Belum genap sebulan saya menulis artikel secara aktif dan berkala di Kompasiana. Sudah ada 26 tulisan yang tayang dengan berbagai topik, berupa cerita pengalaman perjalanan, tips, puisi, dan ulasan buku. Muncul kepuasan dan rasa bahagia ketika banyak yang membaca (atau setidaknya melihat) dan memberikan tanggapan pada tulisan saya. Terlebih, ketika Kompasiana memberikan predikat sebagai artikel pilihan dan artikel utama pada beberapa tulisan. Bentuk apresiasi tersebut semakin menambah semangat, kepercayaan diri, dan memotivasi untuk terus menulis dan berbagi di Kompasiana.
Namun, tidak dipungkiri, kerap muncul pertanyaan kepada diri,Â
"Mengapa saya menulis artikel di Kompasiana? Untuk apa saya menulis artikel-artikel ini? Sampai kapan saya akan tetap menulis? Mengapa kadang saya merasa semangat sekali, tetapi sering juga menulis dengan setengah hati?"
Melihat banyaknya artikel yang ditayangkan Kompasianer, saya juga penasaran dan ingin tahu apa kira-kira yang memotivasi Sobat Kompas untuk tetap dan terus menulis artikel di Kompasiana?
Berbicara mengenai motivasi, tentu terminologi ini bukan hal yang baru. Mensintesis dari berbagai sumber dan ahli, motivasi didefinisikan sebagai sebuah dorongan, keinginan, kecenderungan, dan proses psikologis yang mengarahkan untuk bertindak atau berperilaku mencapai suatu tujuan.Â
Motivasi terdiri dari tiga aspek. Pertama, keinginan atau hasrat. Contohnya seperti kemauan kita untuk menulis artikel di Kompasiana. Kedua, kegigihan yang diartikan sebagai usaha terus menerus mencoba menulis dan tidak menyerah ketika mengalami writer's block. Ketiga, memiliki tujuan. Tujuan ini bermacam-macam, dalam kaitannya dengan menulis artikel, ada yang menentukan tujuan sampai pada artikel tayang saja, namun banyak juga yang menetapkan tujuan pada tulisan harus menjadi artikel pilihan atau artikel utama, dan sebagainya.Â
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, ada baiknya kita mengenali, mengidentifikasi, dan positioning sumber motivasi kita. Dengan cara tersebut kita akan lebih mudah untuk memotivasi diri atau memotivasi orang-orang di sekitar kita.Â
Meskipun banyak sekali teori motivasi, namun jika dilihat dari sumbernya, terdapat dua jenis motivasi utama yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan dorongan dari dalam diri untuk melakukan sesuatu. Ada kepuasan mendalam yang melekat dari melakukan aktivitas tersebut. Aktivitas yang dilakukan dianggap sebagai sesuatu yang menyenangkan dan bermanfaat. Seperti halnya ketika menulis artikel karena alasan ingin berbagi dan mendapatkan kepuasan diri ketika artikel ditayangkan.Â
Sementara motivasi ekstrinsik bersumber dari luar diri kita. Melakukan aktivitas sebagai respons terhadap ransangan dari luar. Adanya imbalan yang diharapkan dan atau untuk menghindari konsekuensi yang tidak menyenangkan. Terkadang, hal ini menyebabkan perasaan tertekan karena adanya paksaan. Misalnya, menulis artikel karena tugas yang diwajibkan atau menulis demi mendapatkan pujian, penghargaan, atau bahkan K-rewards. Ketika imbalan eksternal tidak didapatkan maka akan muncul perasaan kecewa dan menyebabkan menurunnya motivasi.Â
Diantara kedua jenis motivasi tersebut, terdapat spektrum regulasi yang terintegrasi. Contohnya ketika Kompasianer menulis karena alasan eksternal, namun lama kelamaan mulai menyadari bahwa menulis ini untuk kepentingan dan kepuasan pribadi.Â
Spektrum regulasi motivasi:
- Amotivasi
Merasa memiliki kompetensi yang rendah. Tidak ada tujuan yang relevan dengan yang sedang dikerjakan. Biasanya yang coba-coba saja menulis, atau sembarang tulis yang penting tayang. - Regulasi Eksternal
Termotivasi oleh pujian atau penghargaan dan atau menghindari hukuman. - Regulasi Introjeksi/Tanpa Sadar
Termotivasi oleh kebutuhan diakui dan atau menghindari rasa malu - Regulasi Teridentifikasi
Termotivasi karena aktivitas yang dilakukan memiliki makna atau nilai penting - Regulasi Terintegrasi
Termotivasi karena aktivitas yang dilakukan selaras dengan kepercayaan diri pribadi - Motivasi Intriksik
Termotivasi karena aktivitas yang dilakukan memberikan ketertarikan dan kenikmatan diri sendiri
Dengan demikian, motivasi intrinsik dianggap sebagai bentuk motivasi paling kuat dan berkelanjutan. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik cenderung lebih mampu bertahan terhadap tantangan yang dihadapi.Â
Kembali ke konteks dalam penulisan artikel di Kompasiana, maka perlu strategi untuk membangun dan menumbuhkan motivasi intrinsik ini. Pertama, mulai dengan menulis topik-topik yang disukai dan diminati. Kedua, mendorong diri sendiri secara sadar melalui belajar terus menerus untuk meningkatkan kompetensi. Ketiga, menciptakan lingkungan yang mendukung, seperti berkenalan, mem-follow Kompasianer yang memiliki minat yang sama, dan memberikan rating atau tanggapan pada artikel-artikel Kompasianer.
Demikian, semoga bisa membantu kita untuk berefleksi dan semakin memotivasi diri untuk terus menulis.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H