Selain penjelasan tentang penyebaran Islam, di ruangan ini tersimpan banyak Naskah berbahasa Arab, beberapa surat dari Al Quran, naskah tasawuf, naskah tauhid, naskah fiqih, dan doa-doa. Di samping itu juga terdapat beberapa nisan dan miniatur Masjid Azizi di Langkat dengan gaya arsitektur bernuansa khas Timur Tengah.
Ruang Masa Kolonial
Banyaknya jenis rempah-rempah yang sangat beragam di Sumatera Utara, seperti lada, cengkeh, kayu manis, kopi, dan tembakau, menarik perhatian para pedagang Bangsa Eropa. Mulanya mereka datang untuk membeli lalu menjual kembali rempah-rempah tersebut, namun semakin lama semakin tergiur dan menjadi penjajah ingin berkuasa di Nusantara yang kaya ini.Â
Apalagi Tembakau Deli yang termasyhur aroma dan kelezatannya. Mereka, para penjajah membuka lahan perkebunan tembakau dan mempekerjakan penduduk lokal sebagai kuli. Keberhasilan perkebunan berdampak pada politik. Kesultanan-kesultanan diminta menandatangani Perjanjian sebagai tanda taklukkepada pemerintah kolonial.
Industri perkebunan ini semakin berkembang. Semakin banyak pula buruh yang dipekerjakan secara kasar berasal dari China, India, dan Jawa. Di ruangan ini, ditampilkan diorama komposisi penduduk di masa kolonial dan dipamerkan alat-alat perkebunan, uang token, dan beberapa mesin penggiling.
Ruang Etnografi
Naik ke lantai 2, di sini ada Ruang Etnografi. Ruang yang menjadi favorit saya. Keterangan beragam suku yang ditampilkan di dinding memberikan pemahaman bahwasanya Medan itu bukan hanya Batak saja. Ada Melayu, Angkola/Mandailing, Simalungun, Pakpak, Karo, Nias, Pesisir (Tapanuli Tengah dan Sibolga), dan Suku Pendatang.
Selain keterangan tentang suku-suku, di ruangan ini juga di tampilkan alat-alat pertukangan, alat perikanan, transportasi tradisional, peralatan sawah dan ladang, alat berburu dan meramu, senjata tradisional, dan mainan tradisional.
Meskipun rumah adat masing-masing suku memiliki karakter yang sama yaitu berbentuk rumah panggung dan tanga paku (memakai pasak) dengan bahan-bahan dari alam, namun jika diperhatikan rumah adat setiap suku sangat berbeda. Adapun Rumah Adat Karo memiliki atap serupa dengan Rumah Adat Batak Toba dan Simalungun. Sementara Rumah Adat Angkola-Mandailing atapnya memanjang. Sedangkan Rumah Adat Nias beratap seperti Rumah Adat Papua. Dan Rumah Adat Melayu terlihat Rumah Adat Bengkulu dengan warna khas kuning dan hijau.Â