvenir berupa teh kantong celup. 

Souvenir | Dok. pribadi
Souvenir | Dok. pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun