Mohon tunggu...
Laeli Nuraj
Laeli Nuraj Mohon Tunggu... Lainnya - Basic Education Research Team

Suka baca, ngopi, jalan pagi, dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Book

[Review Buku] Tragedi Perang Keadilan | Kontroversi Hukum Pidana Anak

6 Agustus 2024   21:04 Diperbarui: 7 Agustus 2024   08:11 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis: Keigo Higashino
Alih Bahasa: Faira Ammadea
Tahun terbit: 2024
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Ukuran: 20 cm
Tebal: 464 halaman
Harga buku: Rp 96.750
Nomor ISBN: 978-602-06-7543-5
Nomor ISBN Digital: 978-602-06-7544-2

Buku Tragedi Perang Keadilan merupakan novel fiksi terjemahan bergenre misteri detektif karya Keigo Higashino, penulis masyhur dari Negeri Matahari Terbit. Novel ini menjadi buku ke-9 yang saya baca setelah Malice (Catatan Pembunuhan sang Novelis), Salvation of a Saint (Dosa Malaikat), The Dovotion of Suspect X, The New Comer (Pembunuhan di Nihonbashi), Black Showman dan Pembunuhan di Kota tak Bernama, Keajaiban Toko Kelontong Namiya,  Angsa dan Kelelawar, serta Rumus Kebenaran Musim Panas.

Mulanya saya tidak yakin akan sanggup dan suka membaca novel-novel bergenre misteri detektif, namun pertama kali membaca karya Keigo Higashino yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, saya langsung terkesan dibuatnya. Ceritanya selalu menarik, menyangkut keluarga, hubungan asmara, perseteruan rumah tangga, bahkan pertemanan yang tidak jauh dari kehidupan sehari-hari. Keigo Higashino selalu berhasil mengemas kasus-kasus pembunuhan dengan apik dan ciamik. Menariknya lagi, selalu ada plot twist di luar prediksi. 

Dalam penulisan ceritanya, Keigo Higashino juga kerap menyisipkan pengetahuan seputar budaya Jepang, varian kulinernya, ragam transportasinya, bahkan perkembangan ekonomi di sebuah kota yang menjadi latar tempatnya. 

Sinopsis

Tragedi Perang Keadilan bercerita tentang misi balas dendam seorang ayah bernama Nagamine atas pembunuhan anak perempuan satu-satunya, Ema. Kasus ini bermula dari penculikan Ema yang dilakukan oleh tiga bocah tak beradab. Demi memuaskan nafsu setannya, mereka menggunakan obat-obatan terlarang hingga membuat Ema tak sadarkan diri.

Ema disekap, diperkosa, diperlakukan seperti binatang oleh kawanan yang lebih dari binatang. Bahkan, pelaku yang masih berusia remaja itu juga merekam perbuatan amoral yang dilakukannya dengan penuh kesadaran. Video rekaman ini akan digunakan pelaku untuk mengancam korban agar tidak melaporkan ke polisi.

Tindakan tiga bocah biadab itu sangat keterlaluan, Ema tewas di tangan yang tidak bertanggung jawab. Nagamine yang mengetahui hal itu tentu sangat marah. Hati dan perasaannya hancur. Ema, puteri semata wayangnya harus tewas dengan cara yang keji. Didasari amarah yang membludak dan keyakinan bahwa para pelaku hanya akan dihukum ringan karena masih di bawah umur, Nagamine memutuskan untuk mengadili pelaku dengan tangannya sendiri. 

Geram, murka, dan sangat emosi membaca novel Tragedi Perang Keadilan ini. Pilunya hati Nagamine ketika menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri video pemerkosaan anaknya. Semakin dibuat mual, ketika polisi detektif berhasil menemukan bukti-bukti kumpulan video rekaman yang menjijikan dan harus menontonnya berulang-ulang demi menemukan petunjuk keberadaan pelaku.

Dari video rekaman tersebut, diketahui bahwa nyatanya bukan hanya Ema saja, banyak gadis-gadis lain yang juga menjadi korban kekejian pelaku. Namun selama ini mereka bungkam atau malah bunuh diri.

Berbeda dengan novel-novel Keigo Higashino lainnya yang mengungkap whodunit, motif pelaku, dan bagaimana melakukan kejahatannya, dalam novel ini semua sudah diceritakan dari awal. Tragedi Perang Keadilan fokus kapada tata hukum yang berlaku untuk anak usia di bawah umur. 

Nagamine memang berhasil mengadili dengan caranya sendiri terhadap satu pelaku yang ditemukannya di sebuah apartment tempat tinggalnya dan ia membunuhnya dengan pisau dapur. Namun, bagaimana dengan dua pelaku lainnya? Apakah Nagamine juga berhasil menemukannya? Apakah kedua pelaku lainnya juga habis di tangan Nagamine? Atau justru akan bebas begitu saja? Atau hanya dijatuhi hukuman ringan sesuai hukum yang berlaku?

Sepanjang membaca cerita, saya merasa sedikit dibuat kesal karena ketiadaan detektif andalan Keigo Higashino (Detektif Kaga dan Detektif Galileo) yang mahir dan dengan cepat mengusut kasus-kasus pembunuhan. Banyaknya detektif yang berperan justru semakin membuat kasus kian panjang dan semakin rumit untuk diselesaikan.

Hal yang Menarik dari Isi Buku

Novel ini mengandung pesan moral tersirat tentang hukum pidana anak di Jepang yang tidak memberikan keadilan bagi korban dan keluarganya. Hukuman yang diberlakukan kepada pelaku yang masih di bawah umur dianggap tidak sepadan dengan apa yang telah dilakukannya. Bahkan, nama pelaku dirahasiakan dari publik, sehingga setelah masa hukuman ringannya selesai, pelaku bisa bebas dan melanjutkan hidupnya seperti sedia kala. 

Hal tersebut tentu menjadi kontrofersi. Melihat dampak ulah pelaku yang sangat merugikan pihak korban, hingga nyawa melayang. Tapi di satu sisi, sebagian masyarakat dan tentunya penegak hukum memiliki keyakinan bahwa semua anak pada dasarnya baik. Maka, dengan memberikan hukuman ringan saja, mereka berharap pelaku di bawah umur tersebut akan memperbaiki dirinya, tidak lagi mengulangi kesalahannya, dan melanjutkan hidupnya. 

Meskipun demikian, masih ada penegak hukum yang mengikuti hati nuraninya, diam-diam memberikan informasi keberadaan pelaku kepada Nagamine. Ia berani menyalahi dan melanggar aturan hukum yang berlaku, semata-mata dilakukannya untuk membela korban. 

Dalam buku ini juga menunjukkan kasih sayang seorang ibu sepanjang masa, tak terhingga. Sebesar apapun kesalahan yang dibuat oleh anaknya dan sefatal apapun dampaknya, seorang ibu akan tetap membela dan melindungi anaknya. Tentu hal ini kurang bijak, karena anak sebagai pelaku akan tetap merasa aman di bawah perlindungan keluarganya. 

Kemudian, dilihat dari sisi pergaulan. Betapa bahanya dan mengerikan ketika anak-anak usia remaja tidak diawasi dan justru dibebaskan begitu saja oleh orang tuanya. Kondisi jiwa yang masih labil, lingkungan yang buruk, akan sangat berpengaruh terhadap perilaku anak itu sendiri.

Teknik Penulisan

Alur ceritanya maju. Diceritakan secara runut dan seperti ciri khas Keigo Higashino, setiap karakter dan kejadian selalu dideskripsikan secara rinci. Dengan begitu, pembaca akan terbawa dengan alur cerita dan bisa membayangkan dan merasakan pesan yang disampaikan penulis. Buku tebal yang lebih dari 400 halaman ini akan cepat selesai dilahap karena cara penuturannya yang selalu membuat pembaca penasaran dengan jalan cerita selanjutnya.

Kesimpulan

Novel bergenre misteri detektif yang mengerikan, rupanya banyak mengangkat isu-isu yang banyak terjadi sekarang ini di lingkungan sekitar. Mohon diperhatikan, silakan membaca dalam keadaan jiwa yang  tenang dan waktu yang luang. Membaca Tragedi Perang Keadilan sangat melelahkan dan menguras emosi. Trigger warning bagi pembaca yang memiliki pengalaman serupa atau trauma, cerita Tragedi Perang Keadilan mengandung konten sensitif yang menyusahkan. 

Saya sendiri merasa sangat lelah dan terbawa emosi saat dan bahkan setelah selesai membacanya. Namun, secara keseluruhan novel ini sangat bagus. Ceritanya original dan memiliki warna tersendiri. Meskipun ending-nya tidak seperti yang saya harapkan, karena lagi-lagi Keigo Higashino di akhir ceritanya tetap memberikan kejutan. 

Demikian, bagi Sobat Kompas yang mengikuti novel-novel Keigo Higashino boleh juga berbagi ulasan. Bagi Sobat Kompas yang penasaran, selamat membaca dan larut dalam cerita yang disajikan.

Terima kasih. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun