Ketika memasuki pelataran, pramusaji siaga menyambut hangat sembari mengucap selamat datang. Segera menunjukkan tempat duduk bergaya lama dan memberikan menu makanan. Restoran yang menyajikan hidangan Indonesian food dan Chinese food masih mempertahankan resep-resep lama dengan cara pengolahan menggunakan tungku dan kayu bakar. Semakin menambah kenikmatan rasa di setiap masakannya.Â
Suasana yang sedikit agak panas lantaran ruangan terbuka dan hanya menggunakan kipas angin, memang cocok untuk menikmati es krim. Apalagi datang di waktu sore hari, sepulang kerja, menikmati es krim bersama teman-teman atau keluarga.Â
Saya mencoba Carmen Ice, es krim vanila dengan saus cokelat, potongan buah peach yang segar, dengan topping whipped cream dan ceri, serta taburan bubuk kacang. Perpaduan semuanya memunculkan rasa lezat yang unik. Pelan-pelan saya menikmatinya, seperti tidak rela jika habis segera. Tapi, es krim jenis begini cepat lumer sekali.Â
Jika dibanding Toko Oen, harga es krim Tip Top jauh lebih murah. Carmen Ice dihargai Rp 27.000 saja.Â
Over all, es krim jadul dari masa kolonial ini memiliki karakter yang hampir sama. Tekstur es krim sedikit kasar, manisnya cukup tidak membuat eneg, dan cepat lumer. Es krim jadul, nikmatnya mengajak kita bernostalgia.
Selain Toko Oen dan Tip Top, tentu masih banyak toko es krim legendaris yang masih berjaya. Ada Zangrandi di Surabaya, Sumber Hidangan di Bandung, dan Es Krim Tjan Njan di Jakarta. Dari sekian banyak toko es krim jadul, mana yang sudah pernah Sabat Kompas coba?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H